- Babad Tanah Jawa – Putra-putra Nabi Adam
- Prabu Watugunung Melamar Bidadari Suralaya
- Batara Wisnu Menebak Cangkriman Prabu Watugunung
- Wabah di Negeri Pajajaran
- Istri dan Putra Prabu Watugunung Masuk Surga
- Kisah Ki Ajar Cempaka
Setelah tewasnya Prabu Watugunung, Dewi Sinta sangat sedih. Hal ini membuat geger sampai di Suralaya, hingga menjadikan susahnya pars dewa Batara Guru bertanya ke-pada Sanghyang Narada, apa yang menjadi sebab hum-ham itu. Sanghyang Narada mengatakan, kalau adanya gara-gara itu karena tangis Dewi Sinta. Ia prihatin karena terbunuhnya Prabu Watugunung.
Batara Guru lalumemerintahkan kepada Sanghyang Narada agar menemui Dewi Sinta. ia disuruh rneredakan kesedihan Dewi Sinta dan menghentikan tangisnya Batara Guru menjanjikan dalam tiga had Prabu Watugunung akan dihidupkan dan bertahta Gilingwesi lagi. Sanghyang Narada lalu menyampaikan kata-katanya Batara Guru tadi kepada Dewi Sinta. Dewi Sinta lalu berhenti menangis. Huru-hara yang besar pun tiba-tiba lenyap. Setelah tiga hari, temyata Prabu Watugunung tidak kelihatan datang. Maka Dewi Sinta lalu menangis lagi hingga hum-tiara terjadi lagi melebihi yang sudah-sudah.
Batara Guru bertanya lagi kepada Sanghyang Narada apa yang menjadi sebab huru-hara itu. Sanghyang Narada berkata, kalau penyebab huru hara itu adalah Dewi Sinta juga, karena sudah sampai tiga hari, Prabu Watugunung belum kembali ke Gilingwesi. Batara Guru lalu memerintahkan kepada Sanghyang Narada, agar menghidupkan Prabu Watugunung, serta mengembalikan ke negeri Gilingwesi. Setelah Prabu Watugunung sudah dihidupkan oleh Sanghyang Narada, ia lalu diperintahkan kembali ke Negeri Gilingwesi. Tapi ia tidak mau, karena sudah merasa enak di surga. Ia justru meminta, agar istrinya sekaligus putra-putranya dinaikkan ke surga bersama denganya. Batara Guru mengizinkan permohonan ini, lalu memerintahkan agar istri dan para putra Prabu Watugunung dinaikkan ke surga dengan mengambilnya satu persatu tiap hari Ahad Ini permulaan adanya wuku tiga puluh hari. Dari perkataan Sanghyang Narada kepada Batara Guru, Batara Wisnu diperintahkan kembali ke Marcapada, meniadi raja para lelembut, memerintah delapan terapat di Gunung Merapi, Pamantingan, Kabareyan, Lodaya, Kuwu, Waringin Sapta, Kayu Ladeyan, dan Alas Roban.
Batara Brama diturunkan ke Marcapada untuk bertahta di kraton Gilingwesi menggantikan Prabu Watugunung. Pulau Jawa tunduk di bawah kepemimpinan Batara Wisnu. Lama-lama Batara Brama memiliki anak perempuan, bemama Bramani. Bramani berputra Trusta. Tri Trusta berputra Parikenan. Parikenan berputra Manu Manasa. Manu Manasa berputra Sakutrem. Sakutrem berputra Sakri. Sakri berputra Palasara. Palasara berputra Begawan Abiyasa. Begawan Abiyasa berputra Pandu Dewa Nata, bertahta di Astina. Pandu Dewa Nata berputra Arjuna. Arjuna berputra Abimanyu. Abimanyu gugur di peperangan, meninggalkan istri yang sedang hamil tua, kemudian lahir laki-laki, bemama Parikesit, bertahta di Negeri Astina juga.
baca juga:
9 Keris Pusaka Sakti Yang Melegenda di Indonesia
Bursa Keris Tosan Aji
Artikel Pengetahuan Tentang Ilmu Keris
Prabu Parikesit berputra Yudayana, Yudayana berputra Gendrayana. Gendrayana berputra Jayabaya.kemudian hancur negerinya. Jayabaya di Kediri berputra Jayamijaya. Jayamijaya berputra Jayamisena. Jayamisena berputra Kusuma Wicitra. Kusuma Wicitra berputra Citra Soma. Citra Soma berputra Panca Driya. Panca Driya berputra Angling Driya. Angling Driya berputra Prabu Sawelacala, merajai tanah Jawa. Negerinya Purwa Carita. Prabu Sawelacala berputra Sri Maha Punggung. Patihnya bernama Jugul Muda. Sri Maha Punggung berputra ‘Candi Awan. Patihnya bernama Kontara. Kandi Awan berputra lima orang. pertama bernama Panuhun, menjadi rajanya para petani, tinggal di Pagelen. Kedua bemama Sandang Garba, menjdi rajanya orang dagang, tinggal di Jepara. Penengahnya bernama Karung Kala. Sukanya berburu di’ hutan. Menjadi rajanya tuwa buru, tinggal di Prambanan, bergelar Ratu Baka. Sundulannya bernama Tunggul Metung. Sukanya mendaras sehingga menjadi rajanya tukang daras. Bungsunya bernama Resi Gatayu, menggantikan ayahnya bertahta di Gerbangpan.
Empat saudaranya tadi tunduk kepadanya. Resi Gatayu ber-putra lima. Pertama perempuan bernama Rara Suciyarh Panggulunya bemama Lembu Amilihur, bertahta di Jsegeraa. Penengahnya Lembu Peteng, bertahta di Kediri. Sundulanya bernama Lernbu Pengarang, bertahta di Gegelang. Bungsunya perempuan, bernama Ni Mregi Wangsa, kawin dengan Lembu Amijaya yang bertahta di Singasari. Lembu Amiluhur berputra Panji, kawin dengan putri Kediri, bemama Dewi Candra Kirana atau Dewi Galuh. Panji berputra Kuria Laleyan, bertahta di Pajajaran. Prabu Laleyan berputra Banjaran Sari. Ba.njaran. Sari berputra. Munding Sari. Munding Sari berputra Munding Wan gi. Munding Wangi berputra Sri Pamekas. Sri Pamekas berputra Arya Bangab dan Raden Sesuruh. Arya bangah bertahta di Galuh. Raden Sesuruh ini yang diharapkan bertahta di negeri Pajajaran