Dunia Keris – Cerita ini berawal dalam suatu malam, yakni, malam Senin, dalam daerah sekitaran danau ciluenca, Pangalengan, Bandung, Jawa barat. Capek dalam bepergian dari Rembang semenjak kemarinnya, kami bertiga hingga dalam Pangalengan sore kurang lebih jam 4 sore besoknya, kami memutuskan mencari penginapan sekedar buat melepas penat. Lagian kami pula masih belum pernah ke desa Sukamanah yg akan kami tuju. Kebetulan sekali sore itu cuaca sedang nir mendukung, hujan, meskpun rintik-rintik. Di tambah lagi hawanya daerah situ sangat dingin!
Mudah saja mencari penginapan dalam daerah danau ciluenca, dari bungalo hingga tempat tinggal yg dialih fungsikan sebagai penginapan.
Karena belum tahu sebelumnya, yg kami tuju pertama ialah penginapan yg nir mengecewakan represntatif. Melihat dari bangunan serta catnya saya rasa penginapan itu masih baru. Rupa-rupanya loka penginapan itu dalam khususkan buat rombongan melihat bilik-biliknya seperti barak tentara. Dan buat booking berdasarkan pegawainya, wajib satu ruang. Dan itu mahal buat kami yg hanya bertiga. Pendek kata, kami nir jadi menginap dalam penginapan tersebut. Kami memtuskan cari yg lainnya, yg lebih murah.
Ditengah kebingungan kami, muncul seseorang yg memperlihatkan mencarikan penginapan yg lebih murah dalam kami. Setelah melihat tempat tinggal yg dialih fungsikan sebagai penginapan tersebut, singkat cerita akhirnya kami sepakat harga. Yang absurd tempat tinggal sebegitu besarnya tarifnya hanya Rp 200 ribu buat 2 malam. Bersih memang Cuma pencahayaan saja yg minim.
Waktu berkiprah malam, jarum jam baru menandakan jam 9 malam, karena capek dalam bepergian yg memakan waktu seharian kami pun memutuskan beristirahat serta mengurungkan niat melihat danau ciluenca dalam suasana malam, lagi pula cuaca kurang mendukung. Hujan tiba-tiba deras.
Ada banyak kamar dalam tempat tinggal tersebut, terhitung yg lantai bawah muncul 3 serta muncul satu yg dalam loteng. Kami sudah merasakan gelagat yg kurang beres dalam tempat tinggal tersebut, mulai dari kamar mandi yg seperti muncul orang yg sedang menghidupkan kran air, suara derap langkah yg menaiki tangga, serta kadang-kadang seperti muncul orang yg sedang bergumam. Kami biarkan itu karena memang nir muncul pilihan lain, lagi pula apa iya hantu akan memakan manusia?
Semakin malam hujan semakin deras, aku menentukan kamar yg dalam depan, sedang 2 kawan saya tidur dalam kamar yg dekat bareng dapur. Karena aku sulit sekali tidur dalam ruangan yg teraang, lampu sengaja aku matikan, serta hanya mendapatkan penerangan pantulan cahaya lampu dari ruang tengah.
Malam itu, memang saya sulit sekali buat tidur, apalagi dalam loka yg baru. Lebih-lebih aku bisa merasakan kejanggalan-kejanggalan dalam tempat tinggal tersebut. Meski sudah lama merebahkan tubuh dalam atas kasur serta berselimut tebal, karena cuaca sangat-sangat dingin, tetapi mata ini tak kunjung terpejam. Aku hanya membolak-balikkan badan dalam atas ranjang. Dan anehnya, aku merasakan hal yg sangat aneh yg sebelumnya nir seaneh ini yg aku nikmati. Tiba-tiba saja, muncul rasa galau yg amat sangat. Entah dari mana datangnya?
Yang lebih aneh lagi, dalam dalam kamar udaranya bisa berganti-ganti. Kadang berubah dingin, tetapi sekejap kemudian berubah panas, gerah sejurus kemudian dingin lagi!
Andai suhu udara panas, ini nir mungkin. Daerah pangalengan terletak dalam pegunungan yg udaranya selalu dingin apalagi kalau turun hujan. Lantas, kenapa sesekali bisa berubah gerah? Meskipun saya merasakan muncul yan nir beres, tapi saya tetap berusaha buat tidur karena besok kami akan mencari alamat yg menjadi tujuan kami bertiga.
Karena sulit terpejam, tanpa sengaja saya melihat kearah pintu kamar yg sengaja saya buka sedikit. Betapa terkejutnya saya. Terlihat sosok bayangan yg semakin lama semakin kentara. Sesosok manusia yg tergantung dalam seutas tali, bareng raut wajah yg menyeramkan. Sorot matanya melotot padaku seolah tak senang bareng kehadiran kami.
Saya akui sebagai manusia meskipun sedikit mempunyai alat keenam yg pernah saya pelajari waktu umur belasan, tetap saja keringat bercucuran serta dihinggapi perasaan takut. Saat itu udara sangat dingin. Sebisa mungkin saya kuasai perasaan takut tersebut bareng melafalkan doa-doa yg saya tahu sambil terpejam serta kemudian mengalihkan pandangan ke tembok. Lalu saya berpikir buat menghindar dari sosok aneh itu. Dan jalan keluar satu-satunya ialah lewat pintu, yg dimana sosok aneh tersebut tergantung dalam seutas tali! Meskipun bermacam-macam rasa serta keringat dingin akhirnya saya memberanikan diri buat keluar. Beruntung dikala saya melihat kearah pintu lagi, sosok aneh yg seram itu telah lenyap.
Cepat-cepat aku keluar kamar menuju kamar 2 kawan saya. Langsung saja saya bercerita wacana insiden aneh tersebut, karena kebetulan mereka berdua pula belum tidur. Menedengar cerita saya wacana insiden tersebut, tiba-tiba ke 2 kawanku pun terkejut.
Mereka berdua menceritakan hal yg sebenarnya, berdasarkan cerita mereka berdua, sebetulnya muncul yg sangat aneh bareng tempat tinggal tersebut. Salah seorang kawan saya ketika akan ke kamar mandi malah melihat penampakan seorang wanita yg menggendong anaknya dalam tangga yg menuju loteng yg kebetulan letak tangga tersebut dekat kamar mandi. Buru-buru saja beliau kembali ke kamar. Dari kamar mereka, anehnya mereka berdua mendengar wanita misterius tersebut tertawa cekikikan. Namun, yg dalam waktu itu akaupun belum tidur sama sekali nir mendengar muncul suara orang tertawa tersebut. Padahal kamar kami hanya terpisah ruang tengag saja. Mustahil kalau saya nir mendengar kalaupun toh itu suara manusia betulan.
Besoknya, kami memutuskan nir tidur dalam tempat tinggal tersebut lagi serta menentukan menginap dalam tempat tinggal yg akan kami kunjungi meskipun berdesakan dalam nantinya. Untuk saya memang sudah beberapa kali mengalami insiden aneh seperti ini, tetapi bagi ke 2 kawanku insiden aneh tersebut ialah yg pertama kalinya. Atas insiden aneh tersebut menjadi petuah tersendiri bagi kami, setidaknya tahu jikalau dalam alam ini hidup kita berdampingan bareng sesuatu kaum yg nir kasat mata