Percaya nir percaya muncul orang yang bisa memindahkan hujan. Rasa-cita rasanya sih, nir wajar atau -mustahil, muncul seseorang yang dapat menggiring, menangguhkan, atau bahkan menolak hujan. Tetapi itulah adanya, kepercayaan sebagian warga yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Warisan leluhur memang luar biasa.
Dari dialog beserta kerabat yang akan mempunyai hajatan mengkhitankan anaknya, berawal dari kecemasan beliau kalau dalam ketika hari H hajatan hujan beliau meminta bantuan dalam seseorang yang biasa dimintai tolong buat hal dilema hujan ini. ya, seseorang itu merupakan pawang hujan yang kebetulan juga masih satu kampung beserta saya.
Tertarik beserta keilmuan ini sengaja saya tiba kerumah pawang hujan tadi, buat lebih memahami rapikan caranya dan pagi tadi saya berkesempatan mengikuti ritualnya. Dan Alhamdulillah meski siang tadi sempat mendung tebal entah kebetulan atau memang pengaruh ilmu pawang hujan hujan belum turun sampai saya menulis goresan pena ini.
Ilmu memindahkan hujan ini ritual pertamannya merupakan beserta meminta bantuan leluhur yang mempunyai hajat, beserta berziarah ke makam leluhur orang yang meminta bantuan itu. Yang dimaksud leluhur merupakan orang yang telah meninggal. Artinya, kalau yang menyuruh itu orang tuanya (ayah/ibu) masih hidup, maka wajib berziarah ke makam kakek dari garis keturunan ayah.
Saat berziarah tadi, yang dilakukan ritual sebagaimana orang yang berziarah. Membaca Al-fatihah, muawwidatain, yasin, tahlil, atau bacaan lain yang kita dapat.
Setelah itu yang dilakukan merupakan tawasul, seolah-olah berbicara beserta arwah orang yang sedang dalam ziarahi, kurang lebihnya begini ;
Mbah, milo njenengan sampun mboten nedho sekul lan sarem, lan ben dinten njenengan nedhone dongo saking tiyang-tiyang muslim sak ndunyo, mongko kekuatan batinipun njenengan langkung kita. milo meniko, tulung bantu kulo kaliyan dungo, supados nopo kekarep kulo nggeser jawah niki, diijabahi marang Gusti Allah
(Mbah, karena anda telah nir makan nasi dan garam, dan tiap hari anda makan doa dari orang-orang muslim dalam seluruh mayapada, maka kekuatan batinmu lebih bertenaga. Karena itu. Tolong saya beserta doa, supaya apa yang saya inginkan menggeser hujan ini, dikabulkan oleh Gusti Allah).
Sepulang dari ziarah, kami ke rumah kerabat yang meminta tolong tadi dan meminta disiapkan sekepal nasi dan garam kasar, sambil dibacakan : Kun fayakun, ora dadi udan (nir jadi hujan), Allahu besar, Allahu besar, allahu besar.
Setelah dibacakan doa-doa diatas nasi dan garam kasar itu dibuang dalam atas genteng. Kata pawangnya, kalau rumahnya terdiri dari 2 bangunan atau lebih, maka wilayah yang dipilih merupakan atas genteng bagian tengah, dan niat yang bahasanya diciptakan sendiri. beserta tujuan, mohon diberi kemampuan oleh Tuhan supaya yang hujan semestinya turun, buat ad interim disingkirkan ke arah barat (sebut nama desa yang berjarak lima KM), begitu halnya buat Utara, timur dan selatan.
Menurut pawangnya juga, ketika melakukan ilmu pawang yang ini, semua orang dapat, nir muncul keharusan buat berpuasa. Kita cukup berpantang nir makan minum dalam rumah orang yang minta bantuan ini. jadinya pagi tadi meskipun kepingin ngopi jadi tertahan karena saya mengikuti prosesi pawangnya. Namun kalau ingin melakukan puasa menjadi bentuk kesungguhan dalam meminta kepada Allah swt, silahkan. Itung-itung latihan buat nrimo dalam membantu orang lain. sekian. wassalam