Selamat tiba kerabat perkerisan. Saya rasa ketika saya berkata keris, kerabat perkerisan tentu tidak asing. Meskipun toh kalian tidak memilikinya, minimal memahami. Terlebih keris ialah warisan budaya orisinil bangsa kita sendiri. Tercatat indah sebagai mahakarya leluhur kita & dijadikan warisan dunia. Kita patut berbangga karenanya. Dalam budaya kita, terutama Jawa pada khususnya keris merupakan satu bentuk piandel & sarat akan makna falsafahnya. Nah, pada kesempatan kali ini saya mengajak kerabat perkerisan buat sedikit mengulas tentang keris, bukan tentang makna keris & falsafah adiluhungnya. Namun keris yang bisa berdiri. Penasaran?
Baik, pada dasarnya tidak semua keris mempunyai keistimewaan hingga berdiri di samping warangkanya. Hanya keris yang berbobot selaras dengan aturan alam secara vertikal & horisontal yang menampilkan karya adiluhung sumber budaya orisinil bangsa kita ini. Pembuatannya memilikki perhitungan yang standar, mulai sumber seleksi bahan (besi, hulu & jenis warangka), cara meracik, meramu & menimpa besi berkali-kali hingga proses akhir ialah memperlihatkan nama sebagai pelengkap Sangu Urip sumber keris tersebut. Sang Empu bukan hanya seorang pakar dalam membuat benda keris, akan tetapi mempunyai taraf kerohanian yang sepadan dengan rahib jua seorang ilmuwan yang mengetahui rahasia mistik tentang tiga alam sekali pun, yaitu alam atas, alam tengah & alam bawah.
Seperti halnya sebuah misteri yang belum terpecahkan hingga sekarang, bagaimanakah para pendahulu membuat bangunan-bangunan yang monumental termasuk Borobodur, di Magelang Jawa Tengah & Piramida di Mesir. Hingga detik ini, zaman telah sedigital ini manusia masih meraba-raba mengenai teknologi beserta ilmu & pengetahuan masa lalu.
Banyak kesimpangsiuran dalam ajaran sekaligus menjadi tahayul bagi banyak orang. Perkiraan saya, tetap ada ilmiah di balik semua, termasuk kemahiran para Empu membuat keris merupakan sebuah misteri bagi khalayak.
Seperti yang akan kita kaji & ulas ini, berdirinya keris mengisyaratkan keseimbangan antara kekuatan fisik, metafisika & fisika, alam nyata & alam mistik. Sang Empu mengetahui kode-kode rahasia alam yang bisa disalurkan melalui proses pembuatan keris yang berupa pamor, dapur, pemilihan besi, hulu & sebagainya. Kode-kode tersebut menjadi rumusan dalam tahapan pembuatan keris & telah mencapai perwujudan cipta karsa rasa.
Penunjang lainnya ialah ruang & waktu, maksudnya ialah pemilihan loka kerja & waktu. Kita ambil contoh yang masih bertahan hingga sekarang, di Bali, mengerjakan karya & lainnya termasuk perayaan Pura mengacu pada Kalender Hindu Bali. Membuat topeng di Bali, khususnya buat dijadikan Pusaka Keluarga, pembuat topeng mendalami banyak proses penyucian & pembersihan bathiniah termasuk ritual permohonan di Pura keluarga buat menurunkan pewahyuhan & titah. Berapa kali aktivitas semadi dilakukan di Pura Keluarga supaya kekuatan yang mengalir kepada pembuat topeng merupakan restu yang mengarahkan seluruh jiwa & raga demi kelancaran proses penciptaan.
Ada ajaran sumber Sang Wiku, Albert Einstein mengenai teori relativitas & ajaran lainnya termasuk mass, volume, weight. Sebuah keris ada pakemnya, berat, bentuk, besi & lain-lain yang sekiranya mempunyai nomor yang tepat sesuai ilmu pembuatan pedang. Albert Einstein mempunyai teori fisika, akan akan tetapi leluhur kita telah menjadi Albert Einstein jaman dahulu. Tidak perlu rumusan yang rumit, akan akan tetapi hasilnya tidak semua orang bisa menjiplak. Leluhur kita telah mengetahui kode-kode & rahasia alam, secara turun-tumurun ada upaya buat mewariskan ilmu keluhuran tersebut supaya tidak punah. Soal waktu saja, budaya masa lalu akan kembali misalnya dahulu dengan kesempurnaan pemahaman mengenai guna. Pengertian budaya ialah fungsi, berbeda dengan pelestarian budaya. Indonesia memilikki alam yang begitu indah, & telah seharusnya bisa mengembangkan budaya & mengembalikan alamnya yang telah mulai surut & kering.
Misteri ini mempunyai ilmu tersendiri walau di dunia barat baru menunjukkan ilmu anti-gravitasi mencari pola magnet yang bisa membuat besi terangkat beberapa inci sumber dasar; Indonesia telah memilikki budaya & ilmu warisan Leluhur mengenai keseimbangan, ujung pedang seukuran diameter rambut dapat menunjukkan ada ilmu di baliknya semua, & ada ilmiah yang belum terinci & bisa dijelaskan.
Fenomena keris berdiri secara bersamaan tanda idealisme kebersatuan. Jila mana tenaga yang memancar sumber beberapa keris terlalu kuat bagi yang lainnya, terjadi perlawanan & saling menjatuhkan. Namun sebaliknya, jikalau kekuatan di antara keris mempunyai kesejajaran, penampakan kekuatan saling mendukung yang membangun keharmonisan. Jika kita mampu berdiri di atas tanah dengan pujian melalui budaya sendiri, lebih cantik & lebih berarti daripada berbicara tanpa dasar yg akan membuat kita kehilangan logika. Maturnuwun..