Dunia Keris Selamat tiba kerabat perkerisan. Bagi sampeyan yang gemar nonton wayang pasti sudah akrab dengan tokoh satu ini, Buto Cakil. Tokoh satu ini hampir selalu ada dalam setiap lakon apapun. Buto Cakil atau Gendir Penjalin ini digambarkan berwujud raksasa dengan gigi mrongos. Meski demikian tokoh ini hanya ada di Jawa, tidak terdapat dalam kisah Mahabharata dari India. Sebagaimana umumnya buto, Cakil mewakili personifikasi orang jahat dalam tatanan warga Jawa. Buto Cakil ialah pemimpin bagi kaumnya, seperti juga tokoh-tokoh wayang lain yang tampil dalam cerita wayang, ialah personifikasi para pemimpin, tidak ada rakyat biasa.
Meski dari bangsa raksasa, Buto Cakil ini tidaklah garang selayaknya bangsa raksasa lainnya, justru malah suka guyon dan pandai bersenang-suka. Buto Cakil tidak garang ganas pemarah layaknya raksasa, justru suka bercanda dan pandai bersenang-suka. Buto Cakil ialah seorang pengeyel sejati, pantang menuruti perkataan orang lain. Kukuh dengan pendapat sendiri, bahkan kalau perlu akan ia pertahankan sampai mati. Itulah makanya dalam pertarungan dengan ksatria, tidak ada ceritanya Buto Cakil menyerah atau lari.
Dia tinggal di hutan perbatasan, mengabdi pada kerajaan raksasa otoriter masa lalu, berbatasan dengan kerajaan yang dipimpin para ksatria baru, generasi yang lebih muda. Mental Buto Cakil sebenarnya bukan petarung andal, tidak berani cari perkara dengan raksasa lain, atau ksatria yang penampilannya sangar ala Bima atau Duryudana, sukanya mencegat ksatria kerempeng berpembawaan halus, atau ksatria muda (Bambang) lembut yang kira-kira simpel buat dikalahkan. Itulah makanya dalam setiap penampilan Buto Cakil yang dipaparkan ki Dalang, beliau selalu bertempur dengan Arjuna yang baru turun keluar dari pertapaan di pelosok.
Permasalahannya kemudian, anaknya siapa toh si Buto Cakil yang methekil ini?
Hmm…, siapa orang tuanya Si Cakil ini. Saya mikir ini pertanyaan ada jawabannya tidak. Pasti ada, bukankah setiap tokoh wayang memiliki silsilah yang jelas tentang dari-usulnya. Tapi bagaimana dengan nasib Si Cakil ini, tidak pernah sekalipun saya mendengar Pak Dalang dalam suluknya membuktikan riwayat ini tokoh.
Apa mungkin Cakil ini dulunya yatim piatu akan tetapi alasannya adalah kemampuannya dalam berperang ia diangkat menjadi bangsawan di negara para raksasa. Karena rasa penasaran yang teramat sangat, saya mencoba bertanya pada beliau-beliau yang ahli dalam mayapada pewayangan. Tapi tidak satupun yang secara jelas bisa menjawab siapa bapak dan ibunya Cakil. Hingga akhirnya perjalanan saya buat mencari tahu orang tuanya Cakil sampai di Titik Nol Kilometer Jogja. Bertemulah saya dengan teman lama, ia tidak dikenal sebagai ahli wayang bahkan gayanya boleh dikatakan slengekan akan tetapi berdasarkan pendapat saya hanya beliau yang mampu dengan jelas membuktikan siapa orang tuanya si Cakil. Keterangannya ini bisa jadi salah namun paling tidak berdasarkan saya ada cerita yang jelas tentang dari-usul cakil.
Cakil ialah anaknya Arjuna dari Dewi Anggraeni. Lho kok bisa, bukankah dalam segmen perang kembang Cakil ini selalu bertarung dengan Arjuna? Iya, alasannya adalah secara tidak langsung sebenarnya Si cakil ini ingin menuntut balas pada Arjuna yang tidak mau mengakuinya sebagai anak bahkan telah menelantarkannya sejak masih bayi.
Kenapa bisa begitu, bukankah Arjuna seorang yang baik dan berjiwa ksatria ?
Begini kisanak ceritanya. Dulu ketika masih muda Arjuna berguru pada Resi Drona di Padepokan Sokalima. Karena Resi Drona ini sangat sakti dan luas pengetahuannya maka banyak sekali para raja dan ksatria yang ingin berguru padanya. Salah satunya ialah Raja Paranggelung, Prabu Palgunadi. Namun setiap kali melamar buat menjadi murid di Sokalima, sang raja ini selalu ditolak. Prabu Palgunadi tidak putus hasrat, beliau tidak pergi ke istananya akan tetapi mendirikan kemah ditengah hutan dekat Sokalima.
Dengan ditemani Dewi Anggraeni, istrinya yang sangat indah jelita, Prabu Palgunadi membuat sebuah patung menyerupai Resi Drona. Di depan patung tersebut sang raja terus berlatih memanah seakan ia dibimbing langsung oleh Maharesi Drona. Kabar ini sampailah ke Resi Drona dan Arjuna. Kemudian diadulah dua jago panah yang sama-sama mengaku berguru pada Resi Drona tersebut. Ternyata Arjuna kalah, hal ini menjadikan Arjuna marah dan mulai memprovakasi Resi Drona buat menyingkirkan Prabu Palgunadi bagaimanapun caranya.
Demi menjaga nama baik perguruan disanggupilah permintaan Arjuna oleh Resi Drona dengan cara meminta Prabu Palgunadi buat memotong jari manisnya yang terdapat cincin sakti sebagai persembahan untuknya. Prabu Palgunadi berdasarkan alasannya adalah rasa hormatnya pada Resi Drona yang sudah beliau anggap sebagai guru sejatinya. Singkat cerita terbunuhlah Prabu Palgunadi di tangan Arjuna dengan segala kelicikannya.
Tidak hanya sampai disitu, ternyata Arjuna juga menginginkan Dewi Anggraeni menjadi istrinya. Lalu dengan alasan ingin mengantarkan sang Dewi pergi ke istananya, Arjuna mendapat kesempatan buat mendekati Dewi Anggraeni. Tapi sial bagi Arjuna alasannya adalah sang Dewi begitu setia pada suami yang telah mati. Dia lebih baik mati bunuh diri daripada menjadi istri orang lain. Segala bujuk rayu Arjuna keluarkan akan tetapi wanita tersebut tetap teguh pendiriannya. Habis kesabaran Arjuna akhirnya dengan paksaan berhasil juga beliau lampiaskan nafsunya pada sang dewi.
Ditinggalkan ditengah hutan dalam keadaan hamil membuat hidup sang dewi sangat menderita dan diliputi kebencian serta dendam yang sangat mendalam pada Arjuna. Setelah berhasil melahirkan bayinya, Dewi Anggraeni meninggal mayapada. Bayi yang dilahirkannya berwujud raksasa sebagai lambang nafsu bejat Arjuna dan dendam sang Dewi. Kelak kemudian hari bayi inilah yang dipanggil Cakil, anak output pemerkosaan Arjuna pada Dewi Anggraeni. Demikianlah teman, saya sudah berusaha menjawab pertanyaan dari dialog angkringan kita. Benar tidaknya saya sendiri juga tidak tahu.
Sebagai tambahan, Buto Cakil ialah satu dari Empat Sekawan Raksasa. Sesuai hukum alam, buto berkawan dengan buto. Buto Empat Sekawan tersebut terdiri dari Buto Cakil (dagunya maju), Buto Rambut Geni (warnanya rambutnya tidak biasa), Buto Terong (pemuja nafsu hingga hidungnya seperti terong) dan Buto Pragalbo (buto yang namanya diawali dengan Pra). Gambaran Buto Cakil yang berkelakuan tidak baik hingga mati oleh kerisnya sendiri, biasa menjadi citra bagi siapa saja, kapan saja, termasuk jaman sekarang, baik rakyat biasa ataupun para pemimpin. Orang yang berperilaku tidak baik, lalu kena musibah output dari perbuatan sendiri di masa lalu, maka orang seperti itu biasa dianggap seperti Buto Cakil. Nuwun.