Dunia Keris Selamat tiba kerabat perkerisan. Sebelum saya lanjutkan tulisan ini, terlebih dahulu buat saya saya sampaikan di sini bahwa pengalaman yg saya bagikan ini bukan saya maksudkan buat berbangga diri atau menakut-nakuti sampeyan. Sama sekali tidak timbul maksud mirip itu. Sekedar mengembangkan saja yg mungkin sanggup dibaca hikmahnya.
Sebenernya, kejadian ini sudah berbilang tahun. Sudah lama banget. Antara 10 atau 11 tahun yg kemudian, tapi yg jelas dalam ingatan saya kejadian tadi beriringan dengan usia putri sulung saya. Saya masih ingat sekali kejadian itu, waktu itu saya dalam perjalanan asal kota Banjar, Jawa Barat ke Jogja. Perjalanan ini sanggup dikatakan perjalanan rutin dua mingguan, sebab setiap dua minggu sekali saya kembali ke kampung halaman istri saya di Pamarican, Ciamis. Meskipun ikut kabupaten Ciamis, namun aksesnya lebih dekat ke kota Banjar.
Seperti biasanya perjalanan balik menuju Jogja ini selalu saya lakukan pada malam hari dengan impian paginya sudah hingga kontrakan. Malam itu dan mirip perjalanan-perjalanan sebelumnya, saya sengaja mencari bus antar kota antar propinsi yg berada diluar terminal, sebab saya ingin bus segera berangkat tanpa wajib menunggu penumpang penuh mirip halnya yg timbul didalam terminal.
Sekitar pukul 22:00 bus yg saya tumpangi mulai berangkat ke arah timur meninggalkan kota Banjar. Karena bukan hari libur dan malam hari, maka bus tidak terisi penuh sebagai akibatnya masing-masing penumpang sanggup duduk leluasa, satu orang sanggup menguasai satu atau dua kursi. Jadi sangat nyaman dan saya lihat kesempatan ini, poly penumpang yg sanggup tidur dengan nyaman di kursi-kursi yg setiap deret hanya berisi satu orang. Begitu juga dengan saya, sekali waktu saya menaikkan kaki saya duduk berselonjor dan sekali waktu saya tiduran, namun entah kenapa malam itu saya tidak sanggup tidur. Saya ingin sekali memejamkan mata, namun permanen saja tidak sanggup tertidur, meskipun saya insomnia, tapi kalau sudah di kendaraan generik biasanya sangat gampang buat terlelap.
Jam demi jam berlalu, bus antar kota antar propinsi, yg saya tumpangi memang terkenal berani. Sopirnya demikian trampil menyalip aneka kendaraan baik kendaraan kecil juga besar. Dan bus itu sanggup menyalip asal kanan ataupun kiri dengan tenangnya. Rupanya sang sopir sudah begitu hapal setiap lika-liku jalan yg dilaluinya, jadi dengan beraninya dia menyalip aneka kendaraan tidak peduli itu di tikungan tajam atau melanggar garis jalan. Yaah, itulah realitanya, padahal di bus itu sudah terpampang tulisan cuku jelas "Jika Pengemudi Ugal-ugalan dan Membahayakan Penumpang, silakan laporkan ke:: xxxxxxxx". Namun ternyata itu hanya slogan saja, sebab sopir permanen saja ugal-ugalan dan penumpang pun juga tidak poly yg mau peduli.
Baik, kita kembali ke topik ini, sehabis menempuh perjalanan kira-kira lebih kurang 2 jam, saya masih ingat benar dimana posisi saat itu berada, sebab saya sama sekali tidak memejamkan mata, saya duduk nyender di pinggir jendela sembari melihat pemandangan gelap diluar bus asal kaca. Beberapa kali saya melihat pengendara motor yg mulutnya komat-kamit sembari menyodorkan kepalan tangannya. Saya berpikir itu pasti orang yg murka sebab hampir dicelakai sang bus yg saya tumpangi.
