Selamat malam semua kerabat perkerisan, dalam tulisan aku kali ini aku akan menyebarkan kisah sejati yg aku alami seorang diri dikala pergi sumber Kecamatan Jiken, Kab. Blora, Jawa Tengah menuju ke kediaman aku di Tuban, Jawa Timur. Kejadian ini berawal sumber aku menghadiri hajatan seorang kenalan yg punya gawe mengkhitankan putra sulungnya.
Jujur, tragedi ini memang lantaran kenekatan aku, buat sekedar sobat ketahui jeda antara Jiken, Blora & Tuban tidak kurang sumber 90 Km & wajib menembus hutan jati sepanjang 20 km. Pada awalnya aku berjanji akan menginap di tempat hajatan tersebut, lagi pula malam telah larut & terlalu beresiko melakukan perjalan malam hari seorang diri. Di samping katannya muncul banyak begal di tempat hutan milik perhutani pula sering muncul tragedi aneh lantaran gangguan makhluk halus.
Entah mengapa malam itu aku sungguh ingin pergi padahal waktu telah menerangkan pukul 11.30 malam, padahal aku telah mencoba buat rebahan di kursi undangan yg sengaja aku rapikan sedemian rupa hingga agak buat merebahkan diri, lagi pula malam itu tamu undangan telah sepi. Saya mencoba menepis virtual pergi menggunakan menelepon seorang teman buat sekedar mengisi waktu. Hinnga akhirnya pukul 00.00 lewat.
Sekita pukul 01.30 aku putuskan buat pergi menggunakan pertimbangan begal jam selarut itu niscaya telah nir muncul. Meski yg punya gawe mencoba menunda aku, lantaran masih terlalu malam & dini hari tinggal sebentar lagi, di samping itu cuaca waktu itu mendung. Dan dia menunjukkan pendaratnya buat mengantarkan aku hingga hingga Kec. Kenduruan, Tuban. Namun aku menolak & meyakinkan kepada dia bahwa nir akan terjadi apa-apa.
Singkat cerita, sialnya dalam perjalanan yg belum hingga 15 menit hujan sungguh turun. Deru hujan meraung-raung menghiasi malam yg dingin, di tempat hutan lagi. Gemrisik air hujan yg menerpa dedaunan jati memenuhi hutan, awan kelabu merayap perlahan menjadi naungan hutan jatiyang lembab. Saya hentikan motor & mengambil mantel yg aku taruh tas punggungku.
Hujan yg membabi buta derasnya memaksa aku wajib ekstra hati-hati mengendarai kuda jepang-ku, beruntung suasana hujan hingga aku nir memikirkan apa-apa kecuali konsentrasi dalam mengendara & bertahan sumber dingginnya hujan yg bercampur angin tersebut. Kurang lebihnya 1 Kmdari tempat aku memakai jas hujan tersebut, di samping kanan jalan muncul pos jaga perhutani yg kosong. Karena saking deresnya hujan terpaksa aku meminggirkan tunggangan & berteduh di pos tersebut.
Dengan menggigil kedinginan aku nyalakan sebatang rokok buat sekedar mengusir hawa dingin sehabis sebelumnya bersusah payah meyalakan korek api yg memang basah. Belum habis sebatang rokok,sumber dalam kegelapan malam, kurang jelas aku melihat sesosok tubuh berjalan pelanmenelusuri jalan, ad interim tubuhnya yg jangkung tidak kurang sumber 2 meterterguyur derasnya air hujan. Deg! Secara logika dalam guyuran hujan & di tegah hutan selarut ini nir mungkin muncul orang yg nekat seperti itu & serasa nir terpengaruh derasnya hujan.
Refleks bulu-bulu tubuh meremang, terutama di bagian tengkuk yg artinya itu artinya indikator bahwa muncul makhluk halus di sekita kita. Beruntung sosok jangkung yg kurang jelas terlihat tersebut berjalan terus saja ke arah barat, meski sekian detik berhenti persis di dekat motor aku yg aku pinggirkan di bahu jalan.
Sejurus kemudian dia lenyap begitu saja. Belum lenyap jantung berdebar melihat penampakan tersebut, lagi-lagi aku dikejutkan oleh suara aneh di belakang pos perhutani tersebut, aku bilang aneh, lantaran suara tersebut seperti orang suara kucing namun seperti orang sedang berbicara. Berbekal menggunakan pemahaman sedikit tentang ilmu petuah, ditengah suasana hujan yg telah sedikit mereda itu aku mencoba buat berkontemplasi. Secara perlahan tabir gaib terbuka, hingga aku mampu melihat gambaran sebuah hunian yg berada di arah belakang tempat pos pehutani tersebut. Dan banyak sekali sosok-sosok aneh menatap aku menggunakan sorot mata nanar di sela-sela pepohonan yg berada di samping kanan juga kiri pos itu.
Melihat gelagat yg kurang bersahabat, meski terbilang hujan yg masih lumayan deres. Saya putuskan buat meneruskan perjalan saja sumber kepada mengambil resiko, belum sepat aku tuang gigi perseleng motor, lagi-lagi aku di kejutkan oleh sosok putih berkelebat persis di depan motor yg telah menyala. Kontan menciptakan aku kaget. Astaghfirullohal adzim..!
Setelah beberapa detik menenangkan diri & berusaha menguasai keadaan aku pacu kuda besi aku secara perlahan sembari merapal beberapa amalan khusus buat menghalau gangguan makhluk halus yg usil. Belum hingga 50an meter lagi-lagi terdengan suara KRAK…..! KRAAAAAAK….. hingga bebera kali yg masih terdengar meskipun hujan & aku gunakan helm.
Beruntung sehabis itu nir muncul tragedi-tragedi absurd lainnya hingga sekitar pukul 03.30 waktu aku nyampek Jatirogo Tuban.
Setelah beberapa hari sehabis tragedi tersebut aku baru memahami sumber seorang kenalan sumber Bangilan, Tuban yg sedang bertandang ke tempat tinggal kalau alas itu namanya alas tawunan yg populer angker. Bahkan dia pula punya cerita mencekam dikala muda dulu masih menjadi blandong & mencuri kayu jati di tempat hutan jati tersebut. Pernah dia beserta beberapa rekannya memotong jati yg sungguh putus namun nir mau rubuh.
Demikian sekelumit tragedi rahasia yg mampu aku tuliskan buat kerabat perkerisan semua. Semoga menjadi cerita ringan pengantar tidur buat sobat semua. Dan aku berharap tragedi itu nir berulang & apalagi terjadi kepada sobat semua. Terpenting dalam hal apapun kita nir panik, kita wajib mampu menguasai diri lantaran sumber situlah aura bawaan kita akan mempresure makhluk-makhluk tidak kasat mata tersebut. Akhir celoteh sumber aku selamat berlebaran buat pembaca sekalian, mohon maaf lahir juga batin seandainya muncul galat-galat celoteh. maturnuwun.
NB: Gambar tersebut di atas aku ambil beberapa waktu kemudian sehabis tragedi tersebut & aku berkesempatan lagi melintas tempat angker itu.