Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Seperti pada umumnya karya sastra Jawa yang lain. Serat Pepali ini pun tidak jauh beda, yakni berisi petuah berupa pantangan-pantangan menjadi bentuk nasehat dan petuah kehidupan.
Membicarakan Serat Pepali yang akan saya sedikit ulas ini tentu tidak lepas dari Ki Ageng Selo yang di yakini menjadi penciptanya. Ada beberapa tulisan saya perihal Ki Ageng Selo. Serat Pepali ini sebagaimana karya sastra Jawa yang lain, ditulis dalam bentuk tembang, biasanya yang lazim dalam sastra Jawa bisa berupa sinom, gambuh, atau maskumambang. Secara singkat dapat diartikan, Serat Pepali sebenarnya lebih berdasar pada isi sebentuk embargo-embargo, jadi bukan satu dari jenis karya sastra Jawa usang (tembang).
Baik, pergi pada Ki Ageng Selo si pencipta karya sastra Jawa yang akan kita bahas ini. Sebenarnya telah muncul beberapa tulisan perihal sosok yang satu ini. bisa baca di tautan yang muncul di bawah ini.
Legenda Penangkap Petir Dari Jawa
Bagi kerabat perkerisan yang berdomisili di Jawa Tengah atau Jawa timur bagian barat, tentu telah sangat familiar dengan tokoh satu ini. Ki Ageng Selo si legenda penangkap petir. Ki Ageng Selo atau Syeh Ngabdurrahman Selo ialah salah seseorang tokoh penyebar Islam di lebih kurang tempat Grobogan, Jawa Tengah. Si penangkap petir ini makamnya pun di Kab. Grobongan. Tepatnya di Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo.
Raden Bagus Sogom, nama kecil Ki Ageng Selo ialah seseorang keturunan trah raja-raja Majapahit dari ayahnya Ki Ageng Getas Pendowo. Sedangkan Ki Ageng Getas Pendowo ialah putra dari Ki Ageng Tarub II atau Raden Bondan Kejawan, seseorang putra raja Majapaht dari seseorang selirnya. Ki Ageng Selo maupun diyakini menjadi nenek moyang dari raja-raja Mataram Islam, sebab Panembahan Senopati (raja Mataram Islam pertama) ialah cicit dari Ki Ageng Selo. Selengkapnya bisa kerabat perkerisan baca di bawah ini.
CaraEfektif Menangkal Ganasnya Petir Warisan Ki Ageng Selo
Oleh warga lebih kurang makam, Ki Ageng Selo diyakini pernah menciptakan pepali (embargo-embargo) yang tidak boleh dilanggar sang warga lebih kurang makam, misalnya tidak diperekenankan menjual nasi, tidak boleh menanam ubi jalar atau sejenisnya di depan tempat tinggal.
Ki Ageng Selo : Falsafah Pacul Dalam Perspektif Spiritul
Serat Pepali yang akan kita bahas kali ini diyakini menjadi satu dari karya dari Ki Ageng Selo–sebuah karya sastra yang berisi embargo-embargo (tampaknya ini merupakan gaya dari Ki Ageng Selo dalam berkata nasehat-nasehatnya). Setidaknya muncul tujuh embargo pokok yang dipetuahkan Ki Ageng Selo dalam bait-bait Serat Pepali, yakni:
"aja ngawe jemawa (jangan jemawa), aja wengis lan aja jail (jangan bengis dan jangan jail/suka mengganggu), aja ati serakah (jangan serakah), aja celimut (jangan suka mencuri), aja mburu aleman (jangan mengejar kebanggaan), aja ladak wong ladak pan gelis meninggal (jangan arogan orang arogan cepat meninggal), dan aja ati ngiwa (jangan memiliki hati yang menyimpang) "
Sebagaimana karya-karya sastra Jawa antik lainnya, dalam serat Pepali Ki Ageng Selo sebenarnya maupun terkandung hal-hal yang lebih mendalam dalam alam pikiran orang jawa yakni terkait dengan kesejatian hidup dan bagaimana menjadi manusia pokok (insan kamil).
Orang Jawa memandang kehidupan sejati ialah ketika jiwa-jiwa manusia sanggup mencapai penyatuan dengan sang Khaliq. Kehidupan sejati ialah ketika manusia sanggup menyebarkan sifat-sifat kemanusiaannya hingga beliau sanggup menebar kasih dan membangun harmonisasi dengan lingkungannya. Sebagaimana tokoh Jawa lainnya, dalam Serat Pepali Ki Ageng Selo sedikit banyak maupun membahas perihal kehidupan sejati dan bagaimana menjalani hidup agar sanggup mencapai kehidupan sejati.
