Dunia Keris Assalamualaikum, selamat datang kembali kadang kinasih perkerisan. Seperti pada judul diatas, aku yakin kerabat perkerisan sekalian niscaya mengetahui wacana tumbuhan pada tajug tulisan ini. Padi. Tapi sedikit diantara kita yang menyadari bahwa padi sebenarnya mengandung sebuah falsafah hidup yang sangat tinggi dan sebuah pembelajaran wacana istiadat hidup dan kehidupan? Pada kesempatan kali ini aku mengajak kerabat perkerisan sekalian buat mengulasnya lebih mendalam wacana falsafah Pari secara Jawa dan Njawani.
Sekar dadap, nggih mambet jroning roso, hayun pamuji, anjer lumintu mlebet jroning reh satrio, Dewo-dewi sekar condro khayangan kusumo tumurun mandap wonten sendang raos, inggih raos satrio, inggih raos Jawi, inggih raos sepuh, inggih raos jalmi utami, inggih raosipun sedoyo Hurip, ingkang manjing wonten joyo jawi, semunar byaaarrr, nyawiji jroning urip titah jalmi. Urip sak jroning urip. Rahayu lan langgeng. Pagerono angen-angenmu lan manjing jroning roso sejatimu
Wejangan pada atas secara harafiah adalah bahwa hendaknya seorang manusia mampu menahan dan mengendalikan suatu harapan / angan-angan yang hiperbola karena dorongan nafsu dan senantiasa selalu mengingat wacana paugeran urip dan petunjuk asal hati.
Dorongan nafsu yang begitu akbar dan tidak adanya bisnis pengendalian diri, maka semua unsur hidup kita yaitu jiwa dan raga akan absolut dikuasai sang sifat kemurkaan. Dan akan jatuhlah kita ke dalam musproning urip/ kesia-siaan hidup, yaitu suatu keadaan dimana hidup telah tidak lagi memancarkan "honggo uni roso ing penggalih/urip". Sudah tidak terdapat lagi unsur sifat Ketuhanan didalam hati dan jiwa seseorang tadi.
Bisa dikatakan juga telah hilang sifat-sifat manusianya atau mampu disebutkan tunggak kepanjingan nyowo, artinya manusia tadi hanya mirip tunggak kayu yang dimasukin nyawa. Sudah tidak terdapat lagi sifat "Roso Rumongso lan Ngrumangsani", atau tertutup mata hatinya tidak mempunyai sifat sebagai kodratnya manusia. Bebal dan ndableg, bodo dan tidak tahu malu.
Pari/Padi juga merupakan "piweling adi romo lan ibu", satu bentuk nasehat yang pokok sebagai bimbingan dan petunjuk yang edi peni sebagai suatu pusaka buat bekal hidup dan kehidupan menjelang.
Diwaktu Pari/Padi menginjak tua maka akan semakin merunduk karena beban biji padinya yang semakin banyak . Aika sesorang mempunyai segoro Ilmu maka umumnya beliau akan semakin merunduk, rendah hati dan low profil. Tidak lagi memikirkan dirinya sendiri, akan akan tetapi mempunyai keluasan dan Kelapangan dalam berpikir, bersikap dan berperilaku.
Ilmu yang sejati adalah Ilmu Hurip. Karena bersama memahami dan menguasai Ilmu Hurip, artinya seseorang tadi telah tidak lagi melihat dirinya sendiri sebagai "sang aku", akan tetapi lebih melihat kepada unsur penyelarasan hidup dan penyeimbangan hidup terhadap alam dan seluruh makhluk ciptaanNya. Semua unsur yang terkandung pada dalam Padi adalah merupakan bagian asal pengejawantahan sifat-sifat Ketuhanan.
Biji padinya mempunyai unsur uidup / hurip, atau hurip sak jroning hurip, yaitu asal sesuatu yang hidup walaupun sederhana bentuknya akan tetapi mempunyai daya menghidupi terhadap semua makhluk. Hal ini secara sederhana mampu dikatakan sebagai kemuliaan sesama makhluk. Artinya bahwa kemuliaan asal Padi adalah karena sifat asal menghidupi sesama makhluk atau hurip sak jroning hurip.
Kekal didalam suatu naungan sariro puji, jikalau seseorang telah mampu masuk kedalam tahapan hurip sak jroning hurip, tidak terdapat rasa keraguan dan was-was didalam hatinya. Tetapi hanya keyakinan yang semakin terpatri didalam hatinya terhadap, "Kuosonipun Kang Akaryo Jagad".
Karaharjan, kesentausaan dan Keselarasan dalam melihat dan menyikapi terhadap hidup. Terhadap apa yang terjadi pada depan mata kita, terhadap apa yang terjadi diseliling kita, terhadap apa yang terjadi pada dalam kehidupan kita, semua adalah wujud nyata asal sebuah lakon pagelaran hidup. Karenanya, manusia haruslah selalu mengingat bersama, "paugeran ati lan roso hapsari", yang artinya bahwa manusia harus selalu jangan lupa bersama kodratnya sebagai manusia dan selalu melihat kedalam diri eksklusif masing-masing. Bahwa pada dasarnya manusia itu akan lemah jikalau manusia tadi tidak lagi mengenal kodratnya sebagai manusia. Yang terkodrat sebagai pemelihara dan penyelaras seluruh alam dan isinya. Akhir istilah, sekian dulu yang mampu aku sampaikan dan semoga terdapat manfaatnya buat kita sekalian. Wassalam.
Maturnuwun..
Ayodya, 30112015