Apakah Dunia ini Adil?
Kebahagian serta kesedihan telah menjadi pembahasan poly orang beribu-ribu tahun lamanya serta kita muncul|||||||| mendiskusikannya seakan-akan kebahagian serta kesedihan artinya hal yang baru dalam hayati ini. |||||||| Saya rasa duka serta suka bukanlah sebuah kesetimbangan, melainkan cuma persoalan cara pandang. Segala |||||||| permasalahan bisa direspon bersama berbagai mimik. Contoh saja misalkan kematian, kematian identik |||||||| bersama kesedihan, tetapi hampir seluruh orang lupa |||||||| bahwa kematian pun bisa menjadi sebuah kebahagiaan andai saja kita melihat menurut sudut pandang orang yang meninggalkan..
Tetapi andai saja konsepnya ||||||||dirubah menjadi antara musibah serta kenikmatan, |||||||| saya agak putusan bulat, agak artinya nir sepenuhnya putusan bulat. Karena |||||||| mayapada ini mau bagaimanapun nir bakal adil seadil-adilnya. Ini bukan berarti Tuhan nir adil, justru itu Tuhan adil, |||||||| maka menurut itu ada akherat. |||||||| Jika perspektif kita dirubah menurut mayapada menjadi mayapada akherat, maka |||||||| saya rasa seluruh akan terlihat adil. ||||||||Tetapi lagi-lagi saya masih percaya ini bukan soal kebahagian serta kesedihan, ini mengenai musibah serta |||||||| kenikmatan. Namun seluruh menjadi tidak wajar dikala sudut pandang|||||||| kita pun semakin luas.
Contohnya dikala kita diberikan sakit, |||||||| manusia andai saja sakit, umumnya akan duka, mungkin kebanyakan orang|||||||| pun begitu, tetapi di pemikiran orang-prang bijak, |||||||| sakit diklaim sebagai nikmat yang mengingatkan pada betapa cintanya Tuhan pada hamba-Nya serta bagaimana bergugurannya dosa-dosa atas sakit |||||||| itu, sebagai akibatnya dikala sakit, |||||||| mnusia ini berusaha bersabar, para orang-orang |||||||| bijak malah berusaha bersyukur. Bukankah ini kasus sudut pandang?
Kita nir perlu membandingkan hayati kita bersama|||||||| milik orang lain. Kita nir perlu berharap|||||||| menjadi orang lain. Kita nir perlu menunjukan apapun kepada orang lain hanya agar terlihat hebat. Kita nir perlu berandai-andai |||||||| ini serta itu. Kita nir perlu berharap balik ke masa lalu serta mengulang pilihan. |||||||| Berhentilah memakai berukuran kebahagiaan orang lain. |||||||| Hiduplah menjadi diri kita sendiri. Berjuanglah |||||||| pada hayati sendiri. Perbaiki lah diri sendiri. |||||||| Sebab kita artinya kita bukan orang lain. Maka, bersyukur serta|||||||| bersabarlah. AKARASA