Syekh Subakir ialah seseorang ulama dari Yaman dalam masa dulu negeri itu diklaim rum, beliau sangat berjasa membebaskan tanah Jawa dari imbas-imbas kekuatan gaib yang dikuasai oleh segerombolan jin prayangan, gendruwo, kuntilanak, dan sebangsanya baik di darat, pegunungan maupun samudera, yang dalam waktu itu kepercayaan manusianya sangat primitif dan nir tersentuh oleh agama Islam agama yang menyembah satu Tuhan yaitu Allah swt, sebagai akibatnya kekuatan-kekuatan khodam menjadi penguasa di pulau Jawa tersebut yang banyak manusianya menjadi hamba makhluk-makhluk tersesat tersebut.
Namun, dalam tulisan ini penulis nir akan membahas bagaimana ekspedisi Syekh subakir dari negeri Rum ke pulau Jawa, namun lebih kepada membahas tembang KINANTI yaitu tembang yang ditunggu-tunggu dalam menentramkan atau menenangkan bayi menangis yang baru lahir atau bayi-bayi yang telah melalmpaui kelahirannya yang pula ketempelan makhluk-makhluk halus yang tersesat kedalam tubuhnya.
Tembang ini merupakan tembang semacam matera atau doa yang tentu saja ada kekuatan spiritual (kekuatan mendekat kepada Allah) dari syekh Subakir dalam yang ditujukan kepada bayi yang baru lahir atau bayi yang masih rewel terhadap adaptasi jiwanya buat menenpati alam barunya yaitu dunia yang fana ini.
Ada pertannyaan datar yang mungkin terkadang jauh dari lintasan alam pikir kita. Kenapa bayi menangis?
Seakan ada rasa penyesalan dalam jiwa bayi dalam menempati hidup barunya didunia sebagai akibatnya bayi yang rewel itu menangis terus. Orang tua yang bijak ialah orang tua yang bisa meyakinkan jiwa si jabang bayi yang dalam lindungan dan kenyamanan dengannya dimana orang tua tersebut wajib mempunyai kelebihan kekuatan spiritual yang ada dalam dirinya, artinya sebagai orang tua si jabang bayi sebelum kelahirannya wajib mempersiapkan spiritualnya buat mendekatkan diri kepada Tuhannya. Karena dalam waktu itu di tanah Jawa manusianya banyak mempercayai makhluk-makhluk yang tersesat maka kekuatan gaib yang ada dalam dirinya sanagat lemah dan syekh Subakir dalam kunjungannya telah melahirkan sebuah sastra yang sangat cantik sekaligus sebagai kekuatan doa atau mantera yang ditujukan dalam bayi-bayi di pulau Jawa itu yang sedang menangis alasannya kebanyakan dari mereka ketempelan makhluk halus yang tersesat (Jawa; sawan) yang akan terjadi kepercayaan orang tuanya sendiri.
Adapun karya sastra Syekh subakir dalam tembang KINANTI tersebut ialah sebagai berikut:
Kinanti
(pitik tukung)
Pitik tulak pitik tukung
Angedohono cacing recek
Si tukung magung ning
Ngarso
Ono kinjeng nangis mabur
Mireng tangise si jabang bayi
Manyuwuk dateng kang
Abang
Jabang bayi puniko
Rinekso ing malaikat
Pinayungan ing hyang sukma
Tetlake jabang bayi
Seraban sawan pan sumingkir
Tinulak baliyo margi ing
Margi
Aminclok ing sela ardi
Si kinjeng mudun teko marani
Cep menengo jabang bayi
Kekasihe Hyang Widi
Den emong ing widodari
Kinebutan ing para nabi
Terjemahan bait ke I
Ayam tukung, ayam sebagai penolak yaitu ayam yang ekorny buntung, penolaknya anak bayi. Jauhilah cacing recek, penyakit sawan atau penganggu akan pergi.
