Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Hati-hati dalam berujar, lantaran dia ibarat belati bermata 2. Satu sisi bisa menyejukkan hati, sisi yang lain bahkan bisa membakar hati. Demikian nasehat orang-orang tua terdahalu.
Ya, istilah-istilah atau aksara tidak pernah punah. Aksara tak mengenal kshara atau kepunahan. Setiap istilah yang kadung terucap oleh kita tidak akan bisa kita tarik balik . Bahkan bisa jadi suatu waktu akan balik menghampiri kita. Menagih janji. Maka tak mengherankan andai istilah kemudian orang tua kita sellau berpesan supaya selalu berhati-hati dalam memakai istilah-istilah. Fitnah yang kita lontarkan akan balik kepada kita. Kebohongan yang kita berikan merata akan balik kanan, balik kepada kita.
Drona serta Drupada artinya karib semasa kanak-kanaknya, mereka teman sebangku kepada satu perguruan serta melewati suka murung memakai, layaknya saudara sekandung. Entah sekadar becanda atau sungguhan, Drupada kepada suatu waktu pernah berkata kepada Drona bahwa bila dia sebagai raja, kerajaannya akan dibagi 2, buat dirinya serta Drona. Tapi namanya omongan bocah, janjinya anak-anak. Tapi siapa sangka, lantaran janji semasa kanak-kanak tersebutlah yang kemudian memicu perang besar, Bharatayuda.
Hingga dikemudian hari Drupada akhirnya sebagai raja di Panchala. Berbanding terbalik memakai Drona yang hidupnya terlunta-lunta. Sekadar buat mencukupi susu anak semata wayangnya, Aswatama saja dia tidak mampu mengabulkannya. Sehingga istri Drona menanak nasi serta merogoh airnya (baca tajin) serta berkata itu air susu kepada Aswatama yang kegirangan berteriak kepada teman-temannya bahwa beliau minum susu. Miris!
Mendengar Drupada sebagai raja di Panchala, Drona mengunjunginya sebagai sahabat serta minta diberikan seekor sapi betina, supaya susunya bisa diperah buat kebutuhan susu anaknya. Drupada memakai kebesaran seseorang raja menolak, beliau akan menyampaikan sapi sebagai anugrah raja kepada orang miskin, tapi bukan sebagai seseorang sahabat yang membantu sahabat yang lain. Drupada merasa bukan sahabat Drona. Kata-istilah, aksara atau akshara-tidak pernah punah. la tidak mengenal kshara atau kepunahan. Ucapan Drupada bagai sayatan sembilu, berakibat luka yang mendalam kepada Drona.
Drona yang berkecimpung pergi asal balairung Panchala memakai membawa kehinaan. Sakit hati. Drona mengutuk serta berjanji kepada diri sendiri suatu waktu akan datang lagi memakai murid-muridnya buat menagih janji Drupada kepada masa kanan-kanak itu. Drona yang sakit hati yang mendalam akhirnya bertemu memakai parasurama yang dalam perjalanan akhir ke Himalaya. Harta-benda Parasurama sudah diserahkan seluruhnya tak tersisa ke para brahmana yang bertemu dengannnya serta kepada Drona beliau berkenan mengajari ilmu kanuragan serta peperangan. Nasib baik mulai mendatangi Drona sehingga beliau sebagai Puru di kerajaan Hastina, mengajar Pandawa serta Kurawa.
Sebagai Puru Daksina (persembahan murid kepada Puru yang sudah menyampaikan ilmunya), Drona minta murid-muridnya menundukkan Raja Drupada. Dendam Drona terbalaskan, Pandawa dapat menundukkan kerajaan Panchala serta Arjuna membawa Drupada ke hadapan Drona. Drona minta separuh kerajaan yang kemudian diberikan kepada Aswatama, mirip janjinya waktu itu. Sekaligus Drona meminta kepada Drupada supaya menganggap Aswatama sebagai anaknya maupun, lantaran waktu itu Drupada tidak mempunyai anak laki-laki.
