web analytics
Gambaran Nasib Dalam Hamparan Lembar Kartu Tarot - DUNIA KERIS

Dunia Keris – Selamat tiba kerabat perkerisan. Barangkali saya ini termasuk satu pada antara poly orang yang gampang penasaran. Termasuk tentang Tarot yang akan saya bincang ini. Sebenarnya telah usang saya mengenal Tarot, sekedar tau saja maksudnya. Lebih dari itu belum. Paling-paling hanya masuk ke situs ramalan online Tarot. Hingga pas secara tidak sengaja ketemu menggunakan seniman Tarot pada titik nol kilo meter beberapa waktu yang lalu.

Tujuh puluh delapan lembar kartu Tarot menggunakan paparan warna-warni yang sangat menarik. Dengan sejarah kelahirannya yang masih diliputi misteri, dari mana sebenarnya seni pembacaan kartu tarot berasal? Siapa pengguna pertamanya? Untuk apa awalnya dia dipakai? Kartu-kartu ini telah berhasil membangkitkan rasa ingin tahuku.

Karena saya tidak tau pada Jogja ini yang jual kartu Tarot dimana, maka kemudian saya nitip saya seniman Tarot tadi. Mainan baru (kartu Tarot) berserta panduannya akhirnya ditangan jua. Tapi alasannya adalah ada ilustrasinya yang agak vulgar, sekedar buat menaruhnya pun wajib pada atas lemari agar tidak terjangkau dari anak-anak.

Dari berbagai situs yang sempat saya baca, tenyata sejarah kartu tarot ini terbilang tua, yakni lebih kurang abad ke 14 pada benua Eropa. Lebih tepatnya pada Italia. Meski sebenarnya kartu ini pertama kali dibawa atau diperkenalkan oleh para bijak bestari pembaca perlambang (naib, wakil, koordinator suku) dari negeri Mesir.

Seni pembacaan kartu ini awalnya dimaksudkan menjadi jalan bagi para murid sufistik buat mendaki taraf-taraf pencerahan. Karena dipercaya bahwa hati yang higienis akan mengangkat hijab antara nurani menggunakan tenaga semesta, pada dalam mana seluruh denyut & getaran ruhani segenap makhluk menyatu & terhubung. Semakin higienis hatinya, maka semakin terangkat hijabnya menjadi akibatnya semakin tajam nuraninya. Nah, dari nurani yang tajam itulah yang kemudian akan mampu membaca gerakan jagad cilik (mikrokosmos) maupun jagad gedhe (makrokosmos) melaui visualisasi perlambang.

Sebagaimana para bijak pada berbagai kultur bersahaja membaca sebaran tulang, daun teh, biji-bijian, ataupun sebaran kartu eksotik. Nurani menjadi kesadaran yang tercerahkan, & mengalirkannya melalui jemari tangan ke benda-benda sederhana yang memvisualisasikan melalui perlambang.

Tujuh puluh delapan kartu Tarot terdiri dari 22 kartu Arcana Mayor (greater secrets) yang mencerminkan jiwa alam semesta, & 56 kartu Arcana Minor (lesser secrets). Kartu Arcana Mayor merupakan simbol dari perjalanan ruhani kita, yang diawali oleh kartu the Fool & berakhir pada kartu the World. Dan pada antara keduanya terbentang 20 karakter semisal the Emperor, the Lover, the Hanged Man, the Devil, Death & lain-lain (yang menarik, kartu the Devil sempat menghilang dari disain kartu pada abad ke 15 & baru didesain pulang pada abad ke 20).

Kartu the Devil sendiri merupakan simbol bagi karakter yang masih memiliki keterikatan menggunakan nafsu duniawi mirip harta & kekuasaan: ambisi buat menumpuk harta atau ambisi buat menguasai. Dan keluarnya kartu ini mensiratkan adanya kendala yang bersifat duniawi yang masih mengikat seseorang buat semakin tinggi ke level spiritual yang tinggi.

Kartu-kartu Arcana Minor terasa lebih rumit bagi saya menjadi pemula, alasannya adalah banyaknya simbol & angka & tingkatan. Ada gambar pedang, menjadi simbol elemen udara yang mencerminkan ilham, pemikiran, kecerdasan & kegiatan bersifat mental. Ada gambar tongkat, simbol elemen barah yang mencerminkan kreativitas, daya mencipta, perubahan, kehausan buat mencipta. Ada gambar koin, menjadi simbol elemen tanah yang mencerminkan unsur keduniaan, kebendaan, kemakmuran, kebumian.
Ada gambar cangkir, simbol elemen air yang mencerminkan emosi, perasaan, cinta & kebersamaan. Munculnya lebih poly kartu elemen Air, contohnya, mensiratkan bahwa seseorang lebih didominasi oleh emosi & perasaan atau terombang-ambing atau suka berkhayal saja. Baik, nisbi ya teorinya.

Bagian paling menarik merupakan prakteknya. Mari kita campurkan dan kocok kartunya, & mulai menebarnya. Ada poly ragam tebaran kartu yang mampu dipakai. Dari yang paling sederhana menggunakan tebaran 2 kartu sampai yang paling ekstensif menggunakan tebaran poly kartu. Semakin poly kartu yang ditebar & dibuka, semakin kompleks cerita yang mampu dibaca. Sepertinya perlu jam terbang yang tinggi buat mampu membaca cerita yang terhampar menggunakan mulus & nyambung.

Bagi pemula mirip saya, yang paling sulit merupakan menghafalkan arti dari masing-masing kartu (ada 78 kartu semuanya). Jadi ribet alasannya adalah saya masih wajib membuka kamus Tarot-nya setiap kali mau membaca cerita dari kartu yang terhampar. Sepertinya wajib acapkali-acapkali dilatih.

Kartu Tarotnya wajib acapkali dipakai, dibawa kemana-mana & mencoba buat membaca apapun yang mampu dibaca: tentang diri kita, tentang rekan kerja kita, tentang tetangga kita, tentang orang lain, asalkan kita tahu nama yang bersangkutan supaya mampu dikontak oleh nurani kita. Satu hal lagi, tampaknya dalam menyusun cerita dari tebaran kartu Tarot kita musti berlatih buat mendengarkan apa istilah nurani kita & mengikuti apa yang ingin dia kisahkan secara apa adanya.

Besar sekali godaan ego & akal buat melakukan intervensi, apalagi andai istilah tebaran itu mengenai diri kita sendiri, buat memoles-moles cerita supaya jadinya bagu atau ceritanya sesuai menggunakan kehendak ego kita. Kartu the Devil, contohnya, mampu diplintir buat membenarkan ambisi kita akan uang & kekuasaan. Kartu the Emperor mampu diplintir buat memuaskan nafsu kesombongan kita. Dan poly lagi celah buat ego kita menyelinap mengubah-ubah cerita.

Maka, benar sekali andai istilah dikatakan bahwa awalnya kartu Tarot itu dipakai menjadi alat pembelajaran bagi para pejalan buat mencari jati diri & melihat kebeningan hati dan kejernihan nurani mereka. Karena hanya menggunakan jam terbang yang tinggi dari ketulusan hati, kita akan mampu membaca pesan semesta secara apa adanya. Baik tentang kelemahan & keburukan jiwa kita secara apa adanya. Nah, bagi sampeyan yang alergi yang beraroma kebarat-baratan rasah risi alasannya adalah kini telah ada kartu tarot yang bernuansa budaya Nusantara. Bahkan ada kok kartu tarot bergambar karakter Wayang. Hayuuk pada campurkan dan kocok lagi kartunya

Bumi Para Nata 040417

Leave a Reply