Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Bagaimana kabar malam ini, baik toh? Semoga saja demikian adanya.
Cerita cerita tentang hantu terkadang cukup menjadi hiburan tersendiri ditengah sengkarut marutnya warta kepada media akhir akhir ini. Pernah dengar cerita tentang hantu banaspati kan? Baik, kalau jawabannya pernah. Nah, kalau hantu kemangmang pernah dengar pula?
Terlepas jawaban kerabat perkerisan pernah dengar cerita atau barangkali malah pernah melihat penampakannya, atau bahkan baru mendengar kali ini, tapi yang jelas saya terdapat satu cerita tentang hantu kemamang ini. Agar lebih gayeng, agak mojok sedikit bila perlu lampu kepada matikan agar nuansanya lebih terasa.
Dulu, kebiasaan kepada kampung tempat saya lahir, terdapat satu kebiasaan yang generik bagi anak anak yang sudah masuk SD tidurnya kepada langgar. Tahu langgar kan? Langgar merupakan sebutan buat musholla yang masih gunakan kayu, baik lantai maupun dindingnya. Di kampung saya lahir biasa kami menyebutnya langgar, sedangkan yang sudah berdinding tembok maupun lantai keramik kami menyebutnya musholla.
Ada satu kebiasaan yang menarik sebelum kami tidur, yakni cerita cerita tentang hantu. Nah, sang pencerita ini tidak serta merta mau bercerita begitu saja, harus terdapat upahnya. Mau tahu apa upahnya? Pijat. Lek Radimin begitulan kami memanggilnya, si pencerita ini. Selain bertani seperti halnya warga kampung yang lainnya, Lek Radimin ini pula kepada ketika ekspresi dominan penghujan terdapat pekerjaan sampingan, yakni mencari kodok buat kemudian kepada jual ke pengepul. Selain itu, kalau ekspresi dominan kering sampingan yang lainnya merupakan mencari ular, sama pula kepada jual ke pengepul.
Baca yang menarik lainnya, Dihantui Pocong Tanpa Kaki & Kepala
Dalam cerita Lek Radimin yang pernah ketemu bareng hantu Kemangmang ini, hantu jenis ini biasa menampakkan diri dalam wujud seekor katak raksasa, bareng tengkuk membawa api berkobar-kobar. Api inilah yang bisa membakar apa saja….
Berbeda bareng jenis jin hantu yang punya karakter & bentuk penampakkannya menyerupai fisik manusia, Kemangmang wujud penampakkan fisiknya tidaklah demikian, akan akan tetapi berupa sosok katak air dalam ukuran jumbo. Selain ukurannya ratusan kali lipat dari ukuran katak air atau Bangkong biasa yang hanya sekepalan tangan orang dewasa, kepada bagian antara koordinator bareng punggung, atau persisnya kepada sekitar tengkuk Kemangmang, akan timbul api yang berkobar-kobar.
Kata Lek Radimin, api kepada tengkuk Kemangmang ini bukan halusinasi ataupun hanya api fatamorgana, melainkan api yang sanggup membakar kayu-kayu kering. Ada kepada satu kesempatan ia & temannya pernah menjumpai hantu Kemangmang ini kepada hutan mangrove (bakau) kepada pesisir Tuban, & menadapai hantu Kemangmang ini membakar ranting kering bakau. Uniknya lagi, api kepada tengkuk Kemangmang ini tidak akan padam walau terkena air sekalipun. Tiap kali timbul ke permukaan air rawa, secara spontanitas api kepada tengkuknya akan berkobar-kobar.
Baca pula : Malam Menyeramkan kepada Penginapan
Sama seperti makhluk gaib kepada umumnya, jin berwujud katak raksasa ini tidak pernah berani timbul kepada siang hari. Kemangmang hanya melakukan penampakkan kepada malam hari, khusus kepada sekitar areal rawa yang jauh dari pemukiman. Dan rawa rawa tempat penampakan hantu Kemangmang ini biasa kami menyebutnya Lambau, sekitar 10 km dari pusat kota Tuban. Dan kepada Lambau itu pula terdapat satu pompa air buat PDAM. Tapi itu dulu ya, entah kalau kini, karena tak jauh dari Lambau ini kini berdiri komplek perumdin Semen Gresik, Tuban.