Ucapan atau aksara tidak pernah punah. Setiap istilah yang kadung terucap oleh kita akan balik ke kita. Drupada yang sekarang sakit hati serta mendendam terhadap tindakan Drona yang mempermalukannya, bahkan menyebutnya tidak punya anak laki-laki. Drupada sadar, dia hanya mempunyai anak wandu (waria) Srikandi.
Dendam terhadap tindakan Drona yang mempermalukannya, kemudian Drupada mblayang (berjalan tak tentu arah) sampai akhirnya bertemu memakai Yodya serta Upayodya yang kemudian menganjurkannya buat melakukan upacara persembahan Agnihotra (upacara buat memperoleh putra didasarkan memakai yang dikehendakinya). Drupadana ingin mempunyai putra setangguh Arjuna serta saudara-saudaranya sehingga dapat membalaskan dendam kepada Drona.
Sebagai hasil asal upacara persembahan Agnihotra yang dia lakukan memakai sungguh-sungguh ini, akhirnya Drupada memperoleh 2 anak, laki-laki serta perempuan, yakni yang putra bernama Dhrishtadyumna serta putri Draupadi. Drupada tidak pernah mengira bahwa justru Draupadi akan lahir sebagai putri tegas serta bijaksana yang mempunyai peran besar dalam menegakkan dharma. Setelah Draupadi bertemu Krishna, hayati Draupadi berubah serta beliau sangat patuh terhadap nasehat Krishna.
Kebenaran tidak selalu menyenangkan sebagaimana kita mengartikan istilah kesenangan. Ia artinya ketepatan. Kebenaran artinya sesuatu yang memuliakan. Bahwa sesuatu yang menyenangkan tidak selalu memuliakan. Tapi, sesuatu yang memuliakan sudah barang tentu akan menyenangkan, walau di awalnya tidak terasa demikian. Biasanya, sesuatu yang menyenangkan kepada awalnya memang terasa cantik, tetapi akhirnya terasa getir. Sebaliknya, sesuatu yang memuliakan, awalnya bisa jadi terasa getir, akhirnya cantik di kemudian.
Saya jadi kelingan (teringat) ungkapan kolega aku waktu nonton wayang di gedung Dwi Abad (alun-alun kidul Yogya) beberapa waktu yang lalu. Ia berkata bahwa perang Bharatayuda pasti serta wajib terjadi, lantaran perang besar ini artinya wahana buat mengalahkan adharma serta menegakkan dharma di jaman itu. Jila perang Bharatayuda artinya sebuah kepastian, maka selalu akan terdapat yang sebagai pihak betul serta selalu terdapat yang sebagai pihak yang galat. Tanpa adanya kedua pihak yang antagonis tadi, perang tidak akan terjadi. Nah, bila takdirnya demikian, apakah sebagai pihak yang galat sudah skenario alam?
Dalam pandangan aku secara pribadi, memang akan selalu terdapat pihak yang galat serta pihak yang betul, persoalannya artinya bukan takdir seseorang sebagai galat atau betul, masalah pokok artinya pilihan setiap orang, apakah beliau akan memilih pihak yang galat atau memilih pihak yang betul.
Karna memahami bahwa Duryudana serta Sengkunii dursila, akan tetapi lantaran memilih membalas budi kebaikan Duryudana yang sudah memberinya kehormatan duniawi, maka beliau pilih memihak Kaurawa. Ini artinya sebuah pilihan. Bisa saja Karna memilih pihak Pandawa. Menjadi yang betul atau yang galat artinya pilihan kita memakai resiko masing-masing.
Saat Karna curhat kepada Krishna mengenai subordinat yang dialaminya sebagai putra sais kereta, Krishna menjawab, Berjuanglah buat memperoleh kehormatan akan tetapi jangan melawan kebenaran. Gunung (kesalahan) yang sangat besar pun tidak akan mampu menahan genre sungai (kebenaran) yang dalam perjalanan menuju samudra! Karna lupa akan nasehat Krishna serta berpihak kepada pihak yang galat.
Dalam kisah Mahabharata setiap orang selalu mempunyai pilihan yang akan membawanya ke jalan kebenaran atau sebaliknya. Adalah Draupadi yang bisa menghormati Srikandi yang bangga sebagai panglima perang kerajaan Panchala, serta dapat merasakan kekecewaan Srikandi waktu raja Drupada mengarah Dhrishtadyumna sebagai panglima perang menggantikan Srikandi memakai alasan Dhrishtadyumna artinya seseorang laki-laki. Bagi Draupadi sebagai wanita atau waria tidak mengurangi sifat kedharmaan.
