Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Nusantara tak hanya punya sejarah panjang. Di dalam bumi dan lautnya juga terkandung harta karun berlimpah: kekayaan alam juga tinggalan peradaban masa berupa emas, perhiasan, artefak, koin, dan benda berharga lainnya. Salah satunya yg paling banyak di bincang di beberapa situs ialah rahasia harta karun VOC di Pulau Onrust yg adalah keliru satu berasal formasi kepualauan seribu, Dki Jakarta. Pertanyaanya, benarkah rahasia yg lebih dekat menggunakan mitos ini adalah fakta ataukah hanya mitos semata?
Baik, yuk kita menelisiknya lebih jauh. Dalam ruang kebudayaan kita mengenal norma dan juga kepercayaan yg di antaranya di istilahkan menggunakan mitos. Kepercayaan terhadap mitos adalah bagian berasal kebudayaan rakyat yg sudah mengakar. Di Jawa contohnya, mitos tentang ratu penguasa laut seiatan yg mempunyai nama Roro Kidul. Sang ratu, dalam mitos Jawa mempunyai kekuatan yg dasyat yg bisa mendatangkan marabahaya, sebagai akibatnya wajib di hormati dan di berikan saji supaya beliau tidak murka dan memproduksi kerusakan. Sesaji umumnya di berikan setiap bulan Suro dan di letakkan di pinggir bibir pantai laut selatan atau sering kita menyebutnya larung sesaji.
Pada dasarnya, mitos-mitos tadi (entah benar atau tidak) adalah suatu mengambarkan-mengambarkan yg timbul menggunakan sendirinya menggunakan berdasar estimasi berasal bencana yg terjadi di luar batas kewajaran.Mitos ini adalah keliru satu konduite yg sudah sebagai norma atau norma budaya ditengah-tengah rakyat sebagai akibatnya teramat menarik buat di pahami lebih lanjut. Di sisi lain, mitos juga sebagai barometer tingkat peradaban rakyat dimana mitos itu timbul dan berkembang. Tingkat peradaban yg di maksud ialah mengacu dalam bepergian spiritualisme rakyat.
Mitos harta karun VOC di pulau Onrust yg kita bincang kali ini sebenarnya bukan cerita baru karena banyak orang menghubungkannya menggunakan bencana kapal-kapal VOC yg karam di perairan Indonesia, yg kebetulan ditemukan sedikit harta karun di reruntuhannya, sekedar fakta antara tahun 1602-1795 diperkirakan terdapat 105 kapal VOC yg tenggelam di perairan nusantara. Ada juga literasi yg menyatakan bahwa Indonesia bersedia menerima warisan hutang dalam ketika penyerahan kedaulatan tahun 1949 berasal Belanda (Konferensi Meja Bundar) sebanyak 6 milyar gulden (setara menggunakan USD 1,13 milyar dalam waktu itu) karena Belanda juga mewariskan harta karun berupa emas yg nilainya jauh lebih akbar buat membayar hutang-hutang tadi.
Literasi yg terakhir ini relatif menarik karena memang faktanya Indonesia mewarisi hutang sedemikian akbar berasal Belanda. Pertanyaannya, dimana Belanda menyembunyikan harta karun itu?
Untuk mengurai benang sejarah ini terdapat baiknya kita mundur kebelakang buat mengusut sejarah VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) atau Perserikatan Dagang Hindia Timur yg berdiri tahun 1602. Wilayah kekuasaan VOC meliputi hampir 1/3 global, dimulai berasal Tanjung Harapan di Afrika Selatan hingga ke Jepang di Timur Jauh . Indonesia hanyalah keliru satu berasal sekian banyak daerah VOC yg mulai digarap dalam tahun 1610 menggunakan diangkatnya Pieter Both sebagai Gubernur Jenderal VOC yg pertama di Batavia, Hindia Belanda.
Untuk memperluas pengaruhnya, tak jarang VOC wajib memerangi kerajaan-kerajaan akbar di nusantara, mirip Gowa dan Mataram. Gowa jatuh tahun 1667 menggunakan ditandatanganinya perjanjian Bongaya selesainya kekalahan Sultan Hasanuddin. Kemudian Mataram menyusul jatuh dalam tahun 1680 selesainya Sultan Amangkurat II berhasil menumpas pemberontakan Trunojoyo menggunakan donasi VOC.
Seperti ungkap pepatah, tidak terdapat makan siang yg gratis, VOC meminta imbalan monopoli perdagangan di sepanjang pantai utara Jawa berasal Karawang hingga ke Panarukan. mudah selesainya itu Mataram lumpuh karena tidak memiliki pelabuhan lagi, Mataram tidak lebih hanya sebagai boneka VOC di Pulau Jawa.
Pada waktu memerangi kerajaan-kerajaan ini, VOC membutuhkan prajurit dalam jumlah akbar yg dipimpin panglima-panglima perang yg andal, tahu sendiri dalam waktu itu nenek moyang kita kan syahdan sakti-sakti. Salah satu panglima perang VOC yg populer yaitu Admiral Cornelis Janson Speelman, dialah figur yg berhasil menaklukkan Kerajaan Gowa dan Mataram dalam masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Johan Maetsuyker.
