web analytics
Bagaimana Jika Ken Arok Bukanlah Pembunuh Tunggul Ametung - DUNIA KERIS

Dunia Keris Selamat tiba kerabat perkerisan. Bagi sampeyan yg acapkali berkunjung ke perkerisan ini, judul di atas adalah hal yg masuk akal. Karena bukan kali pertama dalam goresan pena yg anak muda jaman kini menyebutnya anti mainstream. Tidak biasa alias ora umum. Namun bagi yg baru sekali berkunjung di sini sangat mungkin akan memantik kontroversi. Tabiiik!

Dengan judul yg sedemikian menggelitik tadi di atas tentu bukan tanpa alasan. Jelanya, terdapat beberapa sumber yg saja jadikan bahan surat keterangan goresan pena ini. Nah, lantaran goresan pena ini nir mengecewakan panjang, cukup dulu mukadimmahnya (takutnya nanti malah dibilang ceramah) serta langsung membincang tokoh sentralnya, Ken Angrok.

Saya yakin setiap kita niscaya mengenal Ken Angrok atau lebih familiar lagi kita mengenalnya Ken Arok. Pendek tutur, hampir setiap orang mulai dari yg nir bersekolah pun hingga yg sekolahnya pol jeduk mengenal tokoh Ken Angrok ini. Saya juga lebih suka menyebutnya Ken Arok, maka selanjutnya saya memakai nama ini. Tak bisa kita pungkiri, bahwa Ken Arok, tokoh yg sedang kita bincang ini keberadaannya sangat kontroversial, terutama ihwal fakta sejarah runtuhnya kerajaan Kediri serta munculnya kerajaan Majapahit.

Seperti yg kita pahami selama ini dalam pelajaran sejarah di sekolah, kronologis berdirinya kerajaan Kediri hingga runtuhnya suksesinya ditandai menggunakan peristiwa pembunuhan atas seseorang Akuwu yg bernama Tunggul Ametung. Dikisahkan, bagaimana sejarah Ken Arok menjadi warga biasa hingga bisa menjadi seseorang maharaja yg waktu itu bisa dikatakan mustahil. Tapi justru Ken Arok mencatatkan sejarah tersendiri. Sampai akhirnya diceritakan bahwa buat mewujudkan ambisinya menguasai Tumapel serta Ken Dedes sekaligus, maka dia harus membunuh Tunggul Ametung. Benarkah demikian?

Judul di atas, saya dasarkan pada kajian terakhir pada Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca serta Kitan Pararaton yg dilakukan sang Ki J. Padmapuspita yg dituangkan dalam bukunya yg berjudul Pararaton menegaskan bahwa bukan Ken Arok pembunuh Tunggul Ametung!
Dari pada kisanak penasaran, ini dia saya sarikan sekilas ihwal Legenda Ken Arok menurut kajian sejarah Ki J. Padmapuspita buat selanjutnya bisa kita bandingkan menggunakan data sejarah yg selama ini kita ketahui sebelumnya.

Bertepatan menggunakan titi mangsa 1188 masehi, Kertajaya naik tahta menggantikan ratu Srengga yg bergelar Sri Maharaja Kertajaya, atau lebih dikenal menggunakan nama lainnya, yakni Dandang Gendhis. Kertajaya nir sendiri dalam memerintah, dia memiliki mahapatih yg sangat diandalkannya, yakni Mahisa Wuwungan yg adalah adik kandungnya sendiri, Mpu Tanakung yg merangkap penasehat spiritualnya, Gubar Baleman serta Arya Pulung yg bergelar Tunggul Ametung.

Suksesi kepemimpinan yg baru seumur jagung ini sudah dirongrong kewibawaannya, Tumapel yg awalnya adem ayem, dikala itu kerap terjadi kerusuhan. Maka diutuslah Arya Pulung alias Tunggul Ametung buat mengamankan kerusuhan yg terdapat disana. Setelah Tunggul Ametung berhasil meredakan kerusuhan di Tumapel, akhirnya Kertajaya mengangkat Tunggul Ametung menjadi Akuwu di Tumapel. Kemudian Tunggul Ametung mulai menata pergi Tumapel mirip semula.