Saat Draupadi protes kepada ayahandanya atas perlakuannya terhadap Srikandi, Draupadi bahkan sampai diusir ke luar istana. Hanya kepada waktu Sri Krishna akan membunuh Drupada yang sudah tak berdaya, Draupadi membela memakai melindungi ayahandanya serta rela mangkat demi ayahandanya. Krishna tersenyum serta menarik senjata gadanya. Kata-istilah Krishna kemudian membarui kehidupan dirinya.
Sri Krishna berkata, Aku tidak akan membunuhmu, buat menegakkan dharma aku butuh kau serta Arjuna! selesainya bencana tadi Drupada sadar serta sebagai raja serta orang tua yang baik. Selama ini anak-anaknya yang mempunyai kepribadian sendiri tidak dihormatinya, bagi Drupada anak-anaknya artinya indera buat membalaskan dendam pribadinya kepada Drona. Melihat ayahandanya yang dapat disadarkan Krishna, Draupadi semakin yakin kepada kebijakan Krishna serta patuh terhadap seluruh nasehatnya.
Draupadi bersedia melakukan peran yang penuh cobaan serta hinaan yang tak tertahankan bagi orang biasa. Menjadi indera Krishna seseorang akan merasakan kebahagiaan sejati dalam dirinya walaupun bagi orang awam mungkin nampak poly menderita.
Draupadi yakin kepada Krishna, sehingga beliau bisa sebagai indera Krishna yang merancang skenario penegakan kebenaran. Pada waktu svayamvara memperebutkan dirinya, Draupadi diberitahu Krishna hanya terdapat 2 ksatria yang bisa lolos svayamvara yaitu Karna serta Arjuna. Jila Draupadi tidak mau sebagai istri Karna, beliau bisa menolaknya. Kala Karna mau maju sedangkan Arjuna belum nampak, Draupadi memilih tindakan menolak memakai alasan Karna artinya putra seseorang Sais Kereta.
Karna sangat marah, demikian juga para Kaurawa yang tadinya berharap Karna dapat mewakili Duryudana memperoleh Draupadi. Sebelumnya Shakuni meminta Karna ikut svayamvara mewakili Duryudana, bila Draupadi sebagai istri Duryudana, kerajaan Hastina akan semakin bertenaga. Kata-istilah Draupadi menempatkan kerajaan Panchala sebagai musuh Hastina. Apalagi selesainya para Kaurawa memahami bahwa brahmana pemenang svayamvara artinya Arjuna asal Pandawa.
Arjuna serta saudara-saudaranya membawa Draupadi ke loka Kunti yang sedang melakukan puja memakai mata tertutup. Kala Arjuna membicarakan bahwa beliau memperoleh pemberian , tanpa membuka mata, Kunti memberi perintah supaya hadiahnya dibagi lima.
Apa pun yang diperoleh Arjuna wajib dibagi rata memakai saudaranya. Saat Kunti membuka mata, beliau kaget ternyata yang dimaksud pemberian artinya Putri Draupadi yang nampak sedang menangis terisak-isak mendengar istilah-katanya. Yudistira menyalahkan ibunya mengapa memberi perintah sebelum betul-betul memahami duduk perkaranya. Kunti ingin membatalkan perintahnya, namun didasarkan memakai tata cara zaman itu, istilah-istilah yang diucapkan wajib ditepati atau akan terdapat hasil asal istilah-istilah tadi di kemudian hari.
Solusinya artinya keempat bersaudara akan sebagai pertapa sungguhan yang tidak kawin, sehingga istilah-istilah Kunti tidak bisa dilaksanakan. Arjuna menyarankan Draupadi kawin memakai Yudistira serta beliau serta saudara-saudaranya yang lain akan sebagai pertapa sungguhan. Draupadi tidak putusan bulat, lantaran beliau sudah menolak Karna mengikuti svayamvara mewakili Duryudana. Drupadi kepada akhirnya bahkan mau mempunyai suami lima bersaudara. Drupada yang datang pribadi marah serta membawa Draupadi balik ke istana.
