Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Meski tidak sesemarak beberapa tahun yang lalu, film beserta tema horor masih mewarnai bioskop-bioskop di Indonesia ini. Bahkan, tidak hiperbola seandainya berkata Indonesia ialah pembuat film horor papan atas mayapada. Bahkan, sangat mungkin paling banyak. Tidak sedikit film horor tersebut mengisahkan keangkeran sebuah gedung tua bahkan penginapan.
Perihal setan yang tidak jarang menampakkan diri dan menjadi penunggu di hotel atau penginapan memang bukan sekadar omong kosong, setidaknya secara pribadi ada beberapa kejadian yang saya alami. Ketika saya di menginap di salah satu hotel di Merak, Banten beberapa waktu yang lalu saya mengalami kejadian yang tidak masuk akal. Pun, ketika ke Makassar. Di Makassar ini justru hotelnya terbilang baru ketika itu, bahkan bintang 4.
Memang bagi orang yang belum atau tidak mengalaminya hal ini terkesan mengada-ada. Opo iyo ada hantu suka masuk hotel apalagi menginap di sana. Mestinya kan tempatnya kan di pekuburan? Minimal tempat-tempat gelap lainnya? Ora mungkin.
Namun tidak sedikit yang percaya dan membantah perkiraan di atas. Salah satunya ialah teman saya di komunitas motor yang berasal menurut Riau ini. Dia ini mahasiswa S2 di salah satu PTN di Jogja. Dalam satu obrolan saat kopdar beliau berkata, jutru abad modern ini setan tidak takut lagi sama terang. Tidak melulu berdiam diri di tempat sepi. Mereka lebih mengarah tempat-tempat ramai, mall misalnya, bahkan tidak jarang mereka nongkrong di masjid atau pun gereja. Setidaknya dalam satu cerita tersebut beliau sendiri pernah mengalami sendiri ketika bubaran menurut nonton film sebuah mall di Jogja.
Oktober 2015 yang lalu, saya punya pengalaman nyata beserta teman yang saya ceritakan di atas. Kejadian persisnya ialah ketika kami mempersiapkan penginapan bagi rombongan menurut Jogja untuk menghadiri jamnas YROI tempat kami bernaung di Bandung. Ketika itu, kami berdua berangkat ke Bandung 2 hari sebelum helatan di mulai, disamping mempersiapkan penginapan bagi teman, pun ada beberapa kegiatan gladi resik menurut panitia yang harus kami hadiri sebagai perwakilan menurut Jogja. Ketika itu menurut panitia kami diinapkan di salah satu hotel di kawasan Kopo (maaf tidak saya sebutkan di sini).
Dari temen Bandung yang menjemput kami di Rancaengkek yang kemudian mengantarkan kami ke hotel tersebut, kami mendapat satu informasi yang menarik di hotel tersebut. Penampakan di hotel. Terlebih teman saya yang menurut Riau ini, bukannya takut. Malah semakin terangsang syaraf-syaraf petualangannya. Seakan ingin membuktikan pendapatnya tentang hantu jaman kini yang tidak takut terang tersebut.
Apa yang menarik beserta hotel tersebut? Informasi yang kami dapatkan menurut temen Bandung ini, awal-awal ketika hotel tersebut dibangun santer terdengar kabar banyak penampakan setan di hotel tersebut. Bahkan, dulu hampir tidak pernah ada orang lokal yang mau menginap di situ. Cari perkara saja. Hal ini dimaklumi, sebelum hotel 3 lantai ini di bangun dahulunya ialah sebuah gedung atau gudang tua yang lama terbengkelai yang kemudian dirobohkan.
Barangkali alasan logisnya, penunggu atau penghuni tidak kasat mata ini tergusur dan kehilangan huniannya, maka kemudian gentayangan di hotel. Menginap disana. Gratis lagi.
Dia juga berkata kalau malam hari tiba, di sudut-sudut ruang tertentu tidak jarang terlihat bayangan-bayangan aneh. Kadang bunga berkecimpung sendiri. Kadang pintu tertutup sendiri. Pokoknya cerita-cerita aneh semacam itulah. Bagi saya pribadi, meski beberapa mengalami hal-hal misterius di penginapan akan tetapi kebenaran cerita-cerita itu musti diuji dulu kebenarannya. Jangan-jangan ini hanya untuk bermaksud menakut-nakuti pengunjung. Atau lantaran persaingan bisnis? Hal-hal semacam ini lazim terjadi.