Bahkan terdapat beberapa terobosan yg dilakukan sang Tunggul Ametung di Tumapel mirip melegalkan perjudian serta berakibat Kutaraja menjadi pusat perdagangan sehingga Tumapel menjadi semakin populer serta disegani sang daerah-daerah taklukan Kediri yg lain. Bahkan bukan itu saja, Tunggul Ametung juga menciptakan istana di Tumapel yg dia beri nama Pakuwon. Pakuwon dilengkapi menggunakan benteng, taman larangan serta pernak-pernik lainnya laksana istana Kediri.

Untuk memperkuat diri, Tunggul Ametung merekrut pemuda-pemuda Tumapel menjadi prajurit. Tidak itu saja, dia juga merekrut empu-empu dari luar Tumapel buat bekerja menghasilkan senjata serta keliru satu empu tadi adalah Empu Gandring, seseorang empu populer dari Lulumbang. Tunggul Ametung juga menghasilkan pasukan khusus pengawal yg keliru satu pemimpinnya adalah Kebo Ijo, yg lalu menjadi tangan kanan Tunggul Ametung. Inilah keliru satu faktor nantinya yg menghasilkan Kertajaya merasa Tunggul Ametung hendak menyainginya. Sehingga Ia merasa perlu buat menggulingkan sang Akuwu dari tampuk kekuasaannya.

Itulah sekilas bepergian karir seseorang Tunggul Ametung. Sekarang kita beralih ke bepergian karir tokoh primer kita yaitu Ken Arok. Ken Arok lahir dari rahim seseorang bunda yg bernama Ken Endok. Nama aslinya adalah Astia, kembang dusun Pangkur nan cantik mempesona. Ia lalu dipersunting sang seseorang Maharesi yg bernama Resi Agung Sri Yogiswara Girinata pemimpin Padepokan Girilaya yg sangat populer pada waktu itu. Karena selama sepuluh tahun tidak pernah disentuh, akhirnya Ken Endok berpaling hati menggunakan seseorang pemuda yg kebetulan menolongnya pada dikala mendapat kecelakaan di hutan. Pemuda itu bernama Gajah Para.

Sampai akhirnya Gajah Para difitnah sudah menghamili Ken Endok lantaran seringnya mereka beserta. Padahal menurut kajian Ki J. Padmapuspita Ken Endok hamil sang seseorang resi cabul yg berhasil menghipnotisnya hingga tertidur serta menyetubuhi Ken Endok.

Merasa bukan dia pelakunya, Gajah Para nir mengakui anak yg dikandung Ken Endok sehingga Ken Endok merasa malu serta lari dari Girilaya ke sebuah daerah tersembunyi. Disana Ken Endok mengakui bahwa anak yg dikandungnya itu adalah anak Dewa Brahma sehingga Ken Endok dipercaya gila serta diusir dari daerah tadi.

Sesampainya di daerah pekuburan, mungkin lantaran sudah waktunya, akhirnya Ken Endok melahirkan. Kemudian dia meninggalkan bayi yg baru dilahirkannya begitu saja di tengah pekuburan. Hingga lewatlah seseorang pencuri yg bernama Ki Lembong memungut bayi mungil tadi serta memberinya nama Temon lantaran anak tadi hasil temuan. Karena keliru asuhan akhirnya malah menghasilkan Ki Lembong terjerat hutang implikasi ulah Temon yg suka berjudi. Akhirnya Temon diusir sang Ki Lembong hingga menghasilkan dia berkelana tanpa tujuan.

