KAYU CENDANA WANGI merupakan bahan pembuat warangka (sarung) keris atau tombak yang banyak disukai para pecinta tosan aji, terutama di daerah Surakarta dan sekitarnya. pohonnya berkayu keras dan tingginya dapat mencapai 15 meter.
Kayu cendana wangi yang berasal dari Sumbawa dan Timor Timur terkenal karena baunya yang amat harum, lebih harum daripada kayu cendana jawa yang ditanam di Pulau Jawa. Berdasarkan susunan, alur kayunya, dan pantulan cahaya kilapnya, yang dalam istilah perkerisan disebut nginden, para pecinta keris di Indonesia membedakan cendana dalam beberapa jenis. Cendana ndaging urang menampilkan tekstur dan muare yang mirip dengan daging udang. Cendana nganam kepang menampilkan tekstur dan muare yang mirip dengan anyaman bambu. Selain itu juga dikenal adanya jenis cendana doreng yang permukaannya seolah berbelang-belang berwarna coklat tua. Jenis nginden yang keempat adalah cendana nyutra, yang tekstur dan muarenya mirip kilapnya kain sutra. Makin bagus penampilan serat kayunya, semakin mahal harga cendana itu.
Pohon kayu cendana wangi(Santalum album L) berkulit batang kasar. Bila cara penebangan dan pengeringan kayunya kurang tepat, permukaan kayu cen-dana mudah pecah-pecah. Daun cendana kecil-kecil berbentuk bulat telur dan tidak rindang. Kayunya mengandung minyak yang dipakai sebagai bahan pengharum. Di Jawa Tengah dulu pernah ada kepercayaan yang mengatakan bahwa, jika seseorang datang menengok orang sakit parah dengan mengenakan keris berwarangka kayu cendana, tuah kayu cendana itu akan mempercepat kematian si sakit. Kepercayaan semacam itu mulai hilang ketika keris bukan lagi menjadi kelengkapan pakaian sehari-hari. Bagi yang percaya, kayu cendana wangi adalah balk untuk mernehhara tuah isi keris yang berada di dalam warangkanya.
9 Keris Pusaka Sakti legendaris