Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Pengalaman rahasia yang saya bagikan kali ini artinya kiriman kerabat perkerisan yang minta untuk dibagikan. Sampeyan jua mampu mengirimkan tulisan serupa untuk tampil di sini. Tulisan dalam bentuk email ini saya edit seadanya tanpa mengurangi esensi cerita.
Sebut saja namanya Jumadi (atas permintaan yang bersangkutan untuk tidak mengungkapkan nama aslinya) sebagai mandor bangunan, hari sabtu artinya hari yang paling dinanti oleh pekerja, tidak lain alasannya pada hari tersebutlah gajian. Namun sabtu kali ini beda, andai kata biasanya jam 3 sore pekerjaan disudahi namun sabtu ini artinya lembur, alasannya dikejar oleh deadline pekerjaan.
Karena sebagai mandor, meski pekerjaan tersebut kelar pada pukul 10 malam, dia baru mampu pulang sejam kemudian. Jarak proyek ke tempat messnya sebenarnya tidak terlalu jauh. Namun alasannya melewati perkampungan & jalan-jalan kampung, perjalanan menjadi tidak cepat. Hingga kemudian setelah beberapa menit meleati jalan kampung, Jumadi melihat ada keramaian. Ternyata ada pasar malam.
Pas alias kebetulan sekali dia belum sempat makan malam. Maka kemudian mencari makanan. Sambil menjalankan motornya pelan-pelan sembari mencari penjual makanan. Tidak berlangsung lama, dia kemudian menemukan penjual mie rebus. Tak ada nasi goreng, mie rebus pun boleh, pikirnya.
Pak, mienya satu. Pake telur & cabe iris lima yaa. Makan di sini saja! pesennya pada penjual mie.
Ia memutuskan makan ditempat, alasannya kebetulan ada kursi-kursi kayu & nampak hanya ada beberapa orang yang sedang lahap menyantap mie. Tak lama menunggu. Seporsi mie rebus pesanan siap santap. Aromanya betul-betul sedap. Lebih-lebih posisinya pas banget, dia mampu makan sembari melihat odong-odong berlampu rona-warni & beberapa penjual mainan. Banyak anak-anak bermain di sana lengkap memakai mahmud (mamah muda).
Baru saja mie mau dia santap, tiba-tiba ada seekor kucing lari di atas bangku & menabrak mie di depannya. Makanan yang sudah di depan mata-mata tiba-tiba jatuh di tanah. Mau berteriak, namun tidak sempat. Yahhh…. jika sudah begini selera makan jadi rasa marah yang mengendap. Penjual mie bergegas menemuinya.
Waduh kasihan Mas. Bapak ganti ya? Katanya ramah.
Sudahlah pak. Tolong bungkuskan satu saja ya. Jawabnya setengah menahan kesal alasannya kejadian itu. Karena rasa kesal itu, dia langsung bergegas pulang. Maunya menikmati pasar malam, eh malah jadinya mendapat perasaan mau marah. Mau menyalahkan kucing ya tidak mampu, alasannya kucing kan tidak makan sekolahan.
Kemudian dia memutuskan untuk pulang. Sesampai di rumah, dia langsung menuju meja makan. Ia memberikan mie bungkus baru kemudian akan menyantapnya setelah bersih-bersih badan. Saat dia memberikan mie bungkus itu dia tersentak kaget. Ternyata yang dia bawa bukan mie, melainkan sebungkus cacing yang meliuk-liuk dalam bungkus daun jati. Cerita hanya sampai disini, mungkin saudara Jumadi semaput & langsung tertidur. Nuwun.