Speelman kemudian sebagai Gubernur Jenderal VOC periode 1681-1685. Speelman tidak bekerja sendirian, ia dibantu oleh 2 orang pribumi yg sangat populer dalam zamannya : Aru Palaka berasal Bone dan Kapiten Jonker berasal Ambon, keduanya muslim yg taat. Terus kenapa Aru Palaka dan Kapiten Jonker bersedia membantu Speelman? Jawabnya, bukan etnis, suku atau kepercayaan yg mempersatukan manusia. Tapi uang dan kekuasaan.
Speelman bersama Aru Palaka dan Jonker diberikan imbalan yg luar biasa atas jasa-jasanya kepada VOC. Mereka bertiga orang-orang yg cerdas dan visioner dalam jamannya, karenanya mereka meminta imbalan berupa monopoli emas di Pantai Barat Sumatera. Tepatnya di tempat Salido Ketek, Kabupaten Painan, Provinsi Sumatera Barat. Bagi yg pernah mengunjungi obyek wisata jembatan akar di Painan, lokasinya tidak jauh berasal sana. Mereka bertiga yg dikenal menggunakan sebutan Monsterverbond (Persekutuan Jahat), memahami bahwa nilai emas tidak akan banyak berubah bahkan cenderung meningkat berasal waktu ke waktu.
Monsterverbond memanipulasi laporan produksi emas di Salido yg seharusnya hasilnya disetorkan kepada VOC. Produksi emas di Salido diperkirakan sangat akbar karena emas-emas berasal tempat pedalaman Sumatera Barat mirip Tiga Belas Koto, Agam, Tanah Datar dan Lima Puluh Koto diolah dan diperdagangkan di Salido. Mereka bertiga dalam masanya sebagai orang paling berpengaruh di Nusantara karena kepemilikan harta yg luar biasa besarnya. Speelman sebagai Gubernur Jenderal VOC, Aru Palaka sebagai Raja Bone dan Kapiten Jonker sebagai keliru satu panglima perang VOC paling berpengaruh.
Tetapi output korupsi yg mereka lakukan permanen tidak terperinci dimana disimpannya hingga ketika ini. Ada yg bilang harta karun itu disimpan oleh Pieter Erberveld beserta keturunannya yg adalah sahabat dekat klan Monsterverbond, dan karenanya Erberveld dieksekusi mati VOC tahun 1722 karena tidak mau memberitahukan rahasia harta karun itu kepada pemerintah. Sejarah yg sering kita dengar mengenai Jakarta Tempo Dulu, umumnya menjelaskan Erberveld ditangkap karena mengobarkan pemberontakan bersama sekutu pribuminya, Raden Kartadriya. Setelah Erberveld dieksekusi mati, mudah cerita mengenai harta karun juga makin surut.
Saya sendiri beranggapan bahwa harta karun VOC itu tidak pernah terdapat, itu hanya mitos yg diciptakan Belanda sebagai seni manajemen supaya kita mau menerima warisan hutangnya ketika penyerahan kedaulatan. Kalaupun harta karun itu terdapat, sebenarnya berada di Tembagapura yg kini dikuasai Freeport.
Logika aku sederhana saja, dulu dalam waktu Bung Karno membebaskan Irian Barat melalui operasi Trikora, kenapa Amerika tidak memihak Belanda, padahal sebagai sesama anggota NATO seharusnya Amerika membantu Belanda yg adalah sekutu dekatnya. Rupanya sejarah berulang, kalau dulu Mataram meminta donasi VOC buat memadamkan pemberontakan Trunojoyo dan diberi imbalan monopoli perdagangan pantai utara Jawa.
Baca juga Sejarah Pemberontakan Trunojoyo
Sekarang Pemerintah RI wajib berterima kasih kepada Amerika yg mendukung perjuangan merebut Irian Barat, buat kemudian diberikan imbalan konsesi tambang paket komplit (bayangkan disana bahan tambangnya lengkap, berasal tembaga, emas, hingga uranium pun terdapat disana) yg dipegang oleh Freeport. Inilah harta karun yg sebenarnya.
Amerika sudah semenjak usang tahu terdapat potensi akbar di tanah Papua, dan mereka melihat peluang itu terbuka lebar ketika Indonesia berjuang merebut Irian Barat. Di awal abad 21 ini, kita mungkin pernah mendengar kasak-kusuk mengenai kandungan emas di selatan Jawa Barat yg luar biasa akbar, bahkan pungkasnya sanggup buat melunasi hutang luar negeri kita. Apapun itu semoga sejarah tidak pulang berulang dan aset tadi jatuh ke tangan yg keliru.
Akhir ungkap, harta karun tinggal kenangan cerita di negeri dongeng sana. Jadi teringat seorang koega dekat aku bilang : harta karun terbesar itu ilmu pengetahuan, dan kunci peti hartanya ialah pengamalan ilmu tadi supaya bermanfaat buat pembangunan negaranya. Sekian dulu dan semoga terdapat kegunaannya. Wassalam. Nuwun.