- Babad Tanah Jawa – Putra-putra Nabi Adam
- Prabu Watugunung Melamar Bidadari Suralaya
- Batara Wisnu Menebak Cangkriman Prabu Watugunung
- Wabah di Negeri Pajajaran
- Istri dan Putra Prabu Watugunung Masuk Surga
- Kisah Ki Ajar Cempaka
Perjalanan Sanghyang Narada dengan Batara Wisnu sudah sampai di Suralaya. Mereka lalu menghadap Batara Guru. Ketika sedang enak-enaknya berbincang-bincang, tidak lama kemudian Raden Srigati datang dan duduk di belakang ayahnya. Ketika Batara Guru melihat ada anak kecil yang tampan dan tiba-tiba duduk di belakang Batara Wisnu, lalu ia bertanya kepada Sanghyang Narada, siapakah anak itu.
Batara Narada terpaksa mengatakan kalau anak itu adalah anak Batara. Wisnu, dengan Putri Medang. Mendengar hal itu, Batara Guru sangat marah. la berdiri dan masuk ke dalam. Batara Narada mengikuti karena tahu, kalau Batara Guru sedang marah. Batara Guru lalu memerintahkan kepada Sanghyang Narada, untuk mengambil anak Batara Wisnu, hendak dibunuh, dijadikan jago tarung di surga. Serta Batara Wisnu disuruh segera menghadang musuh. Mendengar perintah demikian, Batara Wisnu menjawab, “Kalau putra hamba diminta untuk dibunuh, hamba tidak menghadapi musuh.
Sanghyang Narada lalu menyampaikan kepada Batara Guru, jawaban Batara Wisnu tadi. Tidak lama di luar geger. Terdengar teriakan, “Musuh tiba”. Batara Guru sangat takut serta gemeteran, lalu minta pertimbangan Sanghyang Narada. Kata Sanghyang Narada, “Mohon hendaknya keinginan untuk membunuh Srigati ditahan, agar Batara Wisnu mau maju perang. Kalau tidak, tentu ia tidak peduli rusaknya Suralaya”. Batara Gum menuruti saran Sanghyang Narada. Ia tidak jadi hendak membunuh Srigati. Kemudian Batara Wisnu disuruh menghadang musuh. Batara Wisnu dengan putranya menghadang Raja Gilingwesi.
baca juga:
9 Keris Pusaka Sakti Yang Melegenda di Indonesia
Bursa Keris Tosan Aji
Artikel Pengetahuan Tentang Ilmu Keris
Setelah berhadap-hadapan, Prabu Watugunung memberi tawaran-kepada Batara Wisnu, tidak usah perang. Kalau bisa menebak cangkrimanya, Sang Raja mengalah, suka rely dibunuh. Akan tetapi kalau tidal( bisa menebak, para dewa di Suralaya disuruh menyerah, menyerahkan bidadari-bidadari surga untuk dijadikan istri. Batara Wisnu marengi yang menjadi panuntun Ini.Prabu Watugunung lalu menyebutkan cangkrimanya, “Ana pohon adikih,adakah wohe, ada pohon adakah, adikih wohe.” Cangkriman ini dijawab oleh Batara Wisnu, pohon adikih adakah wohe adalah semangka. pohon adakah, woh adikih adalah beringin. “Prabu Watugunung tidak bisa berkata apa-, Lalu apa. Ia merasa terjawab dengan benar cangkrimanya. dipanah oleh Batara Wisnu, putus lehemya. Sernua praiurit is Gilingwesi lari tunggang langgang, bubar, kembali ke Gilingwesi.