Karena keganasannya yang bisa jadi bisa membinasakan manusia dampak kobaran apinya, tak heran keberadaan Kemangmang menjadi momok kepada kalangan petugas PDAM & tentu saja para pencari katak. Karena rawa Lambau sudah menjadi rahasia generik banyak kataknya, termasuk pula hantu Kemangmang ini. Bisa dipastikan kalau sedang hantu Kemangmang sedang berbaik hati tidak nampak, para pencari katak akan mendapatkan output tangkapan yang banyak kepada kepisnya.
Para pencari katak inilah, yang salah satunya Lek Radimin yang kerap menyaksikan kenyataan penampakkan Kemangmang, bareng api kepada tengkuknya yang berkobar-kobar. Dalam suasana gelap, mereka kerap kali dikejutkan oleh munculnya kobaran api kepada tengah-tengah rawa yang tergenang air dalam radius puluhan hektare. Api ajaib ini berkobar-kobar sesaat kepada permukaan air kemudian hilang. Tidak berapa lama, kobaran itupun timbul lagi kepada tempat yang tidak sama. Fenomena mistik ini terus-menerus berlangsung selama beberapa belas menit.
Apa yang diburu Kemangmang dalam kemunculannya kepada tengah rawa, sampai hari ini belum terdapat jawaban yang niscaya. Sebab jenis masakan apa yang disukainyapun masih misterius. Hantu Kemangmang ini konon hanya timbul & bermain-main bareng kobaran apinya kepada permukaan rawa. Tapi, sesekali makhluk halus ini menebar malapataka bagi manusia.
Masih dalam cerita Lek Radimin, sebelum areal rawa diubah menjadi petakan tambak bandeng & tambak udang, warga yang mukim kepada sekitar pantai utara Tuban sudah cukup akrab bareng penampakkan hantu Kemangmang. Bahkan, sampai ketika inipun disebutkan hantu dalam wujud katak raksasa bareng tengkuk menyala-nyala itu masih timbul sewaktu-waktu, terutama kepada lokasi yang jauh dari pemukiman penduduk.
Uniknya lagi, keberadaan kemangmang, kepada satu sisi kerap ditunggu, karena sebagai isyarah atau petunjuk kemakmuran pangan kepada desa setempat. Namun disisi lain, tidak terdapat seorang pun yang berharap akan bertemu dengannya, karena jikalau apes, bukan hanya cidera. Bahkan nyawapun jadi taruhannya. Nah berikut ini cerita Lek Radimin yang masih saya ingat.
Malam itu kepada kawasan rawa Lambau masih gerimis residu hujan menjelang mahgrib. Lek Radimin & & temannya sebut saja Warsito (saya lupa namanya) sepakat buat istirahat kepada dekat tempat tinggal pompa PDAM tak jauh dari rawa tadi, sebelum memulai perburuannya. Sayangnya hujan malam itu bukan reda malah semakin deras.
Tanpa mengenal jam & waktu, dua teman karib seprofesi itupun duduk ndempis kepada emperan tempat tinggal pompa air yang basah oleh hujan. Untuk mengisi malam & menunggu hujan reda, Lek Radimin paling banyak bicara. Dia bareng bangganya menceritakan setumpuk pengalaman sepanjang kariernya sebagai pencari katak.
Baca pula yang ini : Tersesat kepada Kampung Jin Alas Ketonggo
Selain pengalaman manis & pengalaman getir dalam hal ekonomi, sebagian kepada antaranya berkaitan bareng pengalaman mistis yang sangat mencekam. Selama puluhan tahun berprofesi sebagai pencari katak dari areal sawah maupun dari rawa yang satu ke rawa yang lainnya, sudah tidak terhitung ia menemukan pengalaman mistis.
Menurut Lek Radimin, terdapat beberapa jenis makhluk halus yang biasa bermukim kepada sekitar rawa. Namun dari sekian jenis makhluk halus penghuni rawa, Kemangmang-lah yang paling ganas & berbahaya. Di ketika menjelaskan sepak terjang Kemangmang yang mengerikan & berbahaya itu, kepada kejauhan tiba-tiba terdengar suara anjing dalam jumlah banyak. Bukan hanya menyalak & mengeram, bahkan terdapat pula yang melolong panjang seakan tengah mengundang makhluk halus agar datang kepada tempat itu.