Sayapun hanya sanggup menegur dengan sopan, "Hati-hati, Pak. Jangan terlalu kencang, yg vital semua selamat", kata saya. Sang sopir tidak komentar apapun dan juga tidak menjawab teguran saya, hanya sang kernet yg memberi kode ke saya buat permanen damai. Akhirnya sayapun biarkan sang sopir mengemudikan busnya, sementara saya hanya sanggup berdoa agar semua penumpang diberi keselamatan.
Tidak lama kemudian bus memasuki area hutan dimana kiri-kanan jalan sepi, tidak timbul warung atau rumah penduduk. Saya masih sempat melihat sebuah pos kehutanan disebelah kiri jalan hingga kemudian akhirnya, saya merasakan hawa yg sangat dingin menjalari sekujur tubuh saya, dingin dan sangat dingin hingga menusuk tulang. Saya kemudian bersedekap dan memeluk jaket yg tadinya saya tanggal. Saya merasakan hawa dingin asal ujung rambut hingga ujung kaki, hingga beberapa detik kemudian saya merasakan timbul hal aneh disekitar saya.
Saya menoleh ke samping, di deretan kursi samping saya terlihat penumpang duduk dengan tegak, koordinator tertunduk dan saya melihat muka yg berwarna putih dan pucat. Saya tidak merasa kaget namun hanya berpikir, kenapa orang itu, apakah sakit? Tanya saya dalam hati. Kemudian saya menoleh kebelakang, beberapa deret kursi kebelakang pemandangannya sama dengan kursi disamping saya, semua penumpang duduk dengan badan tegak, koordinator tertunduk ke bawah dan semua wajahnya terlihat putih pucat.
Saya mulai agak kebingungan "Lho, kenapa semua penumpang menjadi mirip ini?", batin saya. Kemudian saya melongok ke depan ternyata semua sama kondisinya, akhirnya secara reflek pandangan saya tujukan ke sopir yg tadi suka ngobrol dengan kernet dan tertawa-tawa, oh Gusti, ternyata sang sopir juga duduk tegak dengan koordinator tertunduk kebawah namun kedua tangannya masih memegang kemudi, sementara sang kernet duduk disebelahnya dengan kondisi sama mirip penumpang yg lain.
Saya merasa seolah-olah berada dalam sebuah bus yg membawa patung-patung manusia. Sunyi sepi tanpa timbul suara apapun. Semua duduk tegak terdiam dengan paras pucat. Saya belum sanggup menyadari apa yg terjadi hingga akhirnya saya mulai merasakan ke anehan pada bus yg saya tumpangi ini. Saya merasa konfiden bahwa bus ini masih berjalan, namun jalannya sangat kencang, lurus dan tidak belak-belok.
Pikiran saya masih sanggup merasa aneh, sebab jalan didaerah itu kan belak-belok, asumsi saya waktu itu timbul di Wangun, tapi kenapa bus ini melaju kencang dan lurus. Dan ternyata kemudian saya mulai menyadari bahwa bus ini selain melaju kencang dan lurus juga tidak menapak di aspal. Saya lihat pohon-ponon yg timbul disekitar terlihat asal tengah keatas. Jadi saya konfiden bus ini berjalan mengambang. Dan akhirnya saya langsung memperhatikan sopirnya. Gusti.., ternyata sopir itu mengendalikan bus tanpa beranjak apa-apa, dia hanya duduk, membisu dan kedua tangannya memegang kemudi sementara tidak timbul gerakan apapun pada diri sopir tadi. Artinya bus ini berjalan sendiri tanpa dikendalikan sang sopir.
Saya jadi tersadar bahwa timbul yg tidak beres, saya mulai merasakan hawa dingin yg tadinya menjalar disekujur tubuh saya berubah menjadi rasa dingin yg mengerikan yg membentuk semua kitab kuduk saya berdiri. Saya merasa saya sudah berada disebuah situasi yg tidak lumrah. Saya merasa bahwa saat itu saya sudah berada di alam lain.
