Dahulu, sebelum mesin kapal ditemukan, manusia memakai perahu atau kapal layar buat mengarungi lautan, pulang berdasarkan satu pulau ke pulau lainnya atau mencari ikan. Pada masa itu, nelayan begitu tergantung kepada cuaca, terutama angin, meskipun kepada masa kini ketergantungan itu permanen timbul. Setelah perahu serta kapal-kapal diberi mesin, ketergantungan manusia kepada angin semakin berkurang. Kini, kemana pun angin berhembus, kapal bisa melaju memakai cepat, meskipun wajib berlawanan memakai arah angin. Apalagi setelah kompas ditemukan, manusia semakin praktis berlayar di lautan.
Kalau dulu manusia wajib menguasai paling tidak ilmu perbintangan sederhana buat mengetahui arah mata angin, terutama jikalau berlayar di malam hari, kini memakai bekal kompas, manusia memakai praktis mengetahui arah mata angin yang hendak ditujunya, meskipun ditengah laut lepas. Bahkan kepada malam hari serta dalam keadaan mendung tebal tanpa timbul petunjuk bintang sekalipun. Pertanyaannya, apakah kemajuan jaman di bidang pelayaran menjadi sebuah menandakan bahwa manusia telah bisa menundukkan laut yang penuh misteri itu?
Apakah kemajuan teknologi itu betul-betul memproduksi manusia merdeka berdasarkan ketergantungannya kepada cuaca, serta kepada akhirnya kepada Tuhan yang mengatur cuaca? Ternyata tidak! Meskipun mesin kapal ditemukan, kompas serta alat-alat teknologi canggih lainnya dipakai, manusia permanen saja tidak bisa menaklukan laut. Ambisi menaklukan alam, termasuk menaklukan laut hanya memproduksi manusia semakin kerdil, jikalau diumpamakan air laut, ilmu manusia hanyalah setes berdasarkan air laut itu jikalau dibandingkan ilmu Allah swt, yang maha luas.
Bagaimana mungkin manusia bisa menyombongkan diri dihadapan tuhannya? Ingat kisah tragis yang menimpa Titanic yang telah di filmkan. Kapal penumpang termegah serta tercanggih kepada zamannya itu, diklaim oleh pembuat serta pemiliknya sebagai kapal yang mustahil tenggelam. Hampir seluruh orang yang melihat kemegahan kapal itu mempercayainya. Tapi apa lacur, kapal yang menjdi simbol kesombongan manusia modern di lautan itu, akhirnya tenggelam ditengah samudera kepada tahun 1912, justru kepada pelayaran perdananya berdasarkan London ke Amerika.
Jika kapal secanggih serta semegah Titanic saja bisa tenggelam, apalagi kapal-kapal mungil yang hanya mempunyai p[eralatan seadanya. Kapan pun Allah swt bisa mengirimkan angin serta badai besar di tengah lautan jikalau Dia menghendakinya. Jika telah demikian, tidak timbul kesombongan yang bisa dibanggakan oleh manusia ditengah samudera luas. Yang timbul hanya ketakutan, serta manusia bersama kapalnya hanyalah seperti kapas yang dihempaskan, seperti sebuah kisah konkret yang dialami beberapa nelayan yang pernah diangkat ke dalam film berjudul Perfect Storm. Tragedi Titanic hanya satu saja berdasarkan sekian bukti kekerdilan manusia di hadapan Tuhan-Nya.
Titanic merupakan bukti kelemahan serta keterbatasan manusia dalam berhadapan memakai alam ciptaan Tuhan. Maka, secanggih apa pun teknologi yang dikembangkan manusia, setinggi apa pun ilmu yang dimilikinya, sehebat apa pun kendaraan yang dibuatnyatermasuk kapal laut serta pesawat udara permanen saja tidak bisa menolak takdir yang Allah swt gariskan. Akhirnya, hanya Allah swt sajalah yang betul-betul berkuasa atas laut, udara serta seluruh alam ciptaannya.
keris sakti
keris untuk dimaharkan
tentang dapur keris
tuah pamor keris