- Kisah Kanjeng Sunan Kalijaga
- Syekh Wali Lanang
- Raden Rahmat Datang di Jawa
- Prabu Brawijaya Mengawini Putri Cempa
- Kisah Ciung Wanara
- Raden Sesuruh Membuka Alas Majapahit
Sang Prabu Brawijaya suatu malam bermimpi kawin dengan putri negeri Cempa. Esok paginya is memanggil Ki Patih, disuruh pergi ke negeri Cempa, membawa surat, katur raja Cempa. Bunyinya: melamar putranya. Adapun prenahnya negeri Cempa tadi tanah sabrang. Patih Gajah Mada lalu berjalan naik perahu. Perjalanan selamat sampai negeri Cempa. Raja Cempa berputra tiga orang, nomer satu dan dua adalah perempuan, bungsunya lakilaki. Patih Gajah Mada menghadap kepada Sang Prabu, menyampaikan surat. Sang Raja mengizinkan anaknya dilamar.
Putrinya yang pertama dibawakan kepada Ki Patih, serta diberi gong, bernama Kyai Sekar Delima, gerbong bemama Kyai Balai Lumur, serta pedati bemama Kyai Jebat Beth. Ki Patih lalu berangkat. Selamat sampai kembali ke negeri Majapahit. Putri disampaikan kepada Sang Raja Prabu Brawijaya. Sang Prabu Cempa tadi mendapat tamu orang dan tanah sabrang, lagi bemama Makdum Ibrahim Asmara. la memohon kepada Sang Raja agar masuk agama Islam. Sang Raja menuruti karena rakyat senegeri dua masuk agama Islam. Putrinya yang nomer dua tadi kemudian dikawinkan dengan Makdum Ibrahim Asmara.
baca juga:
9 Keris Pusaka Sakti Yang Melegenda di Indonesia
Bursa Keris Tosan Aji
Artikel Pengetahuan Tentang Ilmu Keris
Setelah Sang Prabu wafat, digantikan oleh putra lakisuami. Lamalama Makdum Ibrahim Asmara berputra dua orang lakilaki. Di tengah hutan daerah negeri Majapahit ada dua orang raksasa bersaudara sedang bertapa, lakilaki perempuan. Raksasa perempuan tadi sangat ingin menjadi istri Prabu Brawijaya. Karena berwujud raksasa, is malih rupa menjadi perempuan sangat cantik, bemama Endang Sasmita Pura. Ia pamit kepada saudaranya, hendak mengabdi kepada Sang Prabu Brawijaya. Saudaranya itu mengizinkan. Setibanya di negeri Majapahit sebanyak orang heran melihat kecantikannya. Berita itu sampai kepada Sang Raja. Lalu disuruh membawa ke istana, lalu dijadikan selir. Lama-lama Endang Sasmita Pura hamil. Ia nyidam ingin makan daging mentah. Sang Raja mengizinkan. Setelah Endang Sasmita Pura makan daging mentah, lalu kembali berwujud raksasa lagi. Sang Raja kaget, sena sangat marah. Ia mengambil tombak. Endang Sasmita Pura hendak dibunuh. Akan tetapi tidak jadi, karena ia lari kembali hutan. Setelah sampai sembilan bulan, raksasa perempuan tadi melahirkan anak laki-laki tampan dan diberi narna Ki Dilah.
Setelah Ki Dilah sudah dewasa, ia bertanya siapa ayahnya kepada ibunya. Ibunya memberi tahu dengan terus terang. Jaka Dilah lalu pamita, hendak berjalan ke negeri Majapahit, hendak mengabdi Sang Raja. Ditahantahan, tapi tidak mau, tetap memaksa pergi. Sampai di Cempa, ia bertemu dengan Patih Gajah Mada di Sitinggil. Setelah menyatakan maksudnya, lalu disampaikan kepada Sang Prabu. Sang Raja mengizinkan, Jaka Dilah dijadikan panakawan. Prabu Brawijaya ingin berburu ke huian. Ki Dilah berkata, “Jangan susahsusah berburu ke hutan. Ki Dilah sanggup menggiring berbagai binatang hutan ke alunalun. Sang Raja berkenan, akan tetapi kalau tidak bisa menciatangkan seperti janjinya, akan dihukum mati. Jaka Dilah lalu pergi ke hutan, bertemu dengan ibunya. Ia mengatakan tentang kesanggupannya terhadap raja Majapahit. Ibunya kegupi lalu mengumpulkan segala binatang hutan. Setelah banyak binatang berkumpul, lalu digiring oleh Jaka Dilah sampai di alunalun Majapahit. Hal ini membuat suka hati Sang Raja. Pengabdian Jaka Dilah diterima. Setelah berburu, Jaka Dilah dinaikkan pangkatnya menjadi raja di Negeri Palembang, diberi nama Arya Damar, serta diberi seribu prajurit. Arya Damar lalu berangkat meninggalkan negeri Majapahit, lewat Gresik.