Allahu besar, Allahu besar, Allahu akbarLaa ilaha illallah, wallahu akbarAllahu besar walillahi hamdu
Dunia Keris – Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum – Jaalanallaahu Minal Aidin wal Faidzin. Selamat hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 H. Mohon maaf lahir & bathin buat semua kerabat perkerisan kepada manapun berada. Semoga kita terlahir pergi fitri & segala ibadah kita diterima Allah SWT. Aamiin.
Dulu, hingga sekarang, saya & bahkan sampeyan semua sudah merasakan gema takbir 2 kali setahun. Mengagungkan kebesaran Allah Subhanahu wa Taala. Dibalik kalimat takbir tersebut, tersimpan puji & syukur sebab mempertemukan saya & sampeyan semua dengan hari dimana semua umat bergembira menyambut hari yang baru.
Ya, itulah hari raya!
Hari ini, sudah sebulan penuh Ramadhan telah dilewati. Perpisahannya, terasa campur-kocok. Belum puas akan ibadah saya & masih ada kekurangan kepada sana-sini. Walaupun demikian, kepada malam itu, segala dosa umat telah diampuni Allah. Ups, bukan berarti sudah selesai hingga disini. Karena interaksi kita dengan Sang Pencipta, tidaklah lengkap kalau nir menjalin interaksi antar sesama manusia. Istilah agamanya, habluminallah & hambluminanaas.
Hari Raya Idul Fitri yang tinggal menghitung jam ini, memang terkesan bersukacita. Berjabat tangan, itu sudah hal yang biasa. Namun, bagi yang memiliki kenangan nir baik dengan orang lain, itu saat yang tepat buat memaafkan segala kesalahan. Kita harap, kepada hari Raya Idul Fitri nanti, kita akan membuka lembaran baru & melupakan segala kesalahan yang terjadi kepada masa kemudian. Sehingga, ketika telah menerima maaf secara lapang dada, kita nir akan mengungkit aib kepada masa mendatang.
Semua manusia sempurna melakukan kesalahan, & kesalahan tersebut berawal dari kelemahan seorang manusia itu sendiri. Tentunya, kesalahan yang diperbuat oleh kita sudah terjadi sejak zaman moyang kita Nabi Adam alaihissalaam, sebab tertipu dengan ajakan Iblis buat memakan butir khuldi beserta dengan istrinya, & dampak kesalahan tersebut, mereka berdua (& juga Iblis) diturunkan ke muka bumi.
Sesampainya kepada bumi, mereka kepada akhirnya menyatakan tobat, & mengakui kesalahan kepada hadapan Allah, sambil menangis memohon ampunan. Dan kepada akhirnya, Allah mengampuni dosa & memaafkan kesalahan mereka berdua.
Dan, sejak saat itu, jangan heran kalau keturunan Adam termasuk kita acapkali melakukan kesalahan. Itu wajar. Dan hal tersebut sudah mendarah daging kepada diri kita. Dibalik kesalahan yang kita perbuat, tersimpan pesan implisit yang tersembunyi. Janganlah sombong dengan apa yang kita punya & kita capai selama ini, apapun itu. Dan jangan merasa diri kita paling betul, sebab sebenar-benarnya seorang anak keturunan Adam, sempurna ada kesalahan & kelemahan, kan?
Karena itulah, jangan memproduksi malu buat mengakui kelemahan kita, walaupun hanya sedikit & nir hingga dibicarakan secara lebih jelasnya. Ketika kita telah mengakui kelemahan dihadapan orang lain & orang lain memaafkannya, maka nir hanya perasaan dendam & benci yang akan terhapus dari diri kita, sifat keangkuhan dalam hati kita akan gugur beserta ucapan yang keluar dari diri kita ketika memaafkan. Sehingga, akan tercipta rasa hening diantara sesama manusia.
Tapi, perlu diingat, bahwa kita dihentikan mengumbar kesalahan secara hiperbola & secara lebih jelasnya, apalagi kesalahan tersebut dijadikan curhat kepada global maya. Karena, dikhawatirkan akan dijadikan bahan gunjingan kepada orang lain, apalagi teman global maya yang merupakan teman kita yang telah dikenal, yang membicarakannya. Sungguh, diri kita yang dibicarakan jadi nir enak, bukan? Alangkah baiknya kita instrospeksi kepada diri sendiri, kesalahan apakah yang telah terjadi kepada diri kita. Sehingga, diperlukan, kita segera memperbaiki diri & menapaki perjalanan hidup yang lebih baik.
Saya yang terlahir kepada era 80-an, yang kepada saat itu (menurut saya) lebih baik dari zaman sekarang, apalagi era dibawahnya. Pada era tersebut, permainan yang ada, masih sangat sederhana. Jangankan gadget, telepon genggam saja masih langka & berharga mahal kepada saat itu.
Karena permainan yang sangat sederhana itulah, secara nir langsung, kita diajarkan buat hidup sederhana & penuh syukur. Bermainlah dengan mainan yang apa adanya. Terlebih jikalau dimainkan beserta teman-teman, keakraban & persahabatan diantara teman-teman akan terjalin, & yang sempurna, akan berpengaruh kepada kehidupan ke depannya.
Nah, jikalau bandingkan dengan masa sekarang, generasi muda kita saat ini telah kehilangan kearifan hidup. Bika kita melihat info & melihat anak sekolah tawuran & membawa senjata tajam, itu rata-rata pemicunya hanya dilema sepele. Sitik-sitik, kekerasan. Seandainya saja mereka memiliki sikap bijaksana dalam menyelesaikan dilema, sempurna tawuran nir akan terjadi, iya gak?
Apalagi jikalau akan menghadapi episode kehidupan selanjutnya. Bagi yang mengalami kegagalan & nir punya keteguhan dalam hidup, jalan pelarian terakhir yang akan diambil artinya bunuh diri! Pada era terbaru mirip sekarang ini, sudah banyak info yang mengulas tentang dilema tersebut.
Hidup hanya sekali. Dan bulan Ramadhan yang berakhir kepada tahun ini, kita telah diajarkan kearifan dalam hidup; bersikap bijak dalam memanfaatkan segala sesuatu, termasuk karunia, kelebihan, & lebih penting lagi, waktu. Mengambil pelajaran yang telah dilalui & bersyukur atas indahnya kehidupan. Maka, bagi yang muda (& yang sudah tua), inilah saatnya buat memiliki kearifan dalam kehidupan, terlebih kepada zaman sekarang ini, dimana kehidupan akan semakin keras & lebih ketat lagi. Apalagi, jikalau sejak anak-anak sudah diajarkan pelajaran kearifan hidup mirip itu. Pasti ke depannya, hidup ini akan lebih bahagia, bukan?
Baiklah, sebagai penutup tulisan ini, saya ucapkan: Taqaballah wa minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Dan mohon maaf kepada teman-teman sekalian, yang sebanyak-besarnya, jikalau ada kesalahan, kecerobohan, & kurang berkenan, baik kepada artikel saya, juga kepada pesan & komentar.
Selamat Hari Raya Idul Fitri! Semoga kita semua pergi ke fitrahnya, pergi kepada jiwa yang kudus. Demikianlah, semoga bermanfaat. Nuwun.