Pada dikala perjalanannya ke Kauman, Temon akhirnya bertemu menggunakan Bango Samparan, seseorang Bandar judi populer dari Kauman. Perkenalan Temon menggunakan Bango Samparan sendiri sesuai inspirasi mistik yg diterima Bango Samparan dikala bersemedi di hutan Rabut Jalu lantaran terdesak sang lilitan hutang. Wangsit tadi membicarakan bahwa jikalau Bango Samparan hendak merampungkan hutang maka hendaklah menemui seseorang pemuda bernama Arok menggunakan pertanda cakra pada telapak tangannya serta dari mulutnya keluar cahaya.

Setelah Temon berhasil mengatasi kemelut keuangan Bango Samparan, dia lalu diangkat anak sang Bango Samparan serta mengubah namanya menjadi Arok. Namun Arok akhirnya tidak tahan juga hayati menggunakan bapak angkatnya itu lantaran acapkali dicemburui sang kelima anak kandung Bango Samparan. Itu juga yg akhirnya menghasilkan Arok pergi bertualang hingga hingga ke daerah Kapundungan.

Di Kapundungan ini akhirnya Arok berkenalan menggunakan Tita, anak seseorang kepala desa Sagenggeng. Karena keramah tamahannya selama tinggal di tempat tinggal Tita, maka Ki Sahaja, nama kepala desa tadi, mengangkatnya menjadi anak serta tetapkan buat membawa mereka berdua ke Tantripala, seseorang pengajar sastra buat mendapatkan ilmu pengetahuan. Dari Pedokannya Ki Tantrapala inilah akhirnya Ken Arok mengenal Ken Umang yg akhirnya menjadi istrinya.

Lepas dari Padepokan Ki Tantrapala bukannya Arok menjadi semakin baik, akan tetapi malah mereka berdua menjadi perampok. Bahkan perampok yg sangat di takuti di Tumapel. Hingga banyak perampok lain yg kebetulan berhasil dikalahkannya akhirnya bergabung menggunakan persekutuan Arok. Sampai akhirnya persekutuan Arok bertemu menggunakan persekutuan Nyi Prenjak yg keliru satu anak buahnya adalah Ken Umang. Disinilah cinta Ken Arok serta Ken Umang bersemi.

Dalam perjalanannya akhirnya ken Arok bertemu menggunakan Mpu Palot pemimpin Padepokan Tantripala. Dari Mpu Palot jua akhirnya Ken Arok berkenalan menggunakan Dan Hyang Lohgawe yg berasal dari Jambudwipa. Dan Hyang Lohgawe langsung tiba menggunakan tujuan khusus hendak menemui Ken Arok yg menurut inspirasi yg dia terima bakalan menjadi Garuda kaum brahmana buat melawan Kertajaya yg sudah melecehkan kaum brahmana menggunakan meminta mereka buat menyembahnya.

Atas saran Dan Hyang Lohgawe juga akhirnya Ken Arok mau menjadi prajurit Tumapel. Setelah sebelumnya Dan Hyang Lohgawe menyampaikan saran kepada Tunggul Ametung buat memperistri Ken Dedes, putri Mpu Purwa. Sebagai catatan, Dan Hyang Lohgawe ini adalah penasehat spiritual Tunggul Ametung juga. Pertimbangan Tunggul Ametung mendapat Ken Arok menjadi bagian dari prajuritnya tentu saja menjadi kebanggan tersendiri baginya, sebagaimana diketahui Ken Arok adalah gembong residivis paling angker seantero Tumapel.

Saat menjadi prajurit Tumapel inilah Ken Arok akhirnya bertemu buat pertama kali menggunakan Ken Dedes yg akhirnya memikat hatinya pada pandangan pertama. Hingga akhirnya Ken Arok dapat melihat sesuatu yg berkilau dari selangkangan Ken Dedes yg membuatnya tidak bisa tidur. Lantas timbullah niat Ken Arok buat suatu dikala meminang Ken Dedes buat menjadi istrinya walaupun waktu itu Ken Dedes sudah mengandung anak dari Tunggul Ametung.

