Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Orang Jawa sering mengaitkan suatu peristiwa atau peristiwa dengan peristiwa lain di suatu waktu dan tempat. Suatu peristiwa diolah, diotak-atik, kemudian disambungkan sebagai seakan berkaitan dengan peristiwa dimasa lalu.
Ilmu otak atik gathuk ini nir hanya melahirkan sejarah baru yang mungkin saja keakuratannya masih harus diuji, tetapi pula menghadirkan keunikan tersendiri. Kata-kata dalam bahasa Jawa misalnya, dapat sebagai sebuah tuladha dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Ilmu otak atik gathuk bagi orang Jawa nir hanya sekedar ilmu ngawur, akan tetapi merupakan sanepo yang dapat sebagai pengingat / pangeling-eling terhadap sesuatu yang dikaitkan dengan hubungan insan dengan insan dan hubungan insan dengan Tuhan. Dengan demikian ilmu otak atik gathuk telah mendapatkan tempat tinggi di masyarakat, terlepas benar atau tidaknya sesuatu yang diotak atik tersebut.
Berikut beberapa kata di dalam bahasa Jawa yang di otak atik sehingga membuat ke-gathuk-an dan ke-matuk-an:
Dalam bahasa Jawa, hari dikenal sebagai sebagai "dino" dan jumlahnya ada tujuh, atau "pitu" dalam bahasa Jawa. Ada tujuh nama hari yang memiliki makna sebagai pitutur (nasehat, petuah, ajaran yang baik), pituduh (bimbingan), pitulungan (pertolongan) dan pitungkas (pesan).
Adapun ke tujuh nama hari mirip kita ketahui bersama merupakan:
SENEN : ojo boSEN marang uNEN-unen (jangan bosan terhadap petuah yang baik, yang dapat membimbing insan dalam menjalani kehiupan).
SELOSO : SELaknO ngamal marang SOpo (bila Anda ingin beramal, usahakan jangan pilih-pilih, jangan melihat siapa dulu insan yang mau dibantu).
REBO : keREpo sinau ben ora BOdho (sering-seringlah belajar, menuntut ilmu setinggi-tingginya, supaya nir sebagai insan yang bodoh).
KEMIS : luwih becik mingKEM tinimbang lamIS (lebih baik diam daripada berucap yang nir benar, jangan banyak bicara kepada insan lain, terutama jangan suka membicarakan tetangga).
JUMAT : JUMbuhno lelakon karo kekarepan / niAT (bila memiliki niat atau cita-cita harus selalu berupaya supaya tercapai dan terlaksana).
SAPTU : inSAP-po marang barang seng wes keweTU (sadarlah terhadap hal-hal yang nir benar, sebab seberuntungnya insan gila atau galat, akan masih lebih beruntung insan yang sadar dan selalu waspada).
MINGGU : MINGGirno barang seng olo, lakonono barang seng rahayU (singkirkan semua sikap yang buruk / jelek, dan berperilakulah yang baik saja). Dalam perjalanan sesama insan, nir ada insan yang sama. Bukan hanya wajah, tetapi pula kepandaian, sikap dan sikap. Mulai yang paling bodoh hingga paling pandai. Dari yang paling menyenangkan hingga yang paling menyebalkan.
Inilah model ilmu otak atik gathuk yang secara nalar merupakan ngawur, tetapi secara kengawuran akan muncul sebuah nalar. Bisa jadi kisanak beranggapan bahwa ini hanya sekedar dipersiskan atau dipaksakan, othak-athik gatuk, dipaksakan untuk sama dengan nama hari.
Dari sini sudah terlihat bahwa ilmu otak atik gathuk memang sangat vital bagi masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Ilmu otak atik gathuk sebagai sebuah keharusan yang sangat dibutuhkan di masyarakat. Setiap ada peristiwa penting mirip gunung meletus atau gempa bumi, selalu dikaitkan dengan peristiwa lain.
Ramalan kitab Jawa Jayabaya contohnya, merupakan liputan unik di masyarakat. Percaya atau nir itu merupakan sebuah pilihan yang bebas. Tetapi jangan sekali kali menyepelekan ilmu otak atik gathuk.
Ilmuwan prominen sekelas Einstein atau Thomas Alfa Edison pula Pasteur dahulu niscaya pula mengotak atik hingga menghadirkan ke-gathuk-an. Meski memang mereka nir serta merta ngawur dalam berfikir tetapi memakai nalar. Sekali lagi ilmu otak atik gathuk secara nalar merupakan ngawur, tetapi dalam perjalanan ngawurnya itu akan muncul sebuah nalar. Nuwun.