Tulisan ini sebenarnya tulisan usang dan aku posting kembali kepada situs baru ini. pribadi saja dalam edisi tulisan yang aku petik dari primbon ini kita akan mengenal singkat tentang Kamasutra Jawa heheheh..
Seks artinya sesuatu yang sangat luhur, seks tidak hanya menegaskan bagaimana cara melakukannya. Lebih vital, bagaimana imbas dari interaksi itu
Pada kultur jawa, misalnya umumnya kultur warga timur yang agraris, selalu saja mengaitkan pemahaman sesuatu perkara dengan faktor alam, lingkungan yang membentuk adat, kebudayaan dan nilau atau kebiasaan. Demikian pula dalam hal seks ini.
Pada pemahaman Jawa, seks merupakan sesuatu yang tak terlepas dengan nilai dan pendukungnya. Misalnya saja, seseorang yang akan menunjuk pasangan hidup tidak sanggup berasal saja, apabila ingin mendapatkan keturunan yang baik, famili yang harmonis atau ayem tentrem. Bahkan dari hal yang paling mendasar, kultur Jawa telah menegenalkan tentang ilmu katuranggan, yaitu ilmu tentang tabiat dan sifat manusia yang dibawa dari lahir yang kemudian akan menentukan perilakunya.
Dengan ilmu katuranggan ini, akan diketahui bahwa tidak setiap laki-laki cocok atau berdasarkan dengan setiap perempuan. Sebab, seseorang perempuan yang memiliki katuranggan tertenttu, berdasarkan ilmu ini, akan mendapatkan kebahagiaan dengan laki-laki yang punya katuranggan tertentu. Atau sebaliknya, sanggup mendapatkan banyak perkara, misalnya penyakit, keributan, dan gangguan lainnya. Aika memamng katuranggan mereka tidak cocok!
Jadi tidak setiap laki-laki cocok dengan perempuan. Dengan analog misalnya ini saja, kultur Jawa mengajarkan seks dilarang diobral sembarangan, harus hati-hati dan mengikuti anggaran.
Orang Jawa sangat percaya bahwa lingkungan memang punya peranan besar dalam hidup manusia. Artinya, siklus hidup manusia tak akan lepas dari alam. Karena itu orang Jawa sangat percaya tentang adanya hari baik, daerah yang baik dan cara yang baik (dalam warga Jawa, hari,bulan dan tahun memiliki hitungan nilai, demikian pula arah). Untuk itu segala aktivitas vital, dilakukan kepada hitungan waktu, daerah dan cara yang baik dan menguntungkan. Demikian pula dalam hal interaksi intim.
bila dijabarkan lebih lanjut, waktu hal tadi, artinya menjadi berikut:
yang pertama perkara waktu. Selama melakukan interaksi intim, perkara waktu sangat memegang peranan. Artinya, peranan buat kehidupan selanjutnya. Orang Jawa percaya, interaksi suami istri sebaiknya dilakukan kepada waktui tengah malam (selain sepi, anak-anak sudah kepada tidur..). ini merupakan waktu yang paling baik, maka pasa sat itulah konsentrasi sanggup dilakukan secara penuh dan sungguh-sungguh. Karena sungguh-sungguh, maka niatnya pula harus baik. Dengan begitu kelak, anak-anak yang akan dilahirkan pun memperoleh impak yang baik.
Sebaliknya,kalau dilakukan siang hari, dipercaya kurang baik. Salah satu alasannya, kepada siang hari kepada umumnya orang melakukan aktivitas bekerja. Nah, kalau timbul yang menggunakannya buat hal yang satu itu, jangan-jangan niatnya lain. Jangan-jangan bukan dengan pasangan resmi. Jadi dengan pemahaman misalnya itu saja, sebenarnya sudah mencegah orang menyalahgunakan aktifitas seks.
Kedua, perkara daerah. Dalam kebudayaan Jawa, timbul pemahaman, bahwa kamar mandi dan WC selalu timbul dibagian belakang sebuah rumah. Sebab, kamar mandi dan WC artinya sebagi pelambang daerah yang kotor. Dengan demikian, daerah yang ideal buat bercinta, ya rumah sendiri (malah dalam rumah Jawa, timbul bagian yang pribadi yang dikenal menjadi senthong dan gadri). Dengan begitu, dalam kebudayaan Jawa, tidak dikenal adanya aktifitas pribadi ini dilakukan kepada kamar hotel, apalagi yang kamar mandinya menyatu dengan kamar. Nah, kalau timbul yang misalnya itu dipercaya kurang baik, atau interaksi pribadi itu sudah dicemari oleh hal-hal kotor.
Ketiga, perkara cara. Suatu hal yang sempurna, kalau niatnya baik, maka pula caranya pula harus dilakukan dengan baik. Pengertian baik ini, ya berdasarkan dengan tujuannya. Dalam warga Jawa, interaksi cinta, salah satu tujuan bainya artinya mendapatkan keturunan. Karena itu caranya harus dengan baik, lembut dan penuh kasih sayang. Malah, kepada pasangan dianjurkan berhias, tampil anggun bagi wanitanya, dan segar buat laki-lakinya. Tujuannya, disamping buat menggairahkan, pula jadi perlambang agar keturunannya kelak, kalau perempuan akan anggun dan kalau laki-laki akan tampan dan gagah.
Lain halnya kalau tujuannya semata-mata buat nafsu, maka cara yang kasar dan brutalpun dibolehkan. Kepuasan-kepuasan sesaat memang sanggup diperoleh, namun kalau terlena dan hal itu menghasilkan anak, biasanya anak yang dilahirkan akan bersufat proaktif, super aktif dan sebagainya.
Pada pemahaman Jawa seks itu sangat luhur. Pendidikan seksnya pun menyeluruh, mulai dari menunjuk pasangan , waktu, daerah dan cara. Bahkan, sebelum melakukan interaksi intim pun kepada haruskan berdoa, memohon kepada Tuhan supaya dalam melakukan interaksi kewajiban pribadi tadi dilindungi dari segala gangguan nafsu agar mengahsilkan anak yang baik. Itulah sebabnya warga Jawa kepada zaman dahulu dipercaya memiliki budi pekerti luhur. Untuk sekarang, sudah tahu sendirilah!
Dan kepada zaman sekarang ini, dalam prilaku sudah jauh tidak sama dengan jaman dulu. Masyarakat sekarang sudah tidak peduli lagi dalam menunjuk pasangannya. Kita sanggup lihat produk manusia dulu dan sekarang, dimana nilai spiritual yang diterapkan dalam interaksi intim sangat tidak sama. Pendidikan seks yang berdasarkan pemahaman Jawa sangat komplit. Tidak misalnya kepada Barat, dimana pendidikan seksnya hanyalah bagaimana berperilaku bermain seks. Itulah yang membentuk orang ingin melakukannya. Makanya, hampir sanggup dikatakan lebih banyak didominasi belia-mudi kepada Barat telah mengenal bahkan melakukan interaksi intim dengan versus jenisnya sebelum menikah, Sedang, berdasarkan pemahaman Jawa yang nomor satu artinya laangan melakukan interaksi intim kepada luar perkawinan. Lantas, bagaimana dengan remaja kita sekarang?