web analytics
Membincang Tentang Nalar serta Realitas - DUNIA KERIS

Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Sebelum aku melanjutkan goresan pena ini, aku minta dikala sejenak asal kisanak sekalian buat sekedar mengamati seluruh ruang-ruang keterjangkauan logika. Tak usah jauh-jauh, cukup di media perkerisan ini saja. Di perkerisan ini terdapat komentar, jelajah, tapak tilas, pro kontra sejarah, & sebagainya. Itu pun sudah sedemikian kompleks & memaksa kewarasan kita buat membangun satu hal: empiris. Bayangkan itu mencakup semua hal dalam kehidupan kita!

Akan sangat kompleks. Semua mencipta empiris. Dan menurut aku itu fitrah. Andai itu semua disebut semua, maka yang terjadi artinya matinya empiris & itu menunjukan hidupnya pergi insting akan hal yang asing. Apa yang disebut empiris berpijak pada satu hal: semua tanda tanya harus dipastikan. Kalau nir, insan hidup dalam api kekalutan yang tidak kunjung padam.

Kondisi yang tentu saja nir mengenakkan. Tetapi, kenyataannya insan, seperti ditulis sang Gidden, cenderung menyukai satu hal: pencerahan mudah, yaitu pencerahan bertindak yang mana insan nir harus berpikir keras untuknya. Sebuah pencerahan dalam lingkup komunitarian yang pekat. Semua tanda tanya harus dipastikan. Satu saja lolos, tertib kosmis akan mengalami gangguan.

Alam yang ternalar sempurna nir boleh menyisakan ganjalan epistimolois yang mengganggu. Manusia membutuhkan kepastian. Seperti jejaka yang menunggu jawaban asal pinangannya asal sang dara. Keliaran logika harus distop. Nalar harus bekerja secara tertib lantaran alam pun suatu hal yang tertib. Tertib alam harus terpantul dalam kinerja logika. Yang konkret artinya rasional & yang rasional artinya yang konkret, demikian pernah ditulis sang Hegel.

Alam bekerja didasarkan  satu gramatika. Dan gramatika itu hanya bisa disibak sang logika yang patuh. Dalam rumusan yang sederhana: semua empiris harus sanggup dijelaskan, ditanggapi, atau bahkan diragukan. Nalar yang transedental nir pernah mengenal horizon keterbatasan. Naluri kerinduan buat terus menerus mempertanyakan empiris, sebagaimana kerja di perkerisan ini, membentuk segala hal yang ditulis senantiasa lincah bekerja mencari gramatika-gramatika baru. Pencarian empiris guna menyeret hal-hal yang gelap menuju terang epistemik. Ini artinya sebuah upaya melompati yang betul & yang salah menurut sejarah. Nuwun.

Leave a Reply