jenis Pamor Keris Ditinjau dari teknik pembuatannya, dikenal ada nya dua macam pamor, yaitu pamor mlumah dan pamor miring. Dibandingkan dengan pamor miring, jenis pamor mlumah relatif lebih mudah pembuatannya, dan risiko gagalnya lebih kecil. Itulah sebabnya rata-rata nilai mas kawin (harga) keris berpamor mlumah lebih rendah dibandingkan keris yang berpamor miring.
Ditinjau dari cara terjadinya pamor itu, macam-macam motif pamor dibagi dalam dua golongan besar, yakni pamor tiban atau pamor jwalana, dan pamor rekan atau pamor anukarta. Yang digolongkan jenis pamor keris tiban adalah jenis motif atau pola gambaran pamor yang bentuk gambarannya tidak direncanakan dahulu oleh si empu. Gambaran pola pamor yang terjadi bukan karena diatur atau direkayasa oleh sang empu dianggap sebagai anugerah Tuhan. Pola pamor golongan ini di antaranya adalah Wos Wutah, Ngulit Semangka, Sum-sum Buron, Mrutusewu, dan Tunggak Semi. Sedangkan yang digolongkan pamor rekan adalah pamor yang pola gambarannya dirancang atau direkayasa lebih dahulu oleh Sang Empu. Termasuk jenis ini di antaranya, pamor Adeg, Lar Gangsir, Ron Genduru, Tambal, Blarak Ngirid, Ri Wader, dan Naga Rangsang.
Penamaan dan Simpang siurnya Nama Jenis Pamor keris
Karena ragam pola gambaran pamor jumlahnya banyak sekali, untuk membedakan pola satu dengan lainnya, tiap motif jenis pamor keris itu diberi nama. Ada dua cara pemberian nama pamor dalam dunia perkerisan di Pulau Jawa. Pertama, dengan melihat hasil akhir penampilan pamor yang tampak. Jadi, jika gambar pamor itu mirip dengan kulit semangka, pamor itu disebut Ngulit Semangka, walaupun mungkin sang empu bukan berniat membuat pamor Ngulit Semangka, tetapi Wos Wutah. Kedua, dengan memperkirakan niat sang empu.
Misalnya, jika si empu diperkirakan berniat akan mem-buat pamor Ri Wader, ternyata jadinya mirip dengan gambaran pamor Mayang Mekar, pamor itu tetap dinamakan pamor Ri Wader, tetapi gagal. Karena kegagalan itu, nama pamor itu ditambah dengan kata `wurung’ sehingga menjadi Ri Wader Wurung. Tetapi penamaan cara yang kedua ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar memahami teknik pembuatan pamor. Orang kebanyakan, yang bukan pakar, jelas akan memakai cara penamaan pa-mor yang pertama.
Yang juga membingungkan adalah adanya perbedaan penyebutan nama pamor. Contohnya, pamor Lawe Setukel, ada yang menyebut Benang Satukel atau Lawe Saukel, atau Benang Saukel. Ada lagi, Blarak Sinered, Blarak Ginered, atau Blarak Ngirid. Ada lagi, Melati Rinonce atau Melati Rinenteng atau Melati Sato-or. Dan, masih banyak lagi kesimpangsiuran semacam itu.
Yang lebih parah dari itu misalnya: Pamor Sada Saler atau Adeg Siji. Namanya beda, tapi pola pamornya sama. Perbedaan nama ini makin jauh lagi, karena nama Sada Saeler disalahucapkan menjadi Sada Jaler, dan kemudian menjadi Sada Lanang. Dan yang agak menggelikan nama Sada Saeler ditulis oleh orang Belanda dengan ejaan Sadasakler, kemudian nama itu diterjemahkan menjadi sadasa kleur yang artinya `sepuluh warna’ . Ini karena kata kleur yang berasal dari bahasa Belanda memang berarti warna. Ada lagi yang membingungkan.
Pamor Satriya Pinayungan yang kadang kala disebut Satriya Kinayungan oleh orang Yogyakarta, digunakan untuk menyebut pamor yang gambarannya berupa tiga bulatan yang berjajar melintang di pangkal bilah dan empat sampai lima bulatan yang membujur bilah. Padahal di Surakarta dan beberapa daerah lainnya, pamor Satriya Pinayungan berupa gambaran huruf V terbalik di pucuk serta sedikit pamor Wos Wutah yang mengelompok di pangkal bilah.
Demikian Artikel mengenai macam pamor keris semoga bermanfaat