Assalamualaikum wr wb.
Kepopuleran Dewi Lanjar memang tak sesohor Nyai Roro Kidul penguasa bahari selatan. Namun, bagi masyarakat pada pesisir bahari utara tidaklah asing dengan sosok ini.
Pada kesempatan menulis kali ini dan dengan banyak sekali pertimbangan dan aku berharap tulisan ini menjadi bacaan ringan saja, jangan dimaknakan lebih berasal itu.
Pengalaman yang terjadi kali pertama pada tahun 2000 silam ini masih jelas dalam ingatanku. Pengalaman ini bermula berasal ajakan pembimbing spiritual (gaibiyah) aku yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Saat itu, saat aku ngangsu kaweruh (berguru) pada beliau pada suatu malam mengajak aku untuk menemaninya ke sebuah pantai di Kecamatan Bulu, Tuban. Tidak seperti biasanya beliau mengajak keluar apalagi ke pantai. Sebagai anak siswa tentu saja aku meng-iya-kan saja.
Berangkat berasal kediaman beliau di Gunem, Rembang, Jawa Tengah sekitar pukul 9 malam, hingga sampai pada lokasi pada pukul 11 malam lewat. Sesampai di lokasi aku disuruh membakar kemenyan dan beberapa buhur yang sudah dipersiapkan berasal rumah. Saya lihat beliau menaburkan bunga kantil dan melati di pantai sambil merapalkan beberapa kalimat berbahasa jawa dan arab.
Setelah semua kemenyan dan buhur menyala dan asapnya mengepul beliau mengajak aku untuk duduk di depannya berhadap-hadapan sambil mengamalkan rapalan yang beliau ajarkan sebelumnya sebelum berangkat, dan anehnya aku langsung hafal. Jujur saja aku menunggu apa hasil. Hingga pada sekitar sejam kemudian, beliau meluruskan tangannya ke depan, dengan punggung mengahdap ke atas. Dari situlah aku baru paham, lewat cahaya rembulan yang terang benderang, tangan beliau mulai bergetar hebat dan berasal pergelangan tangan kirinya, keluarlah cahaya kemerahan. Astahfirullah, ternyata sebuah batu kecil sebesar biji kacang hijau. Terlihat jelas batu itu tampaknya tiba-tiba saja keluar berasal tangan beliau.
Masih pada posisi yang sama beliau mengatakan kalau batu tersebut adalah Mustika Merah Delima, yang selama diburu oleh banyak orang.
Yang terjadi kemudian tak kalah mencengangkan!!
Setelah Merah Delima itu berada di telapak tangan beliau dan sambil merapal sebuah mantera berbahasa kejawen, setelah itu si batu dilemparkannya ke tengah bahari. Keajaiban lalu terjadi di depan mata.
Setelah Merah Delima kecemplung di bahari, semua air yang terlihat di sekitar batu tersebut warnanya menjadi merah. Ya, air bahari tiba-tiba berubah menjadi dua bagian. Antara yang biru dan merah, sehingga seperti ada sebuah lorong jalan, atau persisnya terowongan.
Jujur saja meski beberapa kali melihat yang tak lumrah akan tetapi kali ini aku benar-benar terkesima, karena baru kali ini menyaksikan secara langsung kesaktian yang dimiliki seseorang yang masih hidup di zaman yang serba modern.
Sepertinya beliau tahu apa yang aku pikirkan yang terkesan bengong hingga beliau mengatakan kalau lorong yang aku ilustrasikan di atas adalah jalan yang dapat di lalui untuk masuk ke kediaman atau istana Dewi Lanjar di bahari utara.
Sedikit kurang percaya memang, benarkah seperti itu? Lagi-lagi seolah beliau membaca keraguan aku, beliau lalu member isyarat kepadaku untuk mengikutinya berasal belakang. Saat kaki kulangkahkan, ada rasa takut teramat sangat dalam hati, jangan-jangan air bahari akan kembali seperti semula dan menenggelamkan diriku. Ternyata dugaanku sama sekali tak terjadi!
Memang sulit dimengerti, depan kami tampaknya ada sebuah mulut goa yang sangat besar. Lalu kamipun masuk sampai ke ruang bagian dalam. Subhanallah! Saya terus mengucap Asma Allah dalam hati. Ternyata sebuah Goa itu adalah jalan rahasia menuju alam dimensi lain.
