web analytics
Pusaka Gamelan Keraton Surakarta - DUNIA KERIS

Pusaka Gamelan Keraton Surakarta Marilah kita menengok sejenak pada sejarah musik tradisional Jawa yang disebut gamelan. Kebetulan gamelan ini menurut sejarahnya berasal dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Untuk gamelan di Keraton Surakarta kita mengenal di antaranya gamelan Kodok Ngorek Kadipaten, Kodok Ngorek Cara Balen Kasentanan, gamelan Kiai Genthono, dan masih banyak lagi yang lainnya dan ada pula beberapa gong di antaranya gong Kiai Surak, gong Kiai kanigaran, Kiai Kumitir, Kiai Bojroirowono, Kiai Dewodento, dan Kiai Hamporo. Di antara gong-gong di atas yang paling ampuh ialah gong Kiai Surak. Gong ini terdapat pada zaman PB X 1935, pasangannya dengan gong Kiai Kanigoro.

Gong Kiai Surak bahannya terbuat dari tembaga dan rejasa, dengan diameter 105 cm. Untuk menggantung gong Kiai Surak ini dipilihkan kayu jati yang pilihan yang tingginya 7 m. Kalau mau membunyikan gong Kiai Surak ini menurut R.T. Gunodipuro harus sekuat tenaga, sebab kalau tidak kuat gong ini tidak berbunyi. Berbeda dengan gong Kiai Kanigaran, memukulnya hanya pelan bahkan bila memukulnya keras suaranya tidak enak atau tidak baik. Pemukul gong Kiai Surak ini yang terkenal pada zaman PB X ialah Lurah Resopangrawit.

Sedang sedikit ceritanya tentang gong Kiai Surak ialah setelah rapat agung dan PB II memutuskan untuk memindahkan Keraton Kartasura ke Surakarta. Kemudian gong Kiai Surak ini digelindingkan untuk menentukan tempat menyimpan. Bilamana gong tersebut berhenti, di situlah tempat gong tersebut disimpan atau ditempatkan. Tiap malam Jumat Anggoro Kasih (Selasa Kliwon) Kiai Surak ini diberi makanan dengan membakar kemenyan dan memberi bunga setaman dan gong Kiai Surak ini tidak boleh difoto. Pada bulan Ruwah/Besar gamelan ini dicucikan.

Gamelan Kodok Ngorek kadipaten peninggalan Sultan Agung. Kodok Ngorek dan Cara Balen Kasentanan peninggal-an PB XI/Kusumayuda demikian pula dengan gamelan Kiai Genthono ialah gamelan yang mempunyai laras slendro pelog dan sistem nada do re mi pada masa Lurah Sastrowidoto , zaman PB X tahun 1935. Selanjutnya kita akan lebih mengenal dekat apabila menyaksikan upacara Sekatenan. Dalam upa-cara ini semua pusaka keraton dikeluarkan dan diarak keli-ling keraton dengan upacara penjamasan pada bulan Suro.

gamelan keraton solo
gamelan keraton solo

Bangsal Balai Bang Keraton Surakarta

Bangsal Balai Bang ialah nama bangunan di komplek Siti inggil ialah sebuah tempat untuk menyimpan gamelan milik Kerajaan Surakarta. Tempat ini tepatnya di sebelah barat Sitiinggil atau sebelah selatan dekat Bandek kiri. Nama Balai Bang menyebutkan bahwa balai itu catnya harus merah, namun sekarang nampak putih entah sejak kapan asli merah berubah menjadi putih dan jendelanya dicat hijau tua. Menurut keterangan dari R.T. Gunodipuro yang mencapai umur 70 tahun pemimpin yang memelihara Gamelan Surakarta, bangunan balai ini belum seluas sekarang, namun baru zaman PB X bangunan diperluas, karena gamelan milik dalem diperbanyak yang kebanyakan buatan (yasan) PB IV.

