Pada tulisan pengalaman sejati ini sebenarnya adalah sambungan dari 2 tulisan sebelumnya saat ke Desa Besowo. Ketika itu waktu sudah bergerak malam, selepas dari rumah seorang yg kepada tuakan kepada Desa Besowo & berbekal warta sekedarnya, bertiga kami meluncur ke arah barat desa menuju hutan kalang. Sebuah hutan yg dalam mitosnya adalah tempat habitat makhluk yg bernama genderuwo. Kawasan hutan Kalang yg masuk KPH Kebonharjo adalah hutan paling menakutkan kepada daerah Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Hutan jati yg masuk wilayah Desa Besowo ini jarang kepada jamah manusia. Kalaupun muncul manusia yg nekad, dianggap akan bernasib tragis. Karenanya muncul mitos, jalma mara jalma tewas (siapa yg tiba akan tewas) permanen dipegang teguh oleh sebagian besar rakyat Desa Besowo & sekitarnya.
Sama sekali, bukan bermaksud takabur atau bagimana, rasa penasaran ini sebenarnya bukan tiba dari aku pribadi. Tapi dari seorang rekan yg penasaran terhadap sosok genderuwo ini & ingin mengetahu secara konkret & bukan dongeng atau cerita yg beliau dengar saja. Kenapa kami memilih daerah ini? Ini lebih kepada mitos yg tersebar kepada rakyat & kalaupun toh memang benar adanya, tempat tadi adalah paling potensial untuk menadapatkan moment tadi.
Tidak gampang mencapai lokasi ini, selain akses jalan yg hanya bisa dilalui menggunakan jalan kaki, terlebih kepada animo penghujan saat ini, selain becek maupun sangat licin. Tak kurang dari 1 jam kami berjalan menuju area ini menggunakan diantar seorang mitra dari Jatirogo selesainya sebelumnya janjian mengantarkan ke tempat ini. Kawasan tadi nir asing bagi beliau, sudah beberapa kali beliau berburu disekitar Hutan Kalang. Meski awalnya kami berniat membatalkan rencana ke Hutan Kalang ini lantaran medan jalan licin & cuaca yg kurang bersahabat. Namun, saat kami memasuki area hutan, entah kenapa muncul semacam magnet yg memproduksi kami bersemangat.
Kurang lebih setengah jam dalam bepergian, kami sempat istirahat. Sekelebat merah menyala melintas tak jauh dari tempat kami istirahat. Kelebat itu menyebabkan bunyi keretek-keretek sembari diikuti hembusan angin begitu kencang. Tertegun maupun sih. Bayangan merah lebih kurang 2 meteran tadi bentuknya mirip manusia raksasa, & kelebatannya meneyerupai bola barah & bersuara keretek-keretek tadi melintas ke arah barat. barangkali menuju ke Hutan Kalang tadi. Entahlah. Kami hanya melihatnya melesat perlahan menggunakan disertai bunyi kemeretek saja.
Semula aku menganggap itu kemamang atau banaspati yg istilah orang senang menghisap ubun-ubun manusia. Namun, bila itu kemamang atau banaspati kok besar sekali. Kemamang atau banaspati mirip yg pernah beberapa kali aku lihat tak lebih dari sebanyak bola kepada biasanya. Melihat gejala kurang menyenangkan tadi sempat maupun kami mengurungkan niat. Dan kami rasa pertunjukkan tadi sudah lebih dari verifikasi mitos keangkeran Hutan Kalang. Dan akhirnya kami putusan bulat untuk mengurungkan niat untuk ke lokasi. Selain cuaca yg kurang mendukung & gerimis sudah mulai turun, amanah, melihat kelebatan bola barah tadi memproduksi nyali 2 orang mitra menjadi ciut.
