Jauh sebelum Majapahit berdiri, Tuban lebih dulu ada. Selain sebagai pelabuhan paling terkenal di Jawa pda zamannya, Tuban juga terkenal juga sebagai bumi para wali atau aulia. Ini di buktikan dengan banyaknya para tohoh waliyullah baik yang dikebumikan di Tuban atau hanya meninggalkan tapak tilas singgahnya di bumi Ranggalawe ini.
Selain sejarah dengan jejak-jejaknya, Tuban juga menyimpan legenda yang mewarnai kedatangan orang Tionghoa. Legenda tersebut berkaitan dengan Cheng Ho. Dan legenda ini menyertakan fisik berupa sumur yang dikenal dengan sumur Srumbung.
Konon, terjadinya sumur tersebut berawal dari adu kesaktian antara Sunan Bonang serta orang asing bernama Dampu Awang. Dia ialah tokoh sakti mandraguna yang konon menguasai berbagai macam ilmu kesaktian.
Kesaktian serta ketinggian ilmu Sunan Bonang rupanya telah terdengan oleh Dampu Awang yang sombong, hingga berniat mengadu ilmunya. Namun, sebelum perang tanding berlangsung, kapal yang di tumpangi Dampu Awang lebih dulu musnah dihantam ombak di perairan Tuban. Semua barang serta kitab-kitab lenyap entah kemana.
Meski begitu, Dampu Awang, permanen berhasil mendarat di Tuban serta berhasil menemui Sunan Bonbang. Mereka berdua sepakat bertarung dengan taruhan iman masing-masing. Kalau Sunan Bonang kalah, dia akan mengikuti agamanya Dampu Awang, serta sebaliknya. Kemudian Sunan Bonang menancapkan tongkatnya di sebuah tempat dipinggir laut serta meminta Dampu Awang mencabutnya.
Anehnya, meski sekuat tenaga Dampu Awang berusaha, tongkat itu tak kunjung tercabut. Tongkat baru lepas dari tanah sesudah dicabut sendiri oleh Sunan Bonang. Mendadak dari lubang tanah bekas tongkat, muncul air sangat deras, serta menumpahkan seluruh barang serta kitab milik Dampu awang yang sempat hilang waktu dalam pelayaran menuju Tuban. Seketika itu juga, dampu awang mengakui kehebatan Sunan Bonang serta tentu saja bersedia mengikuti keyakinan Sunan Bonang, memeluk Islam.
Oleh orang-orang waktu itu, lubang air bekas tongkat Sunan Bonang yang mengalir deras tersebut di tandai dengan Srumbung. Itulah mengapa sumur tersebut dinamai dengan sumur Srumbung. Srumbung ialah bonggol pohon lontar, yang niranya biasa dibuat minuman legen. Saat ini srumbung tersebut hanya mampu dilihat bila air sendang sedang dikuras.
Lebih lanjut dengan tapak tilas orang Tionghoa yang yang masih mampu disaksikan di Tuban dengan adanya Kleteng Kwan Sing Bio, satu-satunya Klenteng yang berlambang utama kepiting, bukan naga mirip kebanyakan Klenteng lainnya.
Bukti lain keberadaan orang Tionghoa pernah mendarat di Tuban, khususnya pasukan Tar Tar yang tergabung dengan kekaisaran Mongolia pernah menggunakan laut Tuban sebagai jalan menuju Majapahit.Yang peninggalannya mampu kita temui di Museum Kambang Putih berupa jangkar serta beberapa pedang kuno. Akhir kata, cukup sampai disini dulu, insya Allah di lain kesempatan disambung lagi..matur suwun