Dunia Keris Selamat tiba kerabat perkerisan. Seperti pada goresan pena tapak tilas di perkerisan ini, beberapa tahun yang kemudian saya berkesempatan ke Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Seperti ada dorongan batiniah yang bertenaga saya buat menziarahi Makam Kelambu Kuning, selengkapnya baca DISINI.
Yang paling saya ingat ketika itu, jembatan yang menhubungkan Tenggarong & Samarinda belum usang ambruk. Kabupaten Kutai Kartanegara, selain kaya sumber daya alam, jua berlimpah potensi wisata alam & budaya. Diantaranya, taman wisata Pulau Kumala. Tetapi benarkah pulau itu dahulunya sebuah kapal asing yang tenggelam? Kali ini saya mencoba menyusurinya dari cerita kata yang untungnya sudah saya tuliskan yang rencananya mau saya posting ke kompasiana, akan namun urung.
Merujuk dari wikipedia, Pulau Kumala terletak di tengah sungai Mahakam. Merupakan taman rekreasi deretan teknologi terkini & budaya tradisional. Pulau seluas 81,727 ha ini sudah dilengkapi beberapa fasilitas mirip sky tower dengan tinggi 100 meter & kereta gantung yang menghubungkan dengan daerah seberang sungai Mahakam. Pulau Kumala jua dilengkapi hotel & cottage.
Sebelum dibangun menjadi taman wisata, pulau itu hanyalah sebuah hutan di tengah sungai yang ditumbuhi flora liar, pepohonan lebat & binatang-binatang liar. Apabila sungai Mahakam meluap, pulau ini kerap tenggelam.
Namun, setelah Bupati Kutai Kartanegara, H. Syaukani HR merealisasikan gagasannya membangun daerah wisata, maka terciptalah Pulau Kumala, yang mulai dibangun pada tahun 2000.
Hal yang mendasari pandangan baru pembuatan Pulau Kumala tadi antara lain, terjadinya pendangkalan muara sungai Tenggarong & harus dikeruk agar kapal yang melewati sungai Mahakam tidak kandas. Hasil kerukan tersebutlah yang dijadikan material pokok penimbunan Pulau Kumala yang berawa dampak naiknya permukaan air.
Pembangunan Pulau Kumala itu sendiri ditangani kontraktor lokal dengan konsultan dari Jakarta. Pembangunannya diawali dengan pengerukan yang memakai material pasir sebanyak 1.5 juta meter kubik.
Langkah berikutnya artinya pemasangan turap pada sekeliling tepian Pulau Kumala. Sehingga luas areal Pulau Kumala yang semula 76 ha, setelah penurapan menjadi 81,727 ha. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan jalan & pemasangan listrik.
Pulau Kumala dibuka pada bulan September 2002, bersamaan pesta seremoni Erau. Selanjutnya dibangun jua kereta gantung, lamin mancong (rumah panjang: rumah adat Dayak), lamin wahau, lamin beyoq, air mancur, sky tower, rumah puja, patung lembusuana, hotel dan gerbang pokok. Untuk memasuki area taman rekreasi, pengunjung dikenakan tarif sebanyak Rp 2.000 buat sekali masuk, ad interim buat menikmati sarana yang berada di taman rekreasi ini tarifnya bervariasi antara Rp 1.500 s/d Rp 10.000 buat satu permainan. Ada lebih kurang sepuluh sarana permainan yang bisa dinikmati, mirip jet clotser, bombom car, lawak putar & gocart.
Tepatnya pertengahan tahun 2007 kemudian setelah dari makam kelambu kuning terlebih dahulu saya berkunjung ke Pulau Kumala. Sambil menikmati keindahannya, tidak lupa saya mencari memahami jejak mistis pulau buatan ini.
Seorang pekerja proyek yang saya jumpai membicarakan, dirinya pernah melihat penampakan di lebih kurang cottage. Menurutnya, penampakan makhluk akbar homogen genderuwo sering terlihat di sana.
Lebih jauh dia menyampaikan, malam itu dia bermaksud ke cottage menemui temannya. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika melihat sosok tinggi akbar berada diantara kerimbunan pohon. Karuan saja dia lari tunggang langgang. Sementara seseorang pekerja proyek lainnya mengaku melihat sosok perempuan anggun di turap tidak jauh dari gerbang masuk.
Dalam kunjungan ke Pulau Kumala ini, sata ditemani seseorang rekan satu kampung yang berdinas menjadi polisi di Samarinda, sebut saja Badir (bukan nama sebenarnya). Kebetulan istinya artinya orang Kutai, maka tidak heran dia sering mendengar cerita-cerita gaib.
Maklumlah, jauh sebelum adanya daerah wisata ini, Pulau Kumala memang menjadi hunian gaib, ujarnya waktu saya menanyakan hal-hal mistis padanya. Menurut Badir, beberapa tahun kemudian ada seseorang mengalami kejadian yang tergolong aneh di sini.
Dikisahkan, pria bernama Amir itu biasa berkebun di Pulau Kumala. Suatu hari, waktu sedang sibuk mengurusi kebunnya, tiba-tiba Amir melihat sebuah goa. Sebelumnya, dia tidak pernah menjumpai goa di pulau ini.