Saat itulah, sekitar seratus meter kepada depan tempat tinggal pompa air tepatnya kepada tengah genangan air rawa, tiba-tiba terlihat api berkobar. Kobaran api itu timbul sesaat, kemudian pergi menghilang.
"Masya Allah, kita bakal celaka, To!" Pekik Lek Min, risau. Wajahnya yang seluruh ceria mendadak berubah tegang.
"Celaka? Apa maksud Lek Min?" Warsito terbengong.
"Barusan kau melihat kobaran api kepada tengah air rawa kan?" Lek Radimin balik bertanya.
"Ya, saya melihatnya. Memangnya itu api apaan sih, Lek?"
Tubuh Lek Radimin bergetar hebat. Bibirnyapun bergetar. Begitu pun suara yang keluar dari celah bibirnya bergetar & terbata-bata, "I…i…itulah…itulah yang barusan saya ceritakan. Itu…itu api kemangmang, To!" Urai Lek Radimin.
Jantung Warsito nyaris saja copot setelah mendengar klarifikasi Lek Radimin. Ternyata Kemangmang itu wujudnya kobaran api yang tidak padam terkena air.
Lalu Lek Radimin membenamkan rokoknya ke dalam lantai emper tempat tinggal pompa yang lembab, sekaligus meminta Warsito buat mematikan rokoknya. Konon, Kemangmang sangat sensitif terhadap cahaya walau sekecil apapun. Diceritakan, jikalau sudah melihat cahaya, makhluk itu eksklusif mengejar ke sumber cahaya tadi.
Tanpa diminta dua kali, Warsito kontan melumatkan bara rokoknya ke atas lantai sampai padam seketika.Tidak berapa lama pula, kobaran api aneh itu timbul kepada permukaan air rawa, bahkan hanya berjarak beberapa meter kepada depan tempat tinggal pompa tadi. Rupanya makhluk itu sudah melihat cahaya rokok dalam radius ratusan meter tadi.
Baik Warsito maupun Lek Radimin eksklusif memanjatkan doa sebisanya kepada Tuhan supaya makhluk itu tidak menyerang. Tapi, belum selesai memanjatkan doa-doanya, kobaran api berikut sosok katak sebesar kambing gibas secara cepat melompat dari dalam air & menerjang ke arah Lek Radimin & Warsito.
Baca pula : Menguak Mitos Uhang Pandak Bukit 12 Jambi
Menyadri datangnya bahaya, Lek Radimin menyeret lengan Warsito sekaligus menerobos ke samping tempat tinggal pompa. Baru saja keduanya bergulingan kepada atas tanah becek, Kemangmang sudah menerjang ke tempat berasal mereka duduk.
Untungnya tempat tinggal pompa tadi dari tembok, jikalau tidak bisa jadi akan terbakar. Mendapati dua orang yang akan kepada terjangnya telah lari, kemudia hantu Kemangmang ini melesat ke arah keduanya yang sempat terguling guling barusan.
Sekuat tenaga, baik Lek Radimin maupun Warsito mempercepat larinya. Hanya mengandalkan feeling akan jalan yang gelap & tanpa cahaya sama sekali itu keduanya lari pontang-panting kepada antara rumpun pandan. Setelah jatuh puluhan kali, baru keduanya menarik nafas lega. Keduanya bersyukur karena tidak sampai dibakar oleh Kemangmang.
Keesokan paginya, barulah keduanya mendatangi tempatnya kejadian semalam. Ternyata, kepada emperan tempat tinggal pompa mereka mendapati kepisnya (semacam anyaman bambu tempat katak tangkapan) yang tersisa hanyalah puing-puing hitam residu kepis yang terbakar.
Demikianlah sekilas cerita mengenai keganasan Kemangmang. Hantu jenis ini, kepada tempat lain bisa jadi pula terdapat. Hanya, namanya yang niscaya tidak sama. Akhir tutur, semoga menjadi bacaan yang menyenangkan bagi panjenengan sekalian. Nuwun.