- Kisah Kanjeng Sunan Kalijaga
- Syekh Wali Lanang
- Raden Rahmat Datang di Jawa
- Prabu Brawijaya Mengawini Putri Cempa
- Kisah Ciung Wanara
- Raden Sesuruh Membuka Alas Majapahit
Hal itu diketahui oleh anak Sang Raja, yang nama Raden Sesuruh. Lalu ia menyiapkan pasukan dengan segala alat perang untuk menangkap Arya Banyak Wide. Tidak lama kemudian terjadi perang ramai. Prajurit Banyak Wide banyak yang mati, karena diamuk oleh Raden Sesuruh. Banyak Wide keluar menghadapi Raden Sesuruh. Keduanya berhadapan. Raden Sesuruh dilempar panah, terkena sawuknya. Putus dan kainnya jatuli. Raden Sesuruh sangat malu lalu lari dan mundur. Ia melarikan diri ke arah timur, dan abru berhenti setelah sampai di Desa Kali Gunting, di rumahnya seorang janda. Raden Sesuruh lalu diambil anak. Setelah Raden Sesuruh lolos, Arya Banyak Wide bertahta di Pajajaran. Ia memerintahkan kepada pars pengikutnya semua, agar jangan memberi perlindungan kepada Raden Sesuruh. Siapa yang melanggar larangan ini, mesti akan mendapat hukuman berat.
Karena desa di Kali Gunting tadi termasuk daerah Pajajaran, maka Nyai Janda dan saudaranya lakilaki bemama Ki Wira, Ki Nambi dan Ki Bandar, sangat ketakutan, setelah tahu larangan Sang Prabu. Mereka berembug dengan Raden Sesuruh tentang apa yang hendak dilakukan. Raden Sesuruh berkata, ia hendak pergi mengem bara, agar jangan sampai Nyai Janda mendapat kesulitan. Nyai Janda dan para saudaranya hams ikut dalam perjalanan itu. Kemudian mereka pergi dari desa Kali Gunting. Saudara saudara Nyai Janda banyak yang ikut, kurang lebih suratus orang. Daerah yang dituju adalah Gunung Kumbang. Di situ ada yang bertapa, benama Ajar Gemara Tunggal. Ia orang yang waskita, luhur, tasdik serta tahu sebelum terjadi, dan memimpin para makhluk halus di tanah Jawa. Ajar Gemara Tunggal, tahu kalau akan mendapat tamu Raden Sesuruh, demikian pula apa yang menjadi maksudnya. Kyai Ajar lalu memberi petunjuk.
Raden Sesuruh disuruh berjalan lurus ke timur. Kalau menemukan pohon Maja hanya satu, yang berbuah hanya satu, dan isinya pahit, disuruh membuat desa di situ. Tempat itu kelak akan menjadi negeri besar. Raden Sesuruh yang akan menjadi raja, dan menurunkan para raja di tanah Jawa, serta dapat membalas kepada raja Pajajaran. Adapun Ki Ajar tadi adalah putri Pajajaran yang meloloskan diri. Sesungguhnya is masih eyang Raden Sesuruh. Ia pergi dari istana dan menjadi ajar, karena talc mau dikawinkan. Banyak raja yang melamar, tapi ditolaknya. Selolosnya dari negeri Pajajaran, menuju ke Gunung Kumbang. Di situ ada pohon cemara hanya satu, maka bemama Ajar Gemara Tunggal. Raden Sesuruh diserepaken menggah Ini. Kemudian Ki Ajar malih rupa menjadi putri yang cantik. Raden jatuh cinta. h mendekatinya hendak memegang. Tapi perempuan lalu menghilang. Tidak lama kemudian kelihatan, lagi, tetapi sudah kembali menjadi Ajar. Raden Sesuruh bersujud di kakinya, serta meminta ampunan.
