Alkisah, Sang Prabu Brawijaya kawin lagi dengan putri Cina. Istri yang dari negeri Cempa, sangat cemburu, tidak mau dimadu dengan putri Cina. Jika madunya tidak dibuang, ia memilih dipulangkan kepada ayahandanya. Karena besar cintanya kepada istri pertama, Prabu Brawijaya kegupi memulangkan putri Cina ke negerinya. Sang Raja lalu memanggil Patih Gajah Mada, diutus menyerahkan putri Cina kepada Arya Damar, serta diberi surat. Patih bertemu dengan Arya Damar di Gresik, yang isinya menyampaikan perintah dan surat Sang Raja. Bunyi surat itu, “Putri Cina dihadiahkan menjadi istri Arya Damar, akan tetapi karena sedang hamil, tak diizinkan meniduri. Tunggulah sampai melahirkan.
baca juga:
9 Keris Pusaka Sakti Yang Melegenda di Indonesia
Bursa Keris Tosan Aji
Artikel Pengetahuan Tentang Ilmu Keris
Arya Damar patuh. Arya Damar lalu berangkat, selamat sampai di Palembang, dan menjadi raja”. Makdum Ibrahim Asmara, di negeri Cempa, berputra dua, laki-laki semua. Yang tua bemama Raden Rahmat, yang muda bemama Raden Santri. Ratu Cempa sudah berputra laki-laki satu, bemama Raden Burereh. Raden Rahmat tadi minta pamit kepada pamannya raja Cempa, ingin ikut ke tanah Jawa dengan adiknya, hendak menjenguk uwa raja Majapahit. Sang Raja mengizinkan, akan tetapi Raden Bure-reh suruh dibawa serta. Kemudian mereka berangkat bertiga. Mereka selamat sampai negeri Majapahit dan bertemu dengan Sang Prabu Brawijaya. Ketiga putra tadi tinggal di negeri Majapahit setahun. Raden Rahmat kawin dengan anak Tumenggung Wilatikta, bemama Ki Besar Manila. Tumenggung Wilwatikta tadi punya putra laki-laki satu, bemama Jaka Said, yang lebih muda dari yang kawin dengan anak Arya Teja. Yang MI kawin dengan Raden Santri, yang muda dengan Raden Burereh. Kemudian mereka tinggal di Gresik.