Dengan perasaan heran bercampur takut, Amir pun memasuki goa tadi. Sesampainya di dalam goa, entah kenapa, dia merasa seolah-olah berada di dalam kabin kapal. Di dalamnya terdapat lorong, palka, ruang mesin & kamar-kamar. Dalam keremangan cahaya, Amir terus saja melangkah diantara lorong & kamar-kamar tadi. Beberapa ketika kemudian, dia terkejut mendengar suara-suara orang berbicara di salah satu sudut kamar. Bahasanya terdengar asing.
Kemudian Amir memberanikan diri mengetuk pintu kamar tadi. Tetapi tidak ada jawaban. Dia pun mencoba membukanya.
Amir tersentak kaget melihat sosok yang ada di dalamnya. Tampak 3-4 orang pria berwajah bule mengenakan kostum mirip seragam sedang berbincang di kamar itu. Mereka kemudian menatap Amir dengan tatapan hampa. Tiba-tiba, salah seseorang diantara pria itu menyapa Amir.
Mari sini. Silahkan masuk, kata pria asing itu dengan suara lembut sambil melambaikan tangan.
Amir menghampiri & duduk diantara mereka. Selanjutnya, 3 atau 4 orang itu kembali berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti. Sementara Amir hanya membisu saja sambil memperhatikan. Dalam penglihatan Amir, paras & postur orang-orang itu mirip orang asing, mungkin Eropa. Tetapi mengapa mereka ada di sini? Pikir Amir.
Anehnya lagi, mereka seolah tidak peduli dengan kehadiran Amir. Manusia-insan tidak dikenal itu membiarkan saja dirinya membisu terpaku. Entah berapa usang Amir berada diantara mereka, tiba-tiba saja matanya terasa berat. Dia pun tertidur. Amir baru terbangun karena ada temannya yang membangunkan.
Ternyata Amir terbaring tidur di dekat kebunnya. Tapi temannya itu tidak curiga sedikitpun, kata Badir mengakhiri ceritanya. Menurut Badir, ketika Amir menceritakan pengalamannya di goa tadi, nyaris tidak ada yang percaya. Padahal Amir merasa yakin berada di dalam sebuah kapal asing. Bahkan dia bisa menceritakan secara lebih jelasnya isi kapal tadi. Mungkinkah itu kapal yang pernah tenggelam beberapa ratus tahun kemudian?
Begitu lamanya kapal itu tenggelam, hingga tertutup tanah yang berasal dari hulu sungai Mahakam. Ratusan tahun kemudian, karena berada dekat muara, kapal karam itu tentulah tertutup tanah yang kemudian membangun menjadi Pulau Kumala. Kisah tadi tentu saja sulit dibuktikan kebenarannya. Tapi begitulah cerita yang saya dapatkan.
Sejarah mencatat adanya peperangan antara Kesultanan Kutai Kartanegara melawan kaum penjajah (Inggris & Belanda). Dikisahkan, pada tahun 1844, 2 butir kapal dagang pimpinan James Erskine Murray asal Inggris memasuki perairan Tenggarong. Murray tiba ke Kutai buat berdagang & meminta sebidang tanah guna mendirikan pos dagang dan hak transportasi kapal di perairan Mahakam. Tetapi Raja Kutai, Sultan A.M. Salehuddin, mengizinkan Murray berdagang hanya di daerah Samarinda.
Murray kecewa & marah dengan tawaran Sultan. Setelah beberapa hari di perairan Tenggarong, Murray melepaskan tembakan meriam ke arah istana. Tindakan ini dibalas pasukan Kesultanan Kutai. Pertempuran pun tidak sanggup dihindari. Armada pimpinan Murray akhirnya kalah & melarikan diri menuju laut. Sebuah kapal berhasil ditenggelamkan. Dalam pertempuran itu, James Erskine Murray terbunuh.
Insiden di Tenggarong ini hingga ke pihak Pemerintah Inggris. Sebenarnya Inggris hendak melakukan agresi balasan, namun ditanggapi pihak Belanda yang menduga Kutai bagian dari daerah jajahannya. Belanda berniat menyelesaikan konflik tadi dengan caranya sendiri.
Kemudian Belanda mengirimkan armadanya dibawah komando De Hooft dengan membawa persenjataan lengkap. Setibanya di Tenggarong, armada De Hooft pribadi menyerang istana Sultan Kutai.
Sultan A.M. Salehuddin pun diungsikan ke Kota Bangun. Panglima perang Kesultanan Kutai, Awang Long gelar Pangeran Senopati dengan pasukannya dengan gagah berani bertempur melawan armada De Hooft buat mempertahankan kehormatan Kesultanan. Tetapi Awang Long gugur dalam pertempuran tadi & Kesultanan Kutai Kartanegara akhirnya kalah.
Pada tanggal 11 Oktober 1844, Sultan A.M. Salehuddin dengan sangat terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda yang menyatakan Sultan mengakui pemerintahan Hindia Belanda & mematuhi pemerintah jajahan di Kalimantan. Ketika itu diwakili seseorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin. Sekian & hingga jumpai pada Jelajah selanjutnya. Nuwun.