Berikut ini beberapa bait dalam Serat Pepali di mana Ki Ageng Selo memberi nasehat-nasehat perihal hidup dan kehidupan:
Bait ke-28:
Wruhanira tekad ingkang luwih luhung
Poma dipun ngati-ati
Akeh sambekalanipun
Wala mukmin sadayeki
Pirang bara manggih yektos
Ketahuilah tekat yang lebih tinggi
Jalankanlah dengan hati-hati
Banyak rintangannya
Wali mukmin semuanya
Mudah-mudahan sahih-sahih menemukannya.
Bait ke-31:
Wruhanira wong pakar ilmu puniku
Serta tekad ingkang becik
Cinandhang suwarga mbesok
Suwarga pepiti yekti
Ana luhur ana asor
Ketahuilah orang berilmu itu
Serta orang yang bertekat baik itu
Kepadanya disediakan surga kelak
Tujuh surga sahih-sahih
Ada tinggi muncul rendah.
Bait ke-39
Aneng dunya dipun sregep anenandur
Lan dipun sregep reresik
Tegese sregep nenandur
Agame ngamaling dhiri
Kan rila ing lair batos
Di dunia hendaknya rajin bertanam
Dan rajin membersihkan
Maksudnya rajin bertanam
Ialah berbuat baik
Dengan rela lahir batin.
Maksud dari reresik dijelaskan pada bait selanjutnya, yaitu :
De maknane kang bangsa resik puniki
Karam makruh den sumingkir
Dohna ing dedosa sagung
Dosa kurang jelas gaib
Eling-eling den waspada
Akan makna hal bersih itu
Haram makruh hendaknya dijauhi
Jauhkan diri dari segala dosa
Dosa kurang jelas goib
Ingat-ingatlah dengan waspada.
Bait ke-53
Poma aja sumelang ing galih
Lahir miwah batos
Janji sira anetepi bae
Ing unine supatra kadyeki
Pasthi datan kedhip
Kang Allah mukidun
Hendaknya jangan was-was dalam hati
Lahir serta batin
Asal kau menepati
Bunyi kalimat sebai ini
Pasti tidak menutup mata
Allah mukidin.
Bait ke-67 – 69
Ingkan gesang iku samya den paring
Rejeki ing Allah
Ana akeh ana thithik
Apa pinantes ing kira
Yang hidup itu semuanya diberi
Rejeki sang Tuhan
Ada yang banyak muncul yang sedikit
Masing-masing menurut kepantasannya
De ingkan pinaringan rejeki luwih
Den sukur ing Allah
Ingkang pinaringan thithik
Den narima ing Pangeran
Yang diberi rejeki banyak
Bersukurlah kepada Allah
Dan yang diberi rejeki sedikit
Berterima kasihlah kepada Tuhan.
Di dalam bait lain dijelaskan bahwa yang terpenting hidup di dunia ini ialah menerima ridho dari Allah, pesan yang implisit tadi dapat dipandang pada bait keenam puluh Sembilan serat pepali Ki Ageng Sela, yaitu :
Wruhanira wong urip puniki
Dipun ngrasa yen bakal palastra
Tanwun ngaraha slamete
Tegesi slamet iku
Antuk rahmat saking Hyang Widhi
Tegese aran rahmat
Cinandang swarga gung
Sarwa dhangan ngakhirat mukti lestari
Sapangkat murwatira
Ketahuilah orang hidup itu
Bahwa beliau akan menemui ajal
Baiklah mengusahakan keselamatan
Arti selamat itu
Memperoleh rahmat Hyang Widi
Arti sebuah rahmat
Memperoleh surga mulia
Selanjutnya arti surga
Serba senang, diakhirat kemuktian kekal
Menurut derajat dan pantasnya.
Manusia hidup selayaknya mencari ridho Allah, sebab kebahagian yang sesungguhnya ialah mendapatkan rahmat dari Tuhan bukan kebahagian dari benda-benda yang sifatnya tidak kekal
Manusia pokok (insan kamil) merupakan satu dari hal yang menjadi penekanan dan tujuan pencapaian manusia. Orang Jawa–bahkan mungkin sebelum Islam–memiliki perhatian yang besar terhadap masalah manusia pokok ini, menjadi akibatnya semenjak jaman dulu banyak karya dari para pujangga Jawa yang membahas perihal bagaimana manusia pokok dan bagaimana jalan hidup yang hendaknya ditempuh agar dapat menjadi manusia pokok. Demikian maupun dengan Ki Ageng Selo, beliau maupun tidak melewatkan pembahasan perihal manusia pokok (insan kamil) dalam bait-bait serat pepali yang disusunnya menjadi wejangan bagi anak cucu.