Mpu Vyaasa, sang penulis Mahabharata datang serta menasehati Kunti bahwa Yudistira tidak bisa membujang selamanya. Jila Yudistira tidak kawin, maka beliau tidak akan bisa sebagai raja Hastina, serta Hastina akan diperintah oleh raja Duryudana yang berpihak kepada adharma. Mpu Vyaasa mengingatkan, Kunti mengajak Pandawa pergi asal istana hanya buat menyelamatkan diri mereka sendiri tanpa memikirkan kepentingan rakyat poly.
Sewaktu Pandawa datang ke istana lagi serta Drupada bertambah marah serta akan menyerang mereka, Krishna datang serta mengingatkan istilah-istilah Drupada di depan barah agnihotra yang tidak senang memakai kelahiran anak perempuan. Drupada berkata bahwa bila lahir anak perempuan biarlah putrinya selalu mengalami penderitaan. Drupada sadar serta meratapi istilah-istilah yang pernah diucapkannya di depan barah kudus.
Krishna kemudian menemui Draupadi serta mengujinya, mengapa beliau mau menikahi Pandawa? Draupadi menjawab, kalau menuruti dirinya pribadi maka beliau hanya mau kawin memakai Arjuna. Akan tetapi bila Yudistira membujang selamanya, Kerajaan Hastina akan diperintah oleh Duryudana yang dursila sehingga dunia akan menderita.
Krishna tersenyum, Menikahi lima bersaudara artinya tindakan adharma, akan tetapi untukmu ini bukan adharma, lantaran engkau memikirkan kebahagiaan poly orang! Kau lahir lewat barah pemujaan, barah akan selalu menyucikanmu serta waktu engkau dalam kesulitan panggillah Aku, Aku akan menolongmu!
Mpu Vyaasa minta Pandawa bersumpah bahwa Draupadi selama setahun penuh akanmenjadi istri Yudistira, tahun berikutnya istri Bhima serta seterusnya istri adik-adiknya. Setiap akhir tahun Pandawa serta Draupadi akan bersemedi mensucikan diri.
Masih poly cobaan yang akan dialami oleh Draupadi, bahkan beliau dipermalukan di depan sidang di Istana Hastina, kala Dursasana melepas kain sarinya. Pada waktu kritis tadi Draupadi minta pertolongan Krishna serta beliau terselamatkan.
Di akhir perang Bharatayuda waktu pasukan Pandawa tidur kelelahan di malam hari selesainya memenangkan peperangan, Ashvattama masuk ke tenda putra-putra Pandawa, serta seluruh putra Draupadi dibunuh olehnya. Dhrishtadyumna yang tidur di tenda tadi maupun dibunuh oleh Aswatama yang dendam lantaran Drona, ayahandanya dibunuh pihak Pandawa memakai cara memperdayainya.
Draupadi sangat murung, akan tetapi jangan lupa bahwa walaupun beliau hayati menjalankan dharma, akan tetapi aturan karena-hasil di dunia tetap berlaku. Ayahandanya, Drupada mangkat di hari ke 15 perang Bharatayuda oleh panah Drona. Kemudian di hari yang sama Drona diperdaya Pandawa. Bhima membunuh gajah bernama Aswatama serta seluruh pasukan Pandawa berteriak Aswatama mangkat. Drona mendatangi Yudistira serta bertanya apakah betul Ashwatama mangkat?
Dan Yudistira mengiakan bahwa (Gajah, memakai suara sangat pelan) Aswatama mangkat. Drona kemudian limbung serta melakukan meditasi serta Dhrishtadyumna datang membunuh Drona. Kini, Dhrishtadyumna serta anak-anaknya sudah mangkat seluruh dibunuh anak Drona.
Kembali Draupadi jangan lupa Krishna serta beliau akan tunduk kepada Krishna. Ketika Draupadi menyaksikan Aswatama tidak dibunuh Arjuna melainkan diusir asal Hastina, Draupadi menerima memakai tenang. Hidup bukan buat balas-membalas dendam yang tak terdapat habisnya. Nuwun.