Lukisan Taman Sari koleksi Museum Leiden
Dunia Keris Selamat tiba kerabat perkerisan. Bagaimana kabar panjenengan hari ini, masih tetap menjadi pahlwan toh. Iya setidaknya pahlawan buat orang terdekat masing-masih. Baik, dalam kesempatan ini aku mengajak kerabat sekalian membicarakan asal usul Taman Sari atau istilah wong londo Water Castle. Bika belum memahami & telah pernah ke Jogja, nanti balik lagi ya, singgah dalam Taman Sari, lha wong letaknya tidak seberapa jauh menurut keraton.
Barang tentu menjadi generasi sekarang, meski menjadi orang yang orisinal Yogyo sekalipun tidak timbul yag memahami mirip apa wujud Taman Sari dulunya. Seperti sekarang ini misalnya, Taman sari hanya tinggal reruntuhannya saja. Setidaknya asumsi ini kalau merujuk menurut gambar dalam atas yang hingga hari ini gambar aslinya tersimpan dalam museum Leiden, Belanda. Gambar dalam atas sedikit banyak memberi liputan bentuk Taman Sari ketika masih berdiri. Dengan megahnya.
Merujuk menurut literasi-literasi yang beredar. Taman Sari didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I. Diyakini alasan didirikannya Taman Sari adalah buat mengulur-ngulur waktu. Sesuai Perjanjian Giyanti tahun 1755, Sri Sultan Hamengkubuwono I diwajibkan mendirikan benteng dalam depan kraton nya (sekarang Benteng Vredeburg). Akan tetapi Sultan sengaja menunda-nunda pembangunan benteng itu memakai alasan pembangunan kraton belum terselesaikan, & pekerja-pekerja masih dikonsentrasikan membangun kraton, yakni Taman Sari itu. Padahal bangunan kraton sendiri telah terselesaikan dari tahun1780, tetapi sultan malah memerintahkan pembangunan bangunan Taman Sari yang rumit buat mengulur waktu pengerjaan.
Arsitek bangunan Taman Sari sekarang masih jadi kontroversi, timbul yg mengungkapkan arsitek bangunan itu adalah seorang Portugis (Demang Tegis), tetapi timbul yg mengungkapkan arsiteknya adalah orang Jawa (R. Ronggo Prawirosentiko) yang mengadopsi bangunan Portugis.
Kesimpangsiurannya & majemuk mitos & lain – lain dalam dalamnya silahkan baca dalam tautan dibawah ini, njiih.
Taman Sari : Mahakarya Keagungan Mataram Tempo Dulu
Bangunan ini sendiri terdiri menurut beberapa bagian, dihubungkan memakai kanal-kanal air, & didirikan dalam tengah kebun Kraton (kebun itu sekarang telah jadi pemukiman padat penduduk). Jaman dahulu, lokasi Taman Sari ini agak tersembunyi karena berada dalam tengah kebun kerajaan yg memiliki pohon-pohon yang tinggi. Bahkan syahdan, buat mencapainya harus melalui rimbunnya kebun kerajaan, atau mampu juga memakai melewati kanal air, & khusus buat keadaan tertentu mampu dicapai melalui lorong misteri yang terhubung langsung ke kediaman Sultan dalam dalam Kraton.
Bagian – Bagian Tamansari
Bagian Sakral : Bagian sakral Tamansari ditunjukkan memakai sebuah bangunan yang agak menyendiri. Ruangan ini terdiri menurut sebuah bangunan berfungsi menjadi tempat munajad atau semedi Sultan. Bika pintu-pintu air dibuka & dipenuhi, maka bagian sakral ini tidak akan terlihat & menjadi istana bawah air. Konon dalam sinilah Sultan bertapa & bertemu memakai Ratu Kidul. Sampai sekarang tempat ini terdapat & lokasinya sedikit tersembunyi.
Bagian Kolam Pemandian : Bagian ini adalah bagian yang digunakan buat Sultan & keluarganya bersenang-senang. Bagian ini terdiri menurut 2 buah kolam yang dipisahkan memakai bangunan bertingkat. Air kolam keluar menurut pancuran berbentuk binatang yang spesial. Bangunan kolam ini sangat unik memakai pot-pot besar didalamnya. Bangunan inilah yang menjadi pusat kunjungan para turis d Taman Sari. Ada tiga buah kolam dalam sini, kolam 1 adalah khusus buat raja & permaisuri, antara kolam 1 memakai 2 & tiga dipisahkan oleh bangunan bertingkat yang adalah semacam spa & sauna bagi Sultan. dalam Kolam 2 & tiga adalah tempat mandi bagi selir-selir Sultan.
Bagian Pulau Kenanga : Bagian ini terdiri menurut beberapa bangunan yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gemuling, & lorong-lorong bawah tanah. Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti adalah sebuah bangunan tinggi yang berfungsi menjadi tempat beristirahat, sekaligus menjadi tempat pengintaian. Bangunan inilah satu-satunya yang akan kelihatan jikalau kanal air terbuka & air mengenangi daerah Pulau Kenanga ini.
Disebutkan bahwa andai saja dilihat menurut atas, bangunan seolah-olah sebuah bunga teratai dalam tengah kolam sangat besar. Seperti terlihat dalam gambar, bangunan besar yang menjulang itu adalah Pulo Cemeti (sayang sekali sekarang tinggal reruntuhannya saja). Sumur Gemuling adalah sebuah bangunan melingkar yang berbentuk mirip sebuah sumur didalamnya terdapat ruangan-ruangan yang syahdan dahulu difungsikan menjadi tempat sholat. Sementara itu lorong-lorong yang timbul dalam daerah ini dahulu syahdan berfungsi menjadi jalan misteri yang menghubungkan Tamansari memakai Kraton Yogyakarta. Bahkan timbul legenda yang mengungkapkan bahwa lorong ini tembus ke pantai selatan & adalah jalan bagi Sultan Yogyakarta buat bertemu memakai Nyai Roro Kidul yang syahdan menjadi istri bagi raja-raja Kasultanan Yogayakarta.
Bagian ini memang adalah bagian yang berfungsi menjadi tempat pertahanan atau konservasi bagi famili Sultan jikalau sewaktu-waktu timbul agresi menurut musuh. andai saja air dipenuhi, maka lorong-lorong & Sumur Gumuling hanya nampak permukaan nya (menaranya saja) yg berfungsi menjadi lubang udara (lihat gambar).
Dalam sejarahnya, Taman sari hanya dipakai oleh tiga raja Kesultanan Yogyakarta. Pada masa pemerintahan Hamengkubuwono II, Tentara Inggris menyerang Yogyakarta, Sultan terpaksa bersembunyi dalam Taman Sari, & pertempuran terjadi, akhirnya Sultan menyerah, sesudah Taman Sari dibombardir memakai meriam & dikepung menurut aneka macam arah.
Pada masa Hamengkubuwono III, Taman Sari jarang digunakan karena kas kerajaan yang kosong. Pada masa Hamengkubuwono IV, bangunan ini juga jarang digunakan karena sang raja lebih suka pesiar keluar Kraton. Pada masa Hamengkubuwono V, karena terjadi Perang Diponegoro, raja terpaksa mengungsi meninggalkan Kraton & bangunan Taman Sari menjadi tidak terawat. puncaknya dalam masa Hamengkubuwono VI, terjadi gempa dahsyat dalam Jogja yang membentuk seluruh bangunan Taman Sari rusak parah. Meski demikian, Taman Sari memakai keadaannya yang sedemian ini tetap patut buat dipesiari. Mengenang kejayaan Mataram tempo doeloe. Nuwun.