Berikut ini beberapa baik yang menampakan hal tadi:
Bait ke-4:
Padha sira ngestokena kaki
Tutur ingsun kang nedya pokok
Angarjani sarirane
Way nganti seling surup
Yen tumpang suh iku niwasi
Hanggung atelanjukan
Temah sasar susur
Tengraning jalma pokok
Bisa nimbang kang ala versus kang becik
Rasa rasaning kembang
Hendaklah diperhatikan kaki
Nasihatku yang bertujuan pokok
Membahagiakan dirimu
Jangan hingga salah terima
Jila tumpang balik menewaskan
Selalu salah
Hingga simpang siur
Tanda manusia pokok
Dapat menimbang yang jelek dan yang baik
Rasa dan rasa bunga.
Ki Ageng Sela menjelaskan bahwa manusia pokok ialah manusia yang dapat menimabang baik dan jelek, selain itu manusia pokok ialah manusia yang dapat membedakan manusia sejati (sukmanya) dan indera hidupnya (raganya).
Bait ke-9:
Pae wong kang makrifat sejati
Tingkah una-unine prasaja
Dadi panengran gedhene
Eseme kadi juruh
Saujare manis trus ati
Iku ingaran dhomas
Wong bodho puniku
Ingkang jero isi emas
Ingkang nduwe bale kencana puniki
Bola bali kinenca
Berbedalah orang yang makrifat sejati
Tingkah dan ucapkatanya bersahaja
Menjadi menandakan kebesarannya
Senyumnya bagai kental gula
Tiap ucapannya selalu manis terus hati
Itulah yang dianggap dhomas
Orang udik yang
Jiwanya berisi emas
Yang memiliki tachta kencana ini
Berulang-ulang direncanakan.
Ki Ageng Sela menjelaskan bahwa manusia pokok hatinya berisi emas (maksudnya hatinya begitu indah) dan seolah-olah memiliki tahta kencana dalam dirinya.
Bait ke-73 – 75:
Jalma luwih medharken mamanis
Kang cinatur kitap tafsir alam
Tinetepan upamane
Ingkang segara agung
Lawan papan kang tanpa tulis
Tunjung tanpa selaga
Sapa gawe iku
Kalawan jenenging Allah
Lan Muhammad anane ana ing endi
Yawn sirna ana apa
Manusia terpilih membentangkan perihal yang sedap
Yang dibicarakan dalam kitab tafsir alam
Dinyatakan misalnya
Samudera besar
Dan tempat yang tidak bertulis
Teratai yang tidak berkuncup
Siapa yang menciptakan
Dan nama Allah
Dan Muhammad dimana adanya
Jila lenyap apa yang masih muncul.
Pada bait selanjutnya maupun dijelaskan perihal manusia pokok, berikut :
Damar murup tanpa sumbu nenggih
Godhong ijo ingkang tanpa wreksa
Modin tan ana bedhuge
Sentek pisan wus rampung
Tanggal pisan purnama sidi
Panglong grahana lintang
Iku semunipun
Kang sampun awas ing cipta
Aja sira katungkul maca eksklusif
Takokna kang wus wigya
Pelita menyala tidak bersumbu
Daun hijau tidak berpohon
Modin taka da bedugnya
Sekali singgung telah tamat
Tanggal satu bulan purnama
Panglong gerhana bintang
Itulah lambang
Manusia yang telah waspada akan ciptaNya
Jangan selalu membaca sendiri saja
Tanyakan kepada yang telah arif.
Di dalam bait selanjutnya dijelaskan lagi perihal perihal tadi, yaitu :
Lawan sastra adi kang linuwih
Lawan kuran pira sastra nira
Estri priyadi tunggale
Lawan ingkang tumuwuh
Sapa njenengaken sireki
Duk sira palakrama
Kang ngawinken iku
Sira yen bukti punika
Sapa ndulang yen tan weruha sayekti
Jalma durung pokok
Dan sastra indah pokok berapa jumlahnya
Kitab quran berapa sastranya
Perempuan dan pria utam muncul berapa jodoh
Dan berapa jumlahnya yang tumbuh
Siapa yang memberi nama kepadamu
Waktu kau kawin
Siapa yang mengawinkan
Kalau makan siapa yang menyuap
Jika belum mengetahuinya sebenarnya
Belum menjadi manusia yang pokok.
Demikian sekilas pandangan Ki Ageng Selo berkaitan dengan kehidupan sejati dan manusia pokok yang terdapat dalam Serat Pepali Ki Ageng Selo. Nuwun.
Referensi:
Disarikan dari berbagai asal