Dengan penerangan 2 senter kami berjalan lambat kembali ke desa dimana tunggangan kami titipkan kepada rumah penduduk. Meski berusaha bergegas, lantaran hujan sudah mulai turun permanen saja lambat lantaran jalan setapak yg kami lalui sangat licin barangkali lantaran hujan mengguyur beberapa kali kepada daerah ini. Mendadak hujan seakan pribadi ditumpahkan oleh mendung memproduksi kami sedikit berlari mencari-cari tempat relatif rindang untuk sekedar berteduh & menyelamatkan barang elekktronik yakni HP & kamera poket dari guyuran hujan yg tiba-tiba. Sambil setengah berlari kami nyenter kesana kemari sembari berharap muncul pohon jati yg sedikit rindang untuk berteduh. Dan akhirnya sedikit masuk kedalam dari jalan setapak muncul Gubug penduduk sekitar yg memanfaatkan area daerah hutan milik perhutani sebagai ladang atau persil orang sekitar menyebutnya.
Tak berapa usang kemudian kami sedikit lega, lantaran hujan sedikit mereda sudah nir disertai angin lagi. Tapi masih bisa memproduksi basah kuyub untuk menerobosnya. Dan maupun sama sekali saat berteduh ini kami menyampaikan fenomena kelebatan merah beberapa saat yg kemudian kami temui. Barangkali kalah oleh naluri menyelamatkan barang yg muncul nilai ekonomisnya. Manusiawi sekali!
Namun, ditengah suasana membisu terpekur & berharap hujan segera reda, seorang mitra dari Jatirogo tiba-tiba berkata mendengar bunyi keretek-keretek kepada kami bertiga. Seperti muncul yg terbakar pungkasnya. Ini mustahil suasana hujan. Masak iya muncul ranting yg terbakar.Dan benar adanya, beberapa saat kemudian kami memang muncul bunyi demikian dari belakang gubug tempat kami berteduh. Seakan muncul aba-aba kami serempak menoleh ke arah dayangnya asal bunyi. Terlihat jelas, kepada pohon jati sekitar sepuluhan meter dari belakang gubug sosok besar yg meyerupai bentuk tubuh manusia merah menyala meski dalam hujan seakan memandangi kami.
Ditengah kekalutan seorang mitra mencoba untuk mengajak lari tapi kami tahan. Sambil masing-masing berdoa & merapalkan kebisaannya, tak berapa usang sosok menyala itu memanjang keatas & menyebabkan asap kepada daun-daun jati sejurus kemudian melesat justru menurut aku kearah desa. Kami berpikir makhluk itu sengaja menakut-nakuti kami. Dan beliau berhasil. Kami memang keki dibuatnya selesainya penampakannya yg terakhir.
Melihat keadaan barusan & sedikit menyesali kenapa blakrakan ke tempat tadi, meski hujan belum reda betul kami terpaksa berbasah-basah daripada kepada tempat yg memang sangat nir toleran terhadap orang asing. Belum sempat kami berjalan jauh dari gubuk, seorang mitra yg sempat menangkap sosok tangan yg menjulur kepada cabang pohon jati. Seketika kami berhenti, & mengarakan pandangan ke tempat dimana beliau mengarahkan senternya. Tidak muncul apa-apa, yg muncul hanya pohon jati sebanyak tiang listrik. Padahal beliau yakin benar-benar melihatnya. Sudahlah, kami meng-iya-kan saja meski kami selesainya disenter nir muncul apapun.
Mau tak mau kami akan melewati pohon itu, baru beberapa meter kami meleawati pohon tadi, kami dikejutkan oleh bunyi berisik yg berasal dari belakang kami. Meski menggunakan permanen berjalan cepat aku sempat menoleh, terlihat jelas pohon yg disebutkan mitra aku tadi bergoyang hebat & seakan mau dirubuhkan. Tidak mungkin bila itu angin, karenanya berpusat kepada satu pohon itu saja.
Setelah susah payah & basah kuyup akhirnya kami hingga maupun kepada perkampungan, menuju tempat dimana tunggangan kami parkir & titipkan kepada halaman rumah penduduk. Setelah aku melepas kaus & jaket yg basah & berganti sarung yg sengaja aku bawa. Sekedar untuk mengatakan ucapan terima kasih lantaran berkenan dititipi tunggangan, kami disuruh berhenti dulu lantaran sudah terlanjur dibikinkan kopi sama istrinya. Itung-itung menghargai yg punya rumah & jelek maupun menolak rezeki.