Tanpa sepengetahuan Tunggul Ametung, ternyata sudah terjadi pengkhianatan yg dilakukan sang Kebo Ijo si tangan kanan Tunggul Ametung. Secara membisu-membisu, Kebo Ijo melaporkan perkembangan yg terjadi di Tumapel berikut persiapan Tunggul Ametung dalam melawan kekuasaan Kertajaya. Kemudian Kertajaya mengutus Kebo Ijo buat membunuh Tunggul Ametung menggunakan janji akan mengangkat Kebo Ijo menjadi Akuwu jikalau Ia berhasil membunuh Tunggul Ametung.

Untuk melaksanakan niatnya itu, Kebo Ijo memesan keris kepada Mpu Gandring lantaran dia tahu bahwa Tunggul Ametung tidak kan bisa ditembus sang keris asal-asalan. Waktu itu memang Mpu Gandring populer menjadi pembuat keris yg tiada tanding. Tak terdapat ilmu kebal yg tidak dapat ditembus sang kerisnya Mpu Gandring.

Sampai akhirnya Kertajaya melakukan pergerakan menggunakan tujuan hendak meluluh lantakkan Tumapel. Sepertinya Kertajaya sudah nir tabah lagi buat menghabisi Tunggul Ametung. Tapi usahanya ini sia-sia lantaran ternyata pasukan terbaik Kediri yg dipimpin sang Gubar Baleman malah dipukul mundur sang pasukan Tumapel yg dipimpin sang Tunggul Ametung sendiri. Ini akhirnya menjadi pukulan tersendiri bagi Kebo Ijo serta merencanakan buat bertindak secara membisu-membisu.

Akhirnya agenda itu dilaksanakan juga sang Kebo Ijo. Pada dikala pasukan Tumapel berpesta, disaat itulah Kebo Ijo memisahkan diri serta menuju Lulumbang buat menagih kerisnya pada Mpu Gandring. Mengingat keris tadi belum selesai dibuat, otomatis Mpu Gandring menolak buat menyampaikan keris itu Pada Kebo Ijo. Apalagi Mpu gandring adalah empu yg lebih mengutamakan kualitas. Karena Mpu Gandring permanen nir bersedia buat menyampaikan keris tadi, akhirnya insiden itu terjadilah. Kebo Ijo merampas keris itu menggunakan paksa serta menikam langsung ke tubuh Mpu Gandring hingga akhirnya Mpu Gandring mengeluarkan sumpahnya bahwa keris tadi akan membunuh 7 raja sekaligus.

Setelah berhasil merampas keris tadi, Kebo Ijo pergi ke Pakuwon serta langsung menemui Tunggul Ametung yg sedang mabuk. Tentu kesempatan ini nir disia-siakan sang Kebo Ijo yg langsung menancapkan keris tadi ke tubuh Tunggul Ametung hingga tewas. Akhirnya Kebo Ijo sendiri dibunuh menggunakan keris itu juga sang Ken Arok. Setelah Ken Arok akhirnya menjadi Akuwu menggantikan Tunggul Ametung, maka dilancarkanlah agresi ke jantung kerajaan Kediri di Kutaraja sang Ken Arok yg akhirnya dapat memukul mundur semua pasukan Kediri serta menghasilkan Kertajaya melarikan diri.

Kemudian Ken Arok diangkat menjadi raja bergelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabhumi. Darinyalah wangsa Rajasa dimulai, wangsa yg menjadi cikal bakal raja-raja tanah Jawa. Dari Ken Dedes dia dianugerahi Anusapati sedangkan dari Ken Umang dia dianugerahi Tohjaya. Walaupun akhirnya Ken Arok harus tewas ditangan Anusapati lantaran mendengar kabar bahwa Tohjayalah yg bakal menggantikan Ken Arok nantinya.

Sekali lagi ini, goresan pena ini hanyalah pembanding yg tentunya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Saya hanya menganalisa sesuai fakta sejarah serta kemungkinan yg lebih masuk logika. Fakta sejarah itu memang debatable. Tapi disitulah indahnya memahami ihwal sejarah daripada sekedar membicarakan tahun, daerah serta nama tokoh semata. Nuwun.

Leave a Reply