Alhamdulillah, saya masih sanggup berpikir sehat, akhirnya ditengah-tengah hawa dingin yg menusuk tulang dan bulu kuduk yg merinding saya mencoba buat membaca beberapa surat pendek yg saya hapal dan juga ayat kursi. Saya baca berulang-ulang dan berkali-kali sembari saya melirik deretan bangku di kanan dan belakang saya.
Tiba-tiba "klaap!", tiba-tiba saya merasa mirip dilempar dan tersadar bahwa saya sudah kembali kedalam bus yg saya tumpangi. Saya lihat di sebelah kanan saya timbul 2 penumpang yg satu tidur sementara yg satunya duduk biasa. Sangat berbeda dengan tadi dimana mereka duduk dengan kaku dengan koordinator tertunduk. Saat saya lihat ke belakang, deretan bangku masih terisi penumpang, timbul yg tidur dan timbul yg ngobrol. Namun semua sangat berbeda dengan kondisi yg saya lihat tadi.
Alhamdullilah, saya merasa sudah kembali ke alam nyata. Saya lihat sopir ternyata tidak tidur, dia masih asyik mengemudi sembari ngobrol dengan sang kernet. Saya hanya sanggup terheran-heran, apa yg sudah terjadi pada diri saya barusan?
Akhirnya sehabis 7 jam perjalanan sampailah saya ke kota terminal Giwangan. Saya turun dan langsung cari ojeg menuju kontrakan. Sekitar jam 12 siang, saya mencari makan di warung yg kebetulan timbul siaran televisi. Saat itu kebetulan sedang timbul acara gosip, dan disiarkan bahwa tadi malam timbul sebuah kecelakaan bus antar kota antar propinsi yg membuahkan bus terbakar dan hampir semua penumpangnya terbakar didalam bus tadi.
Ketika melihat gosip ini saya jujur sangat tertarik namun saya tidak menyadari bahwa gosip ini timbul kaitannya dengan tragedi yg tadi malam saya alami. Saat itu saya hanya menganggapnya gosip kecelakaan biasa saja. Beberapa hari kemudian, saya kembali wajib kembali ke Banjar, dan kali ini perjalanan saya lakukan siang hari. Dan ternyata inilah saya menemukan jawaban dan korelasinya antara gosip kecelakaan maut itu dengan pengalaman misteri yg saya alami.
Siang itu tanpa sengaja saya melihat bangkai mobil yg terbakar dan kebetulan semua penumpang juga ramai membicarakannya. Bus berjalan perlahan melewati bangkai bus yg terbakar tadi dan semua penumpang melonggok ke kaca samping termasuk saya. Saya merasakan jantung saya berdebar-debar. Saya merasa bahwa bus itu tidak asing bagi saya. Akhirnya dengan perlahan bus meninggalkan area kecelakaan tadi dan anehnya, sepanjang jalan yg saya lewati saya merasa pernah melewati jalan itu dengan suasana pohon, rumah dan jalan yg sama.
Ooooh, jadi malam itu, waktu saya masuk alam entah berantah, itu terjadi beberapa saat sebelum bus melewati bangkai bus yg terbakar tadi dan saya tersadar beberapa meter asal lokasi bus yg terbakar tadi. Saya jadi berpikir, apakah yg saya alami itu hanya sekedar mimpi, atau saya sungguh telah masuk di mayapada "lain" pada malam itu. Sampai sekarang pun saya masih penasaran. Apakah sekedar mimpi atau jiwa saya berpindah sementara ke alam "lain". Peristiwa itu sudah relatif lama terjadi, namun saya masih merasa bahwa kejadian itu belum lama terjadi. Terlebih waktu saya melintasi tempat tadi, waktu saya wajib berangkat atau kembali asal rumah mertua. Nuwun.