Setelah lama berjalan, Ciung Wanara bertanya rumahnya saudara tadi. Ki Buyut bingung pikirnya. la berkata, kalau saudaranya sudah pindah ke Negeri Pajajaran. Pekerjaanya pande. Ki Buyut menuruti kehendak Ciung Wanara untuk menemui pande itu. Setibanya di rumah pande itu, Ciung Wanara diserahkan, lalu ditinggal pulang kembali ke desa. Selama di rumah pande, Ciung Wanara belajar membuat keris, supit, driji dan sebagainya. Banyak orang yang datang ke rumah pande itu, untuk melihat kesaktian Ciung Wanara.
Ketika Ciung Wanara pergi ke pasar dengan Ki Pande, gajah raja di Pajajaran sedang dimandikan. Setelah melihat Ciung Wanara, gajah itu lalu mendekati dan menunduk di hadapanya. Seandainya bisa bicara, mungkin gajah itu berkata, “Gusti, maxi naiklah ke punggung saya, saya antarkan menghadap kepada ayahmu Sang Prabu.” Gajah diusap gadingnya. Semua yang melihat kagum terheranheran.
Alkisah, Sang Prabu di Pajajaran sedang di hadapan para prajuritnya. Ia sedang mengadakan latihan perang tanding. Ciung Wanara menonton. Diperingatkan oleh Kyai Pande tidak mau. Ia mendekat clan duduk berjajar dengan Sang Raja. Tidak ada yang tahu, kemudian masuk ke istana, terhenti di Balai Sawo. Adapun Balai Sawo ini, kalau disentuh berbunyi seperti seperangkat gamelan. Balai lalu diduduki oleh Ciung Wanara. Balai itu berbunyi nyaring, membuat kaget Sang Raja. Ia marah karena ada orang yang rnenyentuh balai itu. Para hamba menteri mendekati.
baca juga:
9 Keris Pusaka Sakti Yang Melegenda di Indonesia
Bursa Keris Tosan Aji
Artikel Pengetahuan Tentang Ilmu Keris
Ciung Wanara ditemukan tertidur di Balai Sawo, lalu hendak ditangkap. Ciung Wanara mengamuk. Para menteri terlempar dan banyak yang tewas. Yang terluka Ian terbiritbirit, memberi tahu Sang Prabu. Sang Raja berhatihati, tahu kesaktian pemuda Ciung Wanara itu. Lalu ia diangkat sebagai abdi, serta sering diutus memimpin prajurit maju berperang. Pasukan Ciung Wanara selalu mendapat kemenangan. Karena sangat cintanya Sang Raja, Ciung Wanara dijunjung kedudukanya, diberi nama Arya Banyak Wide, serta tanah 1.000 karya. Selain itu diangkat sebagai putra, diberi wewenang memberi hukuman badan serta hukuman mati. Arya Banyak Wide mengumpulkan tukangtukang pande, diberi pekerjaan membuat dipan wesi yang diberi gerbang.
Setelah sudah selesai serta sudah dihias, ditaruh di rumahnya. Pada waktu itu negeri Pajajaran diserang musuh. Sang Prabu unggul perang. Arya Banyak Wide berkata kepada Sang Raja, kalau ia punya nadzar, kalau Sang Raja unggul perang, disuruh makanmakan yang enak. Setelah selesai makanmakan, Sang Raja melihat dipan besi. Ia bertanya kepada Arya Banyak Wide untuk apakah dia membuat dipan seperti itu. Arya Banyak Wide berkata, “Dipan ini memiliki khasiat, kalau orang lelah dan tidur di situ, menjadi segar, kalau orang terluka menjadi sembuh, kalau badanya panas menjadi dingin, orang sakit akan sehat kembali.” Sang Raja kepingin mencoba, kemudian berbaring. Tak disangka gerbang dipan itu lalu dikancing oleh Ciung Wanara. Prajurit disuruh mengangkatnya hendak dilabuh ke Sungai Kerawang. Sang Raja sangat murka, is bertanya ap dosanya. Jawab Banyak Wide, “Karena waktu masih bayi, kau buang diriku di Sungai Kerawang, maka sekarang aku membalas kepadamu”. Dipan besi lalu lalu dilabuh.