Ajar Cenmara Tunggal berkata lagi, kelak ingin bertemu lagi dengan leaden Sesundt, kalau sudah bertahta, merajai tanah Jawa Kyai Ajar juga mengatakan hendak ber pindah ke lautan pasir. Di situ is bertahta mengepalai segala jenis makhluk halus. Kemudian hendak memindahkan istana Pamantingan, agar tunduk di bawah Raden Sesuruh. Adapun keturunan Raden Sesuruh disuruh beristana di sebelah utara Pamantingan, di selatan Guunung Merapi. Serta siapasiapa yang bertahta di tanah Jawa, hendaknya memperistri Ajar Cemara Tunggal. Akhirnya Raden Sesuruh dipesani, kalau kelak mendapat kesulitan, disuruh memanggil Ajar Cemara Tunggal. Ia mesti akan datang membantu bersama seluruh prajurit makhluk halus. Sehabis dinasehati Raden Sesuruh disuruh berangkat, menuju negeri Singasari. Raden Sesuruh segera berpamitan, lalu berangkat bersaina temantemannya suratus orang. Akhirnya rombongan itu berhenti di hutan diam yang ada pohon maja, buahnya satu. Raden Sesuruh ingat pesan Ajar Cemara Tunggal. Buah maja disuruh memetik. Setelah dimakan, rasanya pahit.
baca juga:
9 Keris Pusaka Sakti Yang Melegenda di Indonesia
Bursa Keris Tosan Aji
Artikel Pengetahuan Tentang Ilmu Keris
Akhirnya mereka tinggal di situ, disebut Desa Majapahit. Kemudian banyak orang datang, ikut berumah di situ, serta bercocok tanam. Lamalama menjadi negeri besar, terkenal di mana-mana. Alkisah, arya Bangah saudara Raden Sesuruh, yang bertahta di Galuh. Negerinya dikalahkan oleh Pajajaran. la lobos dari negeri, bertemu dengan adiknya di Desa Majapahit tadi. Setelah menceritakan kesedihannya, lalu keduanya bermufakat hendak menyerang Pajajaran. Mereka kemudian menyiapkan bala pasukan. Akhirnya, Pajajaran runtuh. Setelah runtuhnya Pajajaran, Raden Sesuruh bertahta di Majapahit. Orang sepulau Jawa bersujud kepadanya. Arya Bangah berganti nama Arya Panular. Ki Wira dijunjung kedudukannya menjadi patih bernama Patih Wahan. Ki Bandar serta Ki Nambi dijadikan menteri. Lama-lama Prabu Sesuruh berputra dan diberi nama Prabu Anom. Patih Wahan juga berputra, bernama Udara, menjadi Adipati Kediri. Setelah wafatnya Prabu Sesuruh diganti putranya. Yang menjadi patih masih Patih Wahan. Suatu ketika Sang Raja yang baru itu hendak memiliki berburu ke hutan. Patih Wahan tidak setuju, karena sedang barn saja menjadi raja, pars hamba belum sujud semua.
Sang Raja salah paham. Menurutnya Kyai Patih menghalang-halangi maksudnya, sehingga ia sangat marah. Ia lalu masuk ke dalam istana. Sang Raja memiliki seorang hamba, bernama Ujung Sabata, ia menjadi Lurah Kajineman, yang diberi wewenang masuk dalam istana. Tahu, kalau rajanya marah, karena ditahan niatnya oleh Ki Patih, lalu ia menghadap pada Sang Prabu. Banyak-banyak ia menasehati, tetapi justru semakin marah, sampai memerintahkan kepada Ujung Sabata, agar membunuh Patih Wahan. Ia diberi keris pusakanya yang bernama Kyai Jangkung Pacar. Ujung Sabata terpaksa menuruti perintah itu. Patih Wahan mati, dibunuh di rumahnya sendiri. Istri dan anakanaknya diambil dan dirumahkan. Setelah matinya Patih Wahan, Sang Raja melanjutkan keinginannya berburu ke hutan dengan istrinya, diikuti para hamba. Karena sukanya berburu, Sang Raja berpisah dengan para pengikutnya. Putra Patih Wahan yang menjadi Adipati Kediri, mendengar berita kalau ayahnya mati dibunuh oleh Sang Prabu. Tahu, kalau Sang Raja sedang berburu ke hutan, ia lalu naik kuda dengan membawa pusaka untuk mencari Sang Raja, hendak membalas kematian ayahandanya. Kebetulan bertemu sendirian, Sang Raja dibunuh hingga tewas. Tahta kemudian digantikan kepada putranya, bemama Adiningkung. Prabu Adiningkung berputra Hayam Wuruk. Hayam Wuruk berputra Lembu Amisani. Patihnya bernama Demung Wular. Lembu Amisani berputra Bratanjung. Bratanjung berputra Raden Alit, setelah bertahta bernama Brawijaya. Patihnya bemama Gajah Mada.