Jumlah sedemikian banyaknya itu terdiri dari gamelan umum dan gamelan khusus. Yang termasuk gamelan umum ialah gamelan yang diluar kerajaan atau juga disebut Gamelan Panjeran yaitu gamelan yang selalu dipasang di luar gedung gamelan misalnya di bangsal Marakata, Sasono Hondrowino, disim-pan di Balai Bang, dan tempat-tempat lain yang strategis sebab sewaktu-waktu dipergunakan. Gamelan Kiai Kaduk Manis dan Kiai Renggo sekarang ditempatkan di Sasono Hondrowino. Gemalan ini termasuk gamelan umum, gamelan ini yasan atau buatan PB IV yang juga menjadi seorang sastrawan dan budayawan yang terkenal. Gamelan ini sering untuk mengiringi tari Bedoyo Ketawang dan siaran RRI Surakarta.

Gamelan umum yang lain juga terkenal di antaranya ialah Lokononto dan Kiai Semar Ngigel yang tidak berbeda dengan Kiai Kaduk Manis dan Kiai Manis Renggo yang memiliki laras (nada) slendro/pelog. Gamelan ini peninggalan Keraton Kartosuro, tetapi ada yang memperkirakan bahwa gamelan Lokononto adalah warisan zaman Kerajaan Demak, tetapi keadaan gamelannya tidak sekomplit sekarang ini. Adapun yang termasuk gamelan khusus ialah gamelan Mong-gang dan Kodok Ngorek warisan zaman Jenggolo 1145 tahun Jawa. Gamelan khusus ini hanya digunakan untuk kepentingan kerajaan misalnya punya hajat, termasuk di dalamnya gamelan Sekaten, gamelan Cara Balen Genthono. Sedangkan yang terdapat di dalam bangsal Balai Bang ialah gong dan bende Kiai Surak dan Kiai Kanigaran. Gamelan yang sepasang-sepasang: Gong dan bende Kiai Kumitir, Kiai Bojroirawono, Kiai Dewo Dento, Kiai Hamporo. Sedang gamelannya ialah Gamelan Kodok Ngorek Kadipaten, Kodok Ngorek dan Cara Balen Kasentanan, gamelan Kiai Bentoro, dan lain-lain.

Di antara sekian gong yang paling ampuh ialah Kanjeng Kiai Surak. Kiai Surak ini pasangannya ialah Kiai Kanigoro. Gong Kiai Surak dibuat dari tembaga dan rejasa diameternya 105 cm. “Goyornya atau gawangan untuk menggantung gong ter-buat dari kayu Kati yang terpilih. Tinggi gawang 2,5 meter dan panjangnya 7 meter. Cara memukul gong Kiai Surak menurut R.T. Gunodipuro harus sekuat-kuatnya, sebab kalau tidak sekuatnya maka gamelan ini tidak mengeluarkan suara. Kebalikannya dengan gong Kiai Kanigoro memukulnya dibutuhkan pelan sehingga mendapatkan suara yang laras atau merdu, enak didengar telinga justru kalau memukulnya terlalu keras menghasilkan suara yang ku-rang enak didengar.

Ahli pemukul yang terkenal di zaman PB X ialah Lurah Resopangrawit. Sekelumit cerita dart gong Kiai Surak Selesai pisowanan agung di Sasonosumewo atau Pagelar-an, Sinuwun PB II mengumumkan dengan resmi bahwa Ke-raton Kartosuro pindah ke Surakarta. Sejak itu gong Kiai Surak digulingkan untuk menentukan tempat menyimpan. Di mana Kiai Surak berhenti, di situ tempat didirikan bangsal untuk menyimpan gong Kiai Surak tersebut. Seterusnya Kiai Surak berhenti di belakang Sasonosumewo. Di tempat itulah sampai sekarang terdapat bangunan yang disebut Bangsal Balai Bang, dan di tempat ini gamelan atau gong Kiai Surak disimpan dan tiap hari malam Jumat dan Anggoro Kasih atau Selasa Kliwon Kiai Surak yang tak dapat difoto itu diberi sesaji. Kalau bulan Ruwah dan Besar gong ini dijamasi. Demikianlah para pembaca cerita pendek tentang gong yang ada di Keraton Surakarta Hadiningrat, untuk lebih jelasnya kami persilakan para pembaca untuk melonggarkan waktu berekreasi ke Surakarta atau Solo, guna menyaksikan dari dekat tentang Keraton Surakarta beserta isinya, baik museumnya “Radyapustaka”, maupun obyek lainnya.

Dunia Keris

keris pusaka sakti yang melegenda

Leave a Reply