Dan betul saja, malam pertama ketika kami menginap di sana sudah disambut beserta kejadian aneh. Ketika itu, sorenya setiba kami di hotel setelah membersihkan diri lantas istirahat, eee bangun-bangun sudah malam. Karena belum mengisi perut, sekalian malam itu kita hendak keluar dan muter kota Bandung yang tidak lagi dingin itu.
Ketika keluar menurut kamar dan hendak menuju lift itulah kami dijawil (colek) oleh sesuatu. Iya, kami berdua. Sontak kami saling pandang curiga siapa njawil siapa. Kami berdua merasa ada sesuatu yang njawil. Entah siapa. Kami tidak tahu! Seketika itu juga saya teringat beserta cerita teman menurut Bandung sore tadi. Meski demikian, kami tetap turun dan keliling kota Bandung malam itu.
Besuknya, sembari menunggu kedatangan rombongan teman-teman menurut Jogja yang sedang dalam perjalanan menuju Bandung ini. Kami mengisi waktu beserta berburu hantu lengkap beserta kamera di tangan. Kami semakin penasaran siapa yang njawil kami semalam. Sekian lama, di lorong tidak ada satupun setan yang nongol. Rupa-rupanya nasib kami belum beruntung, tidak satupun setan yang nongol menyambangi lorong itu. Sepertinya setannya tahu hendak dikerjai dan enggan di foto. Sementara malam semakin menapak larut, sementara rombongan teman baru sampai Tasikmalaya.
Kami tidak putus harapan, saya berusaha menjemput bola. Kalau setan penunggu hotel ini tidak mau menemui kami di lorong maka biarlah kami yang mencari mereka di setiap pelosok hotel ini. Orang bilang lantaran hotel ini dibangun di atas eks gedung peninggalan Belanda, maka tempat ini pasti menjadi tempat nongkrong para setan. Tapi kalau betul tempat nongkrong, kok susah banget nyarinya?
Cari kiri-kanan, muter-muter selama 30 menit kok setannya nggak kelihatan juga. Opo mereka ini cuti para setan yang semalam ini njawil kami itu? Kami makin penasaran, dimana mereka sebenarnya sembunyi? Iseng-iseng saya bertanya ke seorang bapak-bapak berkumis tebal yang lagi asyik baca koran di ruang tunggu hotel yang kelihatan cukup angker(walah jangan-jangan ini setannya yang nyamar hahaha..) tentang kebenaran cerita setan tersebut. Sekaligus saya tanya kalau betul hotel ini ada setannya, dimana saya dapat jumpai mereka? Dengan entengnya dia menjawab Naik aja ke lantai atas, Pak. Di situ mereka biasanya mangkal! Magdeg.
Tanpa menyiakan waktu lagi, kami bergegas kembali menuju lif, naik ke atas lagi. Saya minta teman saya untuk mensiagakan kamera yang beresolusi tinggi, semoga saja setannya dapat terekam jelas. Walah, betul saja, di latai paling atas (lantai 3).. susana agak remang. Tempat apa ini, pikir kami. Belum selesai kami berpikir tiba-tiba menurut sudut ruangan terlihat 2 sosok berparas sangat pucat (putih), mulus, rambut panjang berbaju sexy. Walah, jangan-jangan kuntilanaknya yang mendekat nih! Cukup berdebar hati kami. Akhirnya kami berhadap-hadapan langsung beserta setan sungguhan. Menakutkan sekaligus mempesona! Tiba-tiba mereka bersuara sangat lembut. Asal mana om? Haaaaaaa? Lha wong setan kok dapat ngomong? Tapi setelah diperhatikan lebih serius. Walah ini toh rupanya setan yang dimaksud bapak berkumis tadi? Rupa-rupanya ada semacam spa!
Setan di penginapan ternyata bukan cuma isapan jempol belaka. Ia memang ada. Keberadaannya dapat dalam aneka macam bentuk. Yang tertinggal ialah bagaimana kita menyikapinya. Satu hal lagi, jangan menghadapinya beserta cara yang kesetanan. Bahaya! Sementara segini dulu, semoga menjadi bacaan yang menghibur di akhir pekan ini. Wassalam. Nuwun.