Justru dari bapak inilah kami menerima warta yg lebih ihwal Hutan Kalang & tempat-tempat lainnya sebagai tempat dimana transaksi jual beli genderuwo itu dilakukan. Kabarnya, sudah sering warga Desa Besowo yg kerasukan makhluk halus selesainya pulang dari Hutan Kalang. Bahkan nir hanya manusia saja, beberapa ternak penduduk yg digembalakan kepada areal hutan ini maupun kerap menjadi korban. Hampir setiap tahun, niscaya muncul ternak piaraan warga, baik itu sapi atau kambing yg tewas kepada dalam Hutan Kalang. Padahal kepada hutan ini kuat dugaan sudah nir muncul bianatang buasnya. Menurut kepercayaan penduduk, kamatian fauna-fauna itu lantaran dimakan oleh makhluk-makhluk gaib penghuni Hutan Kalang.
Bukan hanya itu, sudah menjadi kepercayaan rakyat, bahwa keangkeran Hutan Kalang lantaran tempat ini adalah markasnya segala macam makhluk gaib, mirip; gederuwo, sundel bolong, gundul pringis, banaspati & beberapa setan lainnya. Mendengar penuturan ini, pikiran kami kembali saat-saat menemui fenomena sosok merah menyala yg sempat kami lihat. Dan saat kami ceritakan, bapak ini membenarkan bila itu banaspati.Banaspati kepada Hutan Kalang lain katannya. Ukurannya lebih besar dari banaspati tempat lain. Entahlah, aku nir mau berkata itu makhluk apa.
Sejarah Hutan Kalang sendiri adalah dulunya adalah milik Mbah Palu, seorang dukun berasal Desa Besowo ini. Di tangan Mbah Palu, tanah ini seakan nir memiliki keangkeran sama sekali. Meski menjadi gudangnya setan, Hutan Kalang permanen dibawah kekuasaan Mbah Palu. Dari sini pula mitosnya, genderuwo-genderuwo itu dapat diperintah oleh Mbah Palu. Bahkan nir sedikit yg kepada jual kepada orang yg membuthkannya.
Namun, selesainya Mbah Palu meninggal global, & tanah tadi dijual kepada Perhutani Kebonharjo, maka kemudian menjadi menakutkan. Seolah-olah penghuninya sudah nir dapat dikendalikan, sebagai akibatnya kadangkala meminta korban. Entah itu hewan atau manusia.
Karena waktu sudah menjelang larut malam, kami berpamitan untuk pulang meski beliau berusaha untuk menahan kami untuk menginap. Seorang mitra yg berasal dari Jatirogo menitipkan motor dirumah bapak tadi & akan diambil esok harinya. Dan pulangnya menumpang kami, lantaran malam sudah larut & hujan masih menyisakan rinai mungil. Atau maupun barangkali masih diliputi perasaan takut selesainya rangkaian-rangakain kejadian yg kami alami bareng. Entahlah!
Cukup cita rasanya verifikasi kami meski belum seratus persen hingga ke tempat Hutan Kalang berada. Bahwa keangkeran Hutan Kalang bukan sekedar mitos atau imbasan jempol semata. Masuk akal maupun saat muncul satu dari stasiun televisi swasta nasional mengurungkan liputannya ke lokasi ini. Bisa jadi bukan alatnya yg nir bisa difungsikan akan tetapi menemui kejadian-kejadian aneh & mencekam mirip yg kami alami saat itu. Dan dari tulisan ini adalah tulisan yg terakhir dari penelusuran mitos keberadaan jual beli genderuwo kepada Desa Besowo ini. Sekian & terima kasih meluangkan waktu membaca tulisan yg salah kaprah dalam kosa istilah & penuturannya. wassalam