web analytics
Menggali Makna Hidup Dalam Filosofi Tombak Sigar Jantung Pamor Wengkon Isi - DUNIA KERIS

Dunia Keris Selamat tiba kerabat perkerisan. Bisa jadi sampeyan baru mendengar apabila terdapat pusaka atau lebih tepatnya Tombak baik tangguh ataupun dapur mirip judul goresan pena ini. Ya, lantaran dalam global tosan aji atau global perkerisan memang nir terdapat tombak jenis ini. Tombak Sigar Jantung Pamor Wengkon Isen merupakan sanepan menurut bunga jantung pisang. Tapi tak banyak yang tahu bahwa filosofi yang terkandung dalam Tombak Sigar Jantung pamor Wengkon Isen atau bunga jantung pisang ini mengajarkan dalam kita perihal kerendahan hati, kebersihan budi, darma, keikhlasan serta pula fase dimana seseorang akan meraih kejayaan.

Sebelum kita mengulasnya lebih jauh, saya ajak kisanak buat mensifati makna yang terkandung dalam pohon pisang secara menyeluruh. Pohon pisang itu merupakan pohon yang sarat makna kehidupan, begitulang ungkapan yang pas buat mendefinisikan pohon yang akrab dalam keseharian kita ini. Betapa nir, biarpun kita potong, beberapa hari kemudian akan tumbuh tunas baru. Kalau batang baru ini dipotong lagi, akan tumbuh batang baru lagi. Dengan gigih ia akan berusaha terus buat tumbuh, sampai akhirnya memproduksi butir. Setelah butir berhasil ia persembahkan, memakai lapang dada ia akan mati, baik ditebang maupun nir.

Itulah karakter pohon pisang. Ia hanya punya satu cita-cita, yaitu memproduksi butir yang ia dipersembahkan buat siapapun yang ingin memanfaatkannya, mulai menurut burung, tupai, monyet, bahkan pula insan. Ia dikenal sangat gigih dalam mengejar cita-citanya, serta memakai lapang dada ia rela buat mati sehabis cita-citanya tercapai.

Tidak sampai dalam sini, selain gigih buat tumbuh, pohon pisang pula sarat memakai manfaat. Coba kita amati perjalanan hidup pohon pisang. Ketika pohon pisang baru lahir menurut dalam tanah, daun kecilnya sangat disukai ayam, bebek, angsa serta sejenisnya. Daun-daun segarnya seringkali dipatok habis oleh mereka. Walaupun daun kecilnya habis, pohon pisang mungil tetap berusaha tumbuh menjadi akbar. Setelah agak akbar sedikit, pohon pisang terbebas menurut jangkauan ayam, tetapi sekarang giliran kambing yang mengganggunya.

Ketika bergerak remaja serta berbebas menurut gangguan kambing, sapi serta kerbau pun tak mau ketinggalan mengganggunya. Ketika tumbuh terus serta terbebas menurut gangguan sapi serta kerbau, giliran insan memanfaatkannya. Daun pisang terkenal multi guna, terutama buat bungkus berbagai makanan. Sampeyan tentu kenal lemper, nagasari, pepes atau tempe toh? Makanan ini akan menjadi pilihan konsumen bila dibungkus memakai daun pisang. Ternyata, pelepah daun pisang pun sangat disukai anak-anak, buat berbagai bentuk mainan, mirip kapal-kapalan, mobil-mobilan, serta mainan tembakan. Mainan yang mengundang kreativitas, serta hebatnya lagi merupakan perdeo.

Ketika pohon pisang mulai berbuah, sisa bunganya, yang dikenal memakai jantung pisang, banyak diminati mak-mak buat disayur. Nah, inilah Tombak Sigar Jantung Pamor Wengkon Isen yang hendak kita kupas tipis-tipis tersebut, tentu bukan buat kita jadikan bahan sayur, lebih menurut itu, kita akan memaknakannya dalam kehidupan ini.

Tentu kita seluruh tahu, warna kulit jantung pisang warnanya merupakan merah. Warna merah dalam kulit jantung pisang ini menerangkan bahwa insan yang baru keluar serta baru mempunyai ilmu pengetahuan akan merasa apabila dirinya lebih dibanding orang lain. Hal ini terlihat dalam isi jantung tersebut yang isinya sangat begitu mungil serta masih penuh memakai getah serta teksturnya agak alot. Ketika kita kupas terus menerus sampai terdalam, akan terdapat lapisan putih. Maknanya apa?

Lapisan kulit menurut yang awalnya merah ke putih higienis itu sebagai satu indikasi terbukanya seluruh hijan-hijab yang membelenggu insan yang awal merah (angkara) waktu perlahan terbukanya seluruh hijabnya yang akan terlihat diri yang penuh memakai kerendahan hati, kemuliaan hati, dekatnya diri dalam Sang Pencipta.

Lalu waktu bunga jantung telah terbuka satu persatu disitulah mewujud benih butir pisang yang masih berwarna hijau serta belum terdapat isi butir tersebut. Sanepan ini merupakan ibarat orang yang sedang menjalani kehidupan dalam masa masih muda yang mana dalam waktu itulah mereka akan mengalami pertumbuhan, jatuh bangun, mencicipi getah sepatnya global yang diwujudkan memakai butir pisang yang masih muda masih penuh memakai getah serta belum bisa dipanen lantaran masih sepat.

Akan tetapi waktu telah tiba waktunya buat dipanen pisang yang semula hijau akan berganti memakai warna kuning serta berasa manis mirip itulah waktu seluruh bisnis dalam menjani kehidupan bertarung memakai waktu mencicipi berbagai ujian, getah kehidupan, sepat serta kerasnya kehidupan. Akan tetapi seluruh itu merupakan sebagai bekal sampai tak terasa dirinya telah memetik kejayaannya yang terwujud oleh kuningnya kulit pisang. Selanjutnya, dalam waktu itulah waktu dimana insan wajib duduk menunjukkan pesan tersirat memakai kebijaksanaannya kepada sekitarnya yang terwujud oleh manisnya butir pisang serta menyebarkan benih benih kebajikan ke segala penjuru yang terwujudkan menurut isi butir pisang tersebut.

Begitulah pohon pisang, sepanjang hidupnya, bahkan sampai mati pun, selalu memberi manfaat bagi yang membutuhkannya. Ia fokus dalam mengejar cita-cita, ia pantang dalam menghadapi berbagai rintangan. Setelah tujuan tercapai, barulah ia rela buat mati, tanpa mengharapkan balasan apapun menurut pihak-pihak yang memperoleh manfaat.

Sebagai makhluk yang diciptakan sebagai khalifah dalam muka bumi ini, selayaknya kita berkaca dalam pohon pisang. Seberapa fokus kita dalam mengejar cita-cita? Seberapa gigihkah kita menghadapi rintangan serta godaan? Seberapa lapang dada kita dalam membuatkan memakai sesama? Sudahkah kita bisa memberi manfaat bagi yang memerlukan tanpa mengharapkan suatu imbalan? Akankah manfaat itu terus berlanjut sehabis kematian kita? Jangan-jangan, kita belum sempat berfikir, mirip apa yang diajarkan oleh pohon pisang ini. Nuwun.

Tatar Galuh, Banjar, 19/06/2017 Follow @akarasa2

Leave a Reply