Penjelasannya sebagai berikut; ayam tukung maksudnya ayam yang nir punya ekor/buntung yang dijadikan tumbal sebagai pengganti si bayi yang terkena sawan atau ketempelan makhuk halus yang mengotori kesucian si jabang bayi kotornya mirip cacing recek hina dan menjijikkan (jin prayangan,genderuwo, kuntilanak dab sebagainya)
Untuk anak muda kini pastilah akan muncul pertannyaan, Lho kok ayam dijadikan sesembahan kepada makhluk-makhluk halus.?
mungkin barangkali pembaca bertanya apakah ini nir syirik atau musrik dalam kepercayaan agama Islam? Untuk memperjelas hal ini yuk kita renungkan dalam pikiran yang jernih dengan hati yang tenang dan bijaksana.
Kenapa ada pengganti tumbal?
Didalam ajaran Islam istilah tumbal memang nir ada, tapi yag perlu menjadi kebijaksanaan kita sebagai umat Islam bahwa kita hidup di tanah Jawa yang nir lepas pula oleh penunggu-penunggu makhluk halus yang tersesat tersebut tersebut sebagai ciptaan Allah pula, akan tetapi alasannya mahkluk halus itu mengganggu kedamaian manusia di tanah Jawa waktu itu Syekh Subakir dengan karomah yang dimilikinya dalam mendekatkan diri kepada Allah beliau telah mendapatkan petunjuk bahwa beliau menunjukkan tumbl plus doa/mantera tersebut kepada makhluk halus agar menyingkir dari imbas jahatnya kepada di jabang bayi yang selalu menangis itu. Bukankah petunjuk Allah lebih Haq atau Mutlak daripada keyakinan orang yang sebatas dalam keyakinan meraba-raba saja.?
Sedangakan berdasarkan Syariat mungkin tumbal itu tidaka ada dalam ajaran Islam, akan tetapi yang perlu direnungi dalam kisah nabi Musa as bahwa tongkat bisa berkembang menjadi ular yang mengalahkan tukang sihirnya Raja Firaun apakah itu tragedi konkret atau secara lahiriah.? Kalau kita beserta berfikir secara akal yang jernih bahwa semuanya itu ialah tragedi gaib yang menjadi kekuatan nabi Musa as atas petunjuk Allah swt buat mengalahkan tukang sihir dan tukang-tukang tenung itu. Begitu pula dengan syekh Subakir meskipun beliau telah menunjukkan tumbal kepada makhluk halus yang tersesat itu sebenarnya bukan tumbalnya yang bisa mengusir jin prayangan dan sebangsanya akan tetapi kekuatan pendekatan diri kepada-Nya itulah yang menjadi kekuatan Syekh Subakir buat mengusir makhluk halus tersebut dan doa atau mantera yang diciptakan menjadi kekuatan tersendiri.
Tumbal ialah medianya atau sarananya saja ibarat seperangkat radio tumbal itu ialah tempatnya (klongsongannya, jawa). Doa (mantera, jawa) diibaratkan suaranya yang bisa didengar oleh orang lain agar bisa menusuk jiwa dalam hal ini jiwanya mahkluk halus yang tersesat itu buat menyadarkan kekeliruannya terhadap apa yang mereka perbuat. Lalu darimana bunyi itu berbunyi agar bisa didengar oleh makhluk halus yang tersesat tersebut? Tentu saja ada baterainya dan dalam baterai ada kekuatan listrik yang bisa memberi bunyi dalam radio tersebut dalam hal ini ialah kekuatan gaib yang bisa menyambung dalam kekauatan Yang Maha gaib, yaitu Allah swt..
Saya rasa tulisan yang singkat ini sedikit banyak menyibak terang tujuan Syekh Subakir yang dalam hakikatnya bukan mengusir makhluk halus tersebut kepada si jabang bayi yang kena sawan itu, akan tetapi memberi pengertian jiwa makhluk halus yang tersesat tersebut bahwa apa yang dilakukan ialah salah dan mengingatkan jiwanya bahwa tersesat didalam tubuh jabang bayi. Bahkan Syekh Subakir telah memberi kekuatan jiwa dalam makhluk halus yang tersesat itu buat balik kepada Hyang Widi dalam hal ini ialah Tuhan memberi kekuatan Syekh Subakir buat memberi jalan kepada makhluk halus pergi atau balik kepada-Nya..
Tulisan ini pernah menjadi trending articles dikompasiana