Dunia Keris – Beberapa hari yang kemudian ada sahabat facebook saya komentar yang inti berasal komentar tadi perihal Nol/Kosong dalam perspektif saya pribadi. Padahal kadang yang akan terjadi berasal sebuah tulisan itu artinya ketidaktahuan itu sendiri. Maaf kang Banyu Agung jikalau perpektif ini jauh berasal kepuasan sampeyan. . Santai wae kene udute disulut sik J
Jawa itu basa-basi nir sakleg? Ada maupun yang pm di wasap malam tadi. Iya, faktanya demikian. Seperti halnya apa yang tertulis dalam buku buku jawa antik atau pesan para sesepuh dahulu bahwa Manunggaling Kawula- Gusti hanya akan dapat terwujud dalam manunggaling cipta, rasa & karsa. Demikian maupun manusia yang mulia absolut akan mengalami atau mendapati masa transisi dimana kebingungan hati & terbenturnya sebuah pikiran atau logika.
Jawa itu basa basi nir sakleg alasannya apa yang diajarkan para sesepuh dahulu seringkali hanya berupa bahasa sanepan, pasemon atau bahasa kiasan. Hal ini banyak sekali dijumpai dalam banyak pepatah Jawa yang kadang nir bisa dicerna bersama akal pikir.
Seperti sanepan kepada tajuk ini, Golekono Galihing Kangkung dalam arti harfiah ini berarti kita wajib mencari apa inti tengah tengah berasal sebuah pohon kangkung. Padahal seperti yang kita tahu bahwa pohon kangkung itu sendiri kepada waktu kita belah menjadi dua maka kita akan melihat bahwa sama sekali tiada tengahnya, yang ada artinya rongga kosong seperti bilah bambu yang kita belah menjadi dua.
Lantas apa makna ungkap ungkap para sesepuh diatas? Apakah para sesepuh telah gila ? alasannya kepada waktu kita tahu sama sekali nir ada isi ditengah-tengah btg kangkung itu sendiri? lantas apa maksudnya?Saya yakin pertanyaan-pertanyaan ini akan menelingkap logika berpikir kita.
Kalau sedikit kita nggraito atau renungkan lebih mendalam, Justru inti berasal sanepan diatas artinya ketiadaan itu tadi, seperti halnya Sidharta Gautama satu dari tokoh spiritual Budha mengatakan isi artinya kosong,kosong artinya isi bukan dalam arti beliau gila. Semua mengandung makna yang mendalam.
Keduanya mempunyai arti yang sama bahwa dibalik seluruh yang rupawan didunia ini hanyalah semu, nir ada yang pantas dibanggakan alasannya seluruh itu hanya titipan yang suatu waktu wajib kita wariskan kepada penerus kita.
Sedangkan dibalik seluruh yang nir terlihat justru itulah yang sangat diperhitungkan nantinya, seperti: amal ibadah kita, sedekah, rasa ketakwaan kita, & rasa rasa yang lain yang nanti kepada akhir global ini sangat diperhitungkan sang Tuhan dalam memilih betapa kita menjadi manusia yang mulia atau nir.
Bertelekan falsafah Jawa Golekono Galehing Kangkung bahwa seluruh itu berawal berasal kosong & akan menjadi kosong juga, begitu maupun manusia. Dulu kita nir pernah ada alasannya kita masih di alam Suwung kemudian kita dilahirkan akbar dewasa & meninggal kita akan balik ke alam Suwung itu sendiri.
Karena kepada waktu kita bertanya siapa Tuhan itu? Ya kita bisa jawab Tuhan artinya kekosongan itu sendiri, padahal dalam kekosongan itu Tuhan berkarya dalam membangun segalanya.
Semoga sedikit ulasan diatas dapat kita renungkan & dapat memberi sedikit pemikiran buat mencapai kesempurnaan akal & bathin kita. Saya yakin ada banyak kekurangan atas perspektif saya perihal kosong ini & jauh berasal kesempurnaan. Aika ada kesalahan maka saya mengharapkan supaya kerabat perkerisan bisa menyampaikan masukan kepada saya.
Aika betul apa yang tertulis itu seluruh alasannya semata mata dibukakan pikiran saya sang Gusti Allah, jikalau ada kesalahan seluruhnya milik saya sebagai manusia yg tiada pernah paripurna. Maturnuwun