Sebentar kemudian sesuatu yang sulit terbayangkan terhampar jelas di depanku. Betapa megah dan indah yang aku liat saat itu. Ya, sebuah istana yang sungguh sangat mempesona dipandang mata.
Kami berdua masuk ke sebuah pintu gerbang berasal satu dari gerbang yang ada di istana itu. Kami disambut ramah oleh para prajurit dan punggawa istana bawah bahari, juga oleh para dayang yang semuanya cantik jelita. Semua kawula kerajaan bawah bahari ini tampaknya sudah kenal betul dengan beliau. Bahkan terkesan bahwa beliau adalah satu dari orang krusial dan sangat dihormati.
Kami akhirnya sampai di sebuah ruangan besar, yang mirip dengan balairung. Disana terdapat pernak-pernik hiasan yang terbuat berasal emas, dengan seni ukir yang berselera tinggi. Semua dinding, juga singgasana raja yang begitu indah membuat istana benar-benar tepat adanya.
Sebentar kemudian, berasal satu dari ruangan muncul arakan dayang-dayang, yang rupanya mengiringi kedatangan seorang ratu yang kharismatik. Melihat kemunculan sang ratu, beliau langsung bersembah sujud. Seperti yang lain, aku pun melakukan hal yang sama. Mengikuti gerakan para kawula sang ratu.
Setelah beliau menghaturkan sembah sungkem dan memperkenalkan aku, kulihat sang ratu hanya tersenyum. Dia tak berkata sepatah katapun. Dengan gerakan yang amat anggun dia langsung duduk di ruangan yang agak kecil, yang diterangi cahaya benderang. Anehnya, aku lalu melihat dia memegang kitab suci al-Quran, meski tak terdengar suara bacaannya.
Benarkah yang dipegang sang rau itu adalah Al-Qur-an? Dari penampilan fisiknya memang terlihat demikian. Selebihnya, aku tidak bisa memastikannya.
Melihat sang ratu duduk anggun di hamparan permadani berenda emas, beliau langsung member isyarat agar aku mengikutinya. Rupanya, beliau mengajak aku ke ruangan lain yang tak kalah megah. Di ruangan inilah guru spiritual aku member keterangan seputar sang ratu yang senantiasa disebutnya menjadi Ibu Ratu. Dijelaskan oleh beliau bahwa Ibu Ratu tidak ingin diganggu dulu karena ada beberapa factor yang masih menganggunya.
Yang tak dapat aku lupakan berasal pengalam tersebut adalah sejuknya udara di istana bawah bahari. Yang pasti bagi aku semua kejadian ini serasa begitu nyata. Meski tetap saja sangat sulit diterjemahkan dengan akal sehat. Warga kerajaan juga semua amat ramah. Anenya lagi, kebanyakan berasal mereka juga menjalankan ritual peribadatan seperyi pemeluk Islam pada umumnya, yang ada di alam nyata.
Dari pengalaman yang bagi aku sangat nyata ini, rupanya apa yang diceritakan selama ini bahwa Kerajaan Laut Utara identik dengan banyak sekali hal yang berbau pesugihan dan kesesatan terbantah denga sendirinya. Ini adalah keyakinan aku pribadi. Atau mungkin, memang ada istana di bawah bahari utara lainnya yang penuh kesesatan itu? Artinya, ada dua versi Dewi Lanjar. Ya, ada yang hitam dan ada yang putih!
Untuk saat ini, aku belum dapat menemukan jawaban pertannyaan tersebut. Yang pasti, setelah waktu bagi aku telah dianggap cukup, beliaunya guru pembimbing aku mengajak kembali kea lam nyata. Dan anehnya saat dalam perjalanan kembali itu sekejap saja dan terlihat jelas aku dan guru aku duduk berhadap-hadapan. Apakah ini yang disebut perjalanan sukma saja. Wallahu alam.
Akhir kata semoga tulisan singkat ini menambah wawasan buat kita semua dan mengambil sisi baiknya saja. Tiada berasal maksud aku menulis tentang hal ini selain hanya untuk berbagi cerita tidak lebih berasal itu. Mohon maaf atas segala kekurangan dan terima kasih telah berkunjung ke Dunia Keris ini